"Sudah-sudah, kalian jangan bertengkar seperti ini Tuan, Nyonya! Mari saya bantu kalian!" Yunita membantu Zalina terlebih dahulu, dan menuntunnya menuju kamar.
Sementara Darwin berjalan sendiri meskipun kakinya masih terasa kesakitan.
Marcella yang sedari tadi mengawasi dari kejauhan, ia terkekeh melihat mereka diberikan sedikit pelajaran setimpal olehnya. "HA-HA-HA! Barus segitu saja kalian sudah kesakitan, apalagi nanti kalau aku berhasil membongkar setiap kebusukan kalian!" gumam Marcella tersenyum puas menatap mereka dari balik pintu kamarnya.
Marcella kembali memasuki kamarnya, ada rencana yang harus dia lakukan selanjutnya, Marcella mulai berpikir untuk mencari partner yang benar-benar setia padanya. Namun, Marcella tidak mau gegabah dalam mencari partner untuknya.
Sementara di kantor, Reinard masih mengaudit beberapa dana keluar masuk keuangan perusahaan. Reinard sangat fokus pada data yang tidak sesuai dengan keuangan kantor perhari itu.
Reinard terduduk di kursi, menatap layar komputer di depannya, sambil memangku dagu dengan kedua tangannya. "Siapa yang mengambil uang sebanyak ini? Kenapa uang Perusahaan keluar tanpa sepengetahuanku?" gumamnya sambil menatap layar komputer.
Namun, fokusnya terganggu ketika suara langkah kaki semakin menerjang terdengar menghampiri ruangannya.
TAK! TAK! TAK!
Suara ketukan high heels beradu dengan lantai, seseorang datang menghampiri ruangannya, dan membuka pintu.
CEKLEK!
Tatapan Reinard teralihkan oleh seorang perempuan yang berdiri di ambang pintu. Tidak lain perempuan itu adalah Riana, sepupu dari perempuan yang sangat dia cintai.
"Kenapa kau datang kemari?" tanya Reinard menatap pada Riana.
Dengan tidak tahu malunya Riana masuk dalam ruangan itu, dan melingkarkan tangannya di pundak Reinard. "Tentu saja aku datang kemari karenamu Rei... aku mengkhawatirkanmu, kenapa kau terlalu memporsir tenagamu untuk bekerja sampai semalam ini,"
"Lepaskan tanganmu Riana, akan terjadi salah paham jika karyawan lain melihat kita berduaan di Ruangan ini, keluarlah," perintahnya lembut.
"Kau tidak sedang mengusirku kan Rey? Kau kan tahu siapa diriku di perusahaan ini!" timpal Riana dengan tidak percayanya mendapatkan pengusiran dari Reinard, pria impiannya.
"Aku minta sekali lagi keluarlah dari ruanganku, aku bukan mengusirmu, tapi ini profesionalitasku dalam bekerja!"
"Baiklah kalau itu maumu, aku akan menunggumu sampai kau membereskan pekerjaanmu hari ini!" Riana kembali berjalan meninggalkan ruangan kerja Dewan keuangan perusahaan Mahardika Group, milik almarhum papa Marcella.
Setelah Riana keluar dari dalam ruangannya, Reinard kembali melanjutkan pekerjaannya dia terus mempelajari data yang ada di komputernya. Bahkan, Reinard menelusuri ke rekening siapa aliran dana itu masuk.
Reinard menelepon bagian pencairan dana perusahaan, dia menanyakan siapa yang meminta dana tersebut.
[Halo... bisa bicara dengan Pak Tanto?]
[Iya saya sendiri Tuan! Ada apa Tuan Reinard menghubungi saya semalam ini?] tanya Tanto di seberang sana.
[Begini Pak, saya hanya ingin tahu tempo hari ada aliran dana sebesar 1M itu untuk keperluan apa ya?] Reinard mendesak bagian pencairan uang perusahaan Mahardika Group.
[Untuk hal itu ya, sebentar saya ingat-ingat dulu Tuan!]
Satu menit kemudian, Tanto mengingat bahwa tempo hari Darwin meminta uang dari perusahaan dan mentransfer kepada istrinya, Zalina.
[Oh-ya Tuan... saya ingat! Pada hari Sabtu tertanggal 2 February, Tuan Darwin meminta uang sebanyak 1M untuk ditransfer ke rekening Nyonya Zalina, hanya itu yang saya tahu Tuan. Selebihnya hanya Tuan Darwin yang mengetahui untuk apa uang itu digunakan!] tutur Tanto menyampaikan.
'Sudah kuduga Orang itu pasti menggunakan uang untuk hal yang tak penting!' gumam Reinard kesal, dalam hatinya.
Kemudian Reinard berterima kasih pada Tanto, atas informasi yang di dapatkannya. [Baiklah Pak Tanto, terima kasih atas infonya!] Reinard segera memutus sambungan.
Setelah mengetahui ke mana aliran dana itu, Reinard segera bangkit dia merasa bersalah atas kelalaiannya dalam menjaga aset kekayaan peninggalan Mahardika, pria yang sudah dia anggap seperti orang tuanya. "Maafkan saya Om... saya telah lengah dalam menjaga harta untuk Marcella," gumam Reinard.
Kemudian Reinard membereskan semua pekerjaannya, dan mematikan komputer lalu keluar dari ruangannya. Tidak ingin bertemu dengan gadis menyebalkan baginya, Reinard memilih pergi lewat lift private menuju langsung ke basemen di mana mobilnya di parkir.
TRING!
Suara lift mengalihkan perhatian Reinard, dia segera memasuki ruangan itu. "Malas sekali jika aku harus bertemu dengan Perempuan itu!" gumam Reinard mengusap hidungnya, meninggalkan lift yang telah terbuka.
Reinard melangkahkan kakinya, menuju mobil dan setelah itu bergegas keluar dengan kecepatan sedang meninggalkan gedung pencakar langit Mahardika Group.
Sedangkan Riana, dia terus menunggu di dalam ruang tamu, dengan setia Riana menunggu pria yang sangat digilainya itu. Lima menit telah berlalu, waktu menunjukkan hampir jam sembilan malam. Namun, Pria yang di tunggunya tak kunjung datang.
Riana melihat arloji di tangannya, lama kelamaan dia merasa curiga jika Reinard sudah tidak ada di ruangannya. Akhirnya Riana memutuskan untuk memastikan Reinard ke ruangannya.
Pada saat Riana berjalan di koridor kantor, tiba-tiba saja penjaga ke amanan di perusahaan itu bertanya pada Riana.
"Nona Ri cari siapa?" tanya salah seorang sekuriti itu, pada Nona besar putri dari Darwin.
Riana menatap pada sekuriti yang menyapanya, tatapannya begitu meremehkan pada sekuriti itu. "Berani sekali kau menyapaku? Mau cari siapapun saya, itu bukan urusanmu!" ketusnya.
"Maaf Nona, jika saya lancang terhadap Anda. Tapi saya hanya mau menyampaikan jika Anda mencari Tuan Reinard, beliau sudah pulang lima menit lalu!"
Riana menatap kesal pada sekuriti itu, dan mengepalkan tangannya lantaran telah lama dia menunggu Reinard, tapi Reinard sudah pulang lebih dulu darinya.
"Kenapa kau tidak katakan dari tadi?!" kesalnya, petugas keamanan itupun jadi sasaran kemarahan Riana.
Riana segera menuju lobby, berusaha mengejar Reinard. Namun, pada saat Riana sampai lobby pria yang digilainya itu sudah berjalan keluar dari gedung Mahardika Group.
"Reinard!" teriak Riana menatap kepergian Reinard menggunakan mobil mewahnya. "Aku akan membuat perhitungan denganmu Rei..." gumam Riana berdiri menatap Reinard, sambil menggenggam tas di tangannya.
"Sial!" kesal Riana, menepuk tangannya di udara dengan tepukan kosong.
Dengan murkanya, Riana bergegas pulang dengan mengemudikan mobilnya sendiri.
TIN-TIN-TIN!
Dengan kesal, Riana membunyikan klakson sekencang-kencangnya. Lantas kesal pada Reinard saat ini.
TIN-TIN-TIN!
Riana menurunkan kaca mobilnya menatap pada sekuriti rumah, dan memerintah penjaga rumahnya untuk membuka gerbang.
"HEY! Kamu bekerja di sini di gaji ya, cepat buka pintunya!" teriak Riana murka.
Sekuriti itu pun tergesa-gesa membuka pintu gerbang untuk Riana yang sedang terlihat murka saat ini.
BRUG!!!
Riana keluar dari mobilnya, dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam mansion megah itu.
"Yunita! Yunita! Yunita!" teriak Riana dengan suara lantang, suaranya hingga membuat Marcella tersentak.
"Sial, ada apalagi pada Gadis gila itu?" kesal Marcella.
Lantas apa yang akan Riana lakukan pada Yunita?
Bersambung...