Chereads / Balas Dendam Putri Mahkota / Chapter 13 - Dia Seperti Malaikat Pelindung

Chapter 13 - Dia Seperti Malaikat Pelindung

Riana menatap pada Reinard dengan perasaan gusar, dan kedua kakinya terlihat gemetar. Dia ketakutan ketika melihat kedatangan Reinard yang menyaksikannya sedang menyiksa Marcella.

"Apa yang kalian lakukan pada Marcella?" Reinard bertanya dengan tegas terhadap Riana dan Zalina.

"Em... ayo Marcella bangun sayang, kata Tante juga jangan keluar dari Rumah ini, Tante ini keluargamu!" Zalina berpura-pura baik, berusaha menyembunyikan kebusukannya.

"Cukup Tante Zalina! Saya juga bisa melihat dengan mata kepala saya sendiri, kalau kau menyeret keponakanmu layaknya binatang, di mana hati nuranimu?!" Reinard membentaknya sarkas.

Zalina menelan salivanya, saat ini dia tidak bisa mengelak lagi. 'Oh May... apa yang harus aku lakukan?' batinnya mencari alasan.

Kemudian Reinard melepaskan tangan Zalina, yang masih menggenggam erat tangan Marcella.

"Lepaskan tangan Marcella, mulai sekarang Marcella akan tinggal di Rumah saya! Dan kalian harus bersiap-siap, karena saya sadar sekarang apa yang kalian lakukan dibelakang saya!" tukas Reinard menggenggam tangan Marcella.

"Apa yang kau katakan Rei! Sadarkah kau bicara dengan siapa? Orang yang kau bentak-bentak ini adalah Ibuku, calon mertuamu!" bela Riana di hadapan Reinard, dia tidak terima ibunya dibentak-bentak oleh tunanganya.

Reinard melepaskan cincin yang melingkar dijari manisnya, lalu mengembalikannya pada Riana. "Kalau begitu mari kita akhiri hubungan kita Ri, aku tidak sudi memiliki ibu mertua sekejam ini, bahkan akupun tidak mau memiliki seorang istri kejam sepertimu!" tegas Reinard membatalkan pertunangannya dengan Riana.

Degh!

Tangan Riana gemetar, mulutnya seketika terkunci, lidahnya terasa kelu, tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun.

"Ada apa ini? Apa yang kalian ributkan?!" suara lantang dari seorang Darwin di ambang tangga menatap pada kerumunan di pandangannya.

Darwin menuruni tangga, menghampiri mereka. dia bingung dengan semua yang terjadi. "Kenapa kamu membatalkan pertunangan ini, Rei? Apa salah Putri Om, sehingga kau membatalkan pertunanganmu?"

Reinard masih diam, dia belum mengungkapkan bahwa selama ini dia hanya berpura-pura mencintai Riana, sebenarnya Reinard sangat mencintai Marcella. Namun, gara-gara kecelakaan yang merenggut Mahardika, Reinard merasa bertanggung jawab atas keselamatan Marcella dan hak-haknya.

"Ayo jawab Rei, kenapa kau diam?" bentak Darwin tak terima putrinya di tolak mentah-mentah oleh Reinard.

Reinard menatap Darwin, dia tidak terima telah dibentak oleh ayahnya Riana itu. "Jangan membentakku! Kau tidak berhak akan hal itu!" ucap Reinard dengan bibir bergetar hebat, dan suara menekan.

'Sial! Orang ini kenapa tidak ada takutnya?' batin Darwin mulai merasa goyah, sedang Reinard terus menatapnya dengan tatapan mendominasi.

"Jika kalian ingin tahu yang sebenarnya kenapa aku membatalkan pertunangan ini, baiklah aku beritahu yang sejujurnya. Pertama, aku tidak pernah mencintai Riana, kedua aku hanya ingin melindungi Marcella dari kejahatan kalian!" ucap Reinard tegas, memberitahukan sebuah kebenaran.

Tiba-tiba saja wajah Riana terasa panas, dia merasa malu, sekaligus marah dan bercampur aduk. "A-apa kau serius dengan ucapanmu itu Rei? Dan melindungi Marcella dari siapa?" tanya Riana dengan bibir bergetar, sementara tangannya mengepal tak tahan ingin menampar wajah Reinard saat itu juga.

"Kau tidak salah mendengar Riana!" ucap Reinard memalingkan wajahnya, menatap pada Darwin dan Zalina. "Kalian berdua siap-siap masuk penjara atas tindak pidana korupsi!" tegas Reinard.

"Korupsi? Berani sekali kau mengancamku?!" Zalina mengangkat tangannya, berusaha menampar Reinard. Namun, sebuah tangan menahannya.

Zalina menatap pada orang yang menahan tangannya, dia memelototi perempuan yang telah berani menantangnya. "Yunita! Beraninya kau!" geram Zalina.

"Cukup Nyonya, berhenti melakukan kekejaman ini terhadap Nona Marcella, tinggalkan Rumah ini. Semua kekayaan yang kau nikmati ini bukanlah hak kalian!" ucap Yunita.

Zalina menghempas tangan Yunita, dia tidak bisa berkutik saat ini. "Lepaskan aku!" Zalina berhenti berbicara lagi.

"Benar sekali yang dikatakan oleh Tante Yunita, lebih baik kalian tinggalkan Rumah ini, dan jangan pernah bermimpi untuk menguasai aset dari Om Mahardika!" Reinard kembali angkat bicara.

"Saya Adiknya... dan Zalina ini istri saya! Selangkahpun saya tidak akan pernah keluar dari Rumah ini, apa kau paham?!" Darwin berusaha bertahan dari Reinard yang berusaha menyingkirkannya. Kemudian Darwin menggerakkan tangannya, meraih Marcella.

"Dan Marcella tidak akan pergi ke mana-mana, dia adalah keponakan saya. Siapapun tidak boleh mengajaknya pergi dari sini!" ujar Darwin menatap tajam pada Reinard.

"Baiklah, saya akan biarkan Marcella tinggal bersama kalian tapi awas, kalau kejadian seperti ini terulang kembali. Saya tidak akan membiarkan kalian hidup tenang!" ancamnya dengan mata melotot tajam pada Darwin.

Marcella sangat senang akan hal itu, dia tidak jadi keluar dari rumahnya sendiri. 'Huh... syukurlah, terima kasih Reinard, sungguh aku tidak menyangka Pria playboy ini ternyata memiliki hati yang begitu baik, bahkan kepeduliannya terhadap orang lain sangat tinggi!' batin Marcella.

Marcella terus menatap wajah tampan Reinard, dia mulai mengagumi sosok pelindungnya.

Sementara Riana, dia terus menatap pada Marcella, sejak tadi Riana mulai curiga dengan tatapan Marcella. 'Kenapa Marcella menatap Reinard seperti itu? Dia kan buta tapi kenapa dia menatap Reinard seperti orang yang bisa melihat saja?' batinnya.

Zalina masih tidak terima dengan perlakuan Reinard, dia kembali menegaskan pada Reinard, bahwa pelaksana perusahaan Mahardika Group adalah dirinya.

"Tunggu Reinard, sepertinya ada hal yang harus kau ralat." Zalina menatap pada Reinard, dan menegaskan bahwa pemilik perusahaan Mahardika Group adalah dia.

"Apa yang harus saya ralat?" Reinard kembali menatap pada Zalina.

"Kau bilang Perusahaan ini bukanlah milik kami, tapi kau jangan pernah melupakan surat wasiat kak Mahardika, dia meminta kami yang mengurus perusahaannya sebelum Marcella mendapatkan seorang pendamping!" Zalina merasa puas memberitahu pada Reinard saat ini.

"Dan kau akan segera melepaskan jabatan Presdir itu Tante, juga Om Darwin tidak perlu repot-repot lagi menangani setiap proyek di Mahardika Group, karena Marcella akan segera menemukan Calon Suaminya!" timpal Reinard tidak kalah gertak dari Zalian.

Zalina menelan ludahnya, dia merasa kembali di kalahkan. "HUH! Jangan ngaco kamu Reinard, Marcella gadis Buta Pria mana yang akan mendampinginya!" tegas Zalina.

Perkataan Zalina sangat menyakiti Marcella, tiba-tiba saja buliran bening menetes dari mata Marcella, meskipun dia hanya pura-pura buta. Tapi dia sadar, jika selama ini dia sedang bersandiwara memerankan gadis buta demi membongkar kejahatan Keluarganya sendiri, karena Marcella yakin kejadian yang beruntun itu pasti ada orang yang sudah merencanakannya.

"Hentikan penghinaan Tante terhadap saya, satu hal yang harus Tante ingat, saya cuma buta tidak tuli Tante!" Marcella berbicara dengan suara lantang, sementara bibirnya bergetar hebat.

Zalina tersenyum puas menatap Marcella yang sedang menangis. "Sayangnya saya tidak peduli dengan kebutaanmu, dan juga pendengaranmu!" sinis Zalina menatap Marcella dengan remeh.

'Saat ini kau bisa berkata seperti itu Zalina, suatu saat kau akan mencium kakiku, lihat saja!' batin Marcella.

Bersambung...