Di tengah guyuran hujan deras pada malam itu, perempuan bernama Yunita yang tidak lain adalah asisten rumah tangga di keluarga konglomerat Mahardika, sedang membawa Marcella Oktarani Raisan, yang sudah tidak sadarkan diri di gendongannya.
Byurrr!
Hujan terus mengguyur kota pada malam itu, sementara Yunita terus berjalan, sama sekali tak ingin menghentikan langkahnya. "Saya mohon Nona harus bertahan... Nona jangan harus kuat," lirih Yunita terus menghentikan kendaraan yang berlalu lalang pada malam itu.
"Tolong!" Yunita menghadang mobil, tetap saja mereka tidak ada yang berhenti, bahkan malah hampir menabraknya.
Tinnnnnn!
Bukannya bantuan yang di dapat, tapi malah cacian yang diterima Yunita saat itu. "HEY! Kau sudah gila berdiri di tengah jalan seperti ini?!" ketus pengendara itu.
"Ma-maafkan saya Tuan, tolonglah saya! Saya membutuhkan bantuan Anda!" mohonnya lirih, berdiri di samping pintu mobil pengendara itu.
"CIH! Memangnya siapa dirimu? Tidak tahu malu meminta bantuan saya!" pengendara itu sama sekali tidak ingin membantu Yunita, setelah mencaci Yunita pengendara tersebut langsung pergi begitu saja.
"Ya Tuhan... apa yang harus saya lakukan saat ini?" lirih Yunita, lalu mengitarkan pandangan ke sekelilingnya hingga tatapannya terjatuh pada gerobak sampah di pojokan jalan raya.
Dengan terpaksa Yunita tidak ada pilihan lain, selain membawa Marcella dengan gerobak itu. "Anda harus bertahan Nona, saya akan secepatnya membawa Anda ke Rumah Sakit!" Yunita segera menghampiri gerobak yang letaknya tidak jauh darinya.
Yunita perlahan mengkayuh gerobak dengan sangat cepatnya, sedangkan hujan terus saja menguyur mereka.
Buliran air mata terus berjatuhan, tersamarkan oleh air hujan yang terus mengguyurnya.
"Saya mohon Anda bertahan Nyonya, Hiks!" lirih Yunita terus mengayuh gerobak. Dia tidak merasa lelah sedikit pun, lantaran, Yunita begitu sangat menyayangi Marcella putri dari almarhum majikannya.
Tiba-tiba saja sebuah mobil mewah melewati perempuan yang sedang mengayuh gerobak itu, ternyata si pengendara mobil adalah Reinard.
"Astaga Tante Yunita? Dan siapa Orang dia bawa?" gumamnya bertanya pada dirinya sendiri.
Perlahan Reinard menepikan mobilnya, segera menghampiri Yunita.
Tin! Tin! Tin!
Reinard menglaksoni Yunita yang sedang mengayuh gerobak, di jalanan di tengah guyuran hujan yang terus menerus menerjangnya.
Seketika Yunita berhenti, dia langsung menghampiri mobil yang menepi dihadapannya. Belum sempat Yunita sampai di hadapan Rei, Reinard sudah lebih dulu keluar dari dalam mobilnya.
"Reinard?" Yunita tersenyum menatap keberadaan pria yang selalu melindungi Marcella itu.
"Reinard, tolong Tante!" mohonnya.
"Apa yang bisa saya bantu Tante?"
"Cepat tolong Nona Marcella, di sekarat!" lirih Yunita dengan berderai air mata.
"Apa! Kenapa bisa sekarat? Memangnya apa yang terjadi?" panik Reinard langsung menghampiri gerobak, di mana di sana Marcella sedang berbaring.
Reinard langsung mengangkat tubuh perempuan cantik, yang selama ini dia sayangi. Dengan gagahnya Reinard membawa Marcella masuk dalam mobilnya.
"Tolong cepat bukakan pintunya!" perintah Reinard pada Yunita.
"Baik, Rei!" Yunita segera membuka pintu mobil, Reinard langsung membaringkan tubuh yang tak sadarkan diri itu.
Setelah itu, Yunita pun masuk di kursi penumpang. Dia menemani Marcella di belakang sana.
***
Reinard kini telah menepikan mobilnya di salah satu Rumah Sakit terdekat dengan tempat dia melihat Yunita, mengayuh gerobak.
"Dokter!" seru Reinard memanggil para petugas di Rumah Sakit. "Tolong tangani dia!" mintanya pada seorang dokter jaga pada malam itu.
Semua petugas medis segera bergegas menghampiri Reinard, mereka segera membawa Marcella masuk ke ruang IGD untuk segera di tangani.
"Saya mohon Anda menunggu di sini Tuan!" ucap salah seorang Suster menghentikan langkah Reinard.
"Ya!" jawab Reinard. "Tolong selamatkan Marcella!" pintanya pada salah seorang suster.
Reinard terduduk di kursi tunggu di depan ruangan IGD, dia menyeka wajahnya dengan kedua tangannya, hatinya mulai gusar lantaran Marcella terlalu banyak mengeluarkan darah.
Reinard menatap tajam pada Yunita, lalu menanyakan kejadian yang menimpa Marcella. "Tante, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Marcella sampai seperti ini? Kenapa ada luka di kedua telapak kaki Marcella?" tanya Reyhan dengan suara menegas.
Degh!
Yunita menatap sendu pada Reinard, dia tidak sanggup memberitahu yang sebenarnya terjadi pada Marcella.
"S-saya tidak tahu persis apa yang terjadi! Tapi saya mengetahui orang yang menyebabkan terjadinya seperti ini pada Nona Marcella!" ucap Yunita menyampaikan dengan suara gemetar.
"Katakan siapa Orang yang telah membuat Marcella seperti ini?" tukasnya bertanya dengan nada menekan.
"Nona Riana, dan Nyonya Zalina!" jawab Yunita lirih.
Reinard tercengang atas ucapan yang terlontar dari mulut Yunita, dia benar-benar tidak menyangka bahwa Zalina, dan Riana setega ini.
"Brengsek! Mereka memang benar-benar keterlaluan!" tukasnya, dengan tangan mengepal dan sorot mata menajam.
Perlahan Reinard bangkit dari tempat duduknya, dan bergegas menuju lobi rumah sakit.
"Kau mau ke mana Rei?" tanya Yunita menghentikan langkah Reinard.
"Saya akan membalas perbuatan mereka!" murka Reinard, perlahan melangkahkan kakinya. Namun, Yunita kembali menghentikan.
"Jangan sekarang!" hadang Yunita.
"Kenapa?" Rei menatap pada Yunita dengan mengernyitkan dahinya.
"Sekarang lebih baik kita fokus pada kesembuhan Nona Marcella!" ucap Yunita kemudian.
Akhirnya Reinard mau mendengar nasihat Yunita. Dia mengurungkan niatnya pada saat ini. "Ya, benar kata Tante!" ucap Reinard kembali terduduk.
NIT! NIT! NIT!
Suara Elektrokardiograf terdengar seperti mendengung ditelinga Reinard, pagi itu Reinard menghampiri Marcella di kamarnya. "Hai... bagaimana keadaanmu saat ini, Marcella?" lirihnya sendu menatap pada perempuan yang malang itu.
Perlahan Reinard mengusap wajah cantik Marcella, membelai pipi yang memucat itu. Rei sangat prihatin dengan kondisi Marcella yang kian memburuk.
Ceklek!
Tiba-tiba saja seseorang masuk dalam ruang perawatan Marcella, Reinard mengalihkan pandangannya. Menatap pada seorang Suster baru saja masuk ke dalam ruangan.
"Permisi Tuan... Saya harus memeriksa pasien ini, lebih baik Anda menunggu di luar!" Suster tersebut meminta Reinard untuk menunggu di luar ruang, perawatan.
"Ya, Sus! Tolong berikan pelayanan terbaik pada Calon Istri saya, berapapun biayanya akan saya lunasi!" tegas Reinard.
"Baiklah Tuan!" timpal seorang suster tersebut.
Reinard pun menurut pada perkataan seorang Suster, dia melangkah keluar dari dalam ruangan rawat Marcella.
Ceklek!
Suara pintu mengalihkan perhatian Yunita, yang sejak tadi menunggu Marcella di luar ruangan. Yunita dengan setia mendampingi Marcella di rumah sakit, dia lebih memilih bertahan di sana, ketimbang kembali ke rumah.
"Bagaimana keadaan Nona Marcella, Rei?" tanya Yunita menatap pada Reinard.
"Dia baik-baik saja, hanya saja dia belum siuman!" timpal Reinard. "Kau jaga Marcella, saya ada urusan sebentar!" ujar Reinard.
"Baik, Rei... kamu tenang saja, Tante akan menjaga Nona Marcella dengan baik." Yunita mematuhi apa yang diperintahkan Reinard pada dirinya.
Reinard pun berjalan keluar dari rumah sakit, dia bergegas menuju perusahaan Mahardika Group, untuk terus mengawasi gerak-gerik Darwin yang mulai meresahkan.
Bersambung...