Setelah obat yang diberikan Datuk Wirya diminum, Albara merasakan sesuatu yang hangat menjalar dari luka di pundaknya menyebar ke seluruh tubuhnya.
"Bagaimana rasanya nak?" tanya Datuk Wirya.
"Terasa ada hawa panas yang menjalar dari luka di bahu kiri Albara menyebar ke seluruh tubuh, makin lama makin panas" kata Albara yang mukanya mulai memerah kepanasan.
"Hmmm itu hawa racun yang mulai bereaksi melawan obat yang baru saja nak bara makan, reaksi ini bisanya cukup lama, untuk sementara nak Bara jangan menggunakan tenaga dalam dulu sampai reaksi obat benar benar tidak terasa lagi, atau kau akan mengalami hal yang lebih buruk karena reaksi racun akan menghanguskan jantung mu" Datuk Wirya mengingatkan Albara.
Hawa panas di tubuh Albara tersa makin panas, jantungnya seperti terbakar, napasnya seperti mau putus, seluruh tubuhnya terasa panas dan perih, kulitnya seperti ditusuk tusuk ribuan jarum, keringat mulai mengalir dari tubuhnya. Albara mematung di tempat duduknya menahan hawa panas yang semakin panas. Detik berikutnya Albara merasa ada hawa dingin mulai menjalar dari pusarnya mengalir ke seluruh tubuhnya berlahan lahan mengusir hawa panas hingga tubuhnya merasakan dingin yang luar biasa, dari hidungnya keluar uap putih seiring dengan hembusan napasnya, seluruh tubuhnya menggigil menahan hawa dingin di tubuhnya. Hawa panas dan dingin saling mendesak hingga Albara merasakan kepanasan dan kedinginan silih berganti.
Di luar warung terlihat tiga sosok laki laki yang berjalan terhuyung huyung dengan tangan selalu menekan perutnya sepertinya mereka mengalami sakit yang luar biasa. Tiga orang tersebut berjalan menuju Datuk Wirya.
"Buuuk, buuuuk, buuuuk" ketiga orang tersebut jatuh di depan Datuk Wirya dalam keadaan kesakitan luar biasa, tangan mereka tak hentinnya menekan perutnya. Ketiga orang tersebut adalah pengawal yang di utus Ratu Balqis, untuk membawa Datuk Wirya pada Raja Sulaiman.
Albara yang sedang berjuang menahan hawa panas dan hawa dingin yang silih berganti di tubuhnya, memperhatikan ketiga pengawal Datuk Wirya yang sedang kesakitan luar biasa sambil menekan nekan perutnya. Albara bisa menduga inilah pengawal yang di ceritakan Datuk Wirya sedang terserang wabah sakit perut. Otak Albara masih bisa berpikir dengan jernih, dia teringat akan obat obat yang di belikan kekasihnya Mulan, saat akan menemani Cagub Sulaiman bermeditasi di batu diri.
Albara memeriksa tas pinggangnya menemukan pil entrostop yang biasanya digunakan untuk mengobati sakit sembelit di zaman milenium trendi. Albara menyerahkan tiga butir entrostop pada Datuk Wirya.
"Datuk wirya ini ada obat yang biasanya sangat manjur untuk mengobati wabah sakit perut, berikan satu buah untuk masing masing pengawal Datuk yang sedang kesakitan" kata Albara.
Datuk Wirya menerima pil entrostop dari Albara lalu menyerahkan pada pengawalnya yang sedang kesakitan lalu meminta mereka meminumnya. Hanya butuh lima menit ketiga pengawal Datuk Wirya sudah terbebas dari rasa sakit di perutnys, muka ketiga pengawal Datuk Wirya tidak lagi pucat tapi terlihat sehat seperti semula.
"Luar biasa ternyata di atas langit masih ada langit, siapa sangka setelah dua hari minum ramuan Datuk Wirya murid Tabib Ajaib yang terkenal di daratan Hindia, sakit yang yang kami derita tak kunjung mereda, tapi setelah minum obat Tabib Muda ini tidak sampai sepeminuman teh sakitnya sembuh total" ucap salah satu Pengawal Datuk Wirya yang telah sembuh.
"Dari kemasannya kelihatan merupakan obat yang sangat mahal, berapa kami harus membayar untuk tiga butir obat ini?" tanya Pengawal Datuk Wirya.
Albara yang sedang merasakan hawa panas dan dingin di tubuhnya mulai mereda mengelengkan kepala.
"Tak usah bayar, ini ada enam pil lagi untuk barjaga jaga jika ada yang terserang wabah sakit perut, anggap saja ini terima kasih saya atas kebaikan Datuk Wirya yang telah memberikan obat anti racunnya pada Albara" jawab Albara menyerahkan enam pil entrostop pada Datuk Wirya.
"Terimakasih banyak tuan Tabib Muda, saya sangat beruntung bertemu orang sakti yang baik hati serta dermawan seperti Raja Sulaiman" ucap Pengawal Datuk Wirya.
"Kami bertiga berhutang nyawa pada Tabib Muda, semoga lain hari kami berkesempatan untuk membalasnya" sambung Pengawal Datuk Wirya yang lainya.
Dari ujung desa terdengar derap kaki kuda semakin mendekat, terlihat segerombolan penunggang kuda memasuki Desa dengan kecepatan tinggi hingga derap kaki kuda mereka menerbangkan debu dan kerikil di sepanjang jalan yang mereka lewati. Dari kejauhan debu terlihat membumbung tinggi bagai asap tebal tetlihat seperti badai topan yang sedang mernerpa Desa.
Tak lama berselang para penunggang kuda sudah berhenti di depan warung dimana Datuk Wirya dan pengawalnya baru saja menyelesaikan makan siangnya.
"Datuk Wirya hari ini Datuk tidak akan bisa menghindar dari Khoiril si Pencuri Sakti" sosok pemuda sebaya Albara paling selisih umur lebih tua setahun atau dua tahun dari Albara.
Albara kaget alang kepalang mendengar nama Khoiril disebut pemuda tersebut, kagetnya makin bertambah setelah melihat sosok yang berdiri di depan warung benar seperti Khoiril. Albara mulai memiliki praduga yang bukan bukan mungkin saja Khoiril juga mengalami peristiwa yang sama seperti Albara. untungnya Khoiril tidak memperhatikan Albara yang sedang konsentrasi memulihkan dirinya dari serangan racun dan obat dalam tubuhnya.
"Pencuri sakti ... dosa dosa mu telah terlalu banyak, setelah mencuri kitab Mpu Barata, sekarang menginginkan kitab pengobatan Tabib Ajaib, apa kau sudah bosan jadi pencuri hingga ingin beralih profesi jadi tabib?" bentak salah satu pengawal Datuk Wirya yang sudah berdiri menghadang Khoiril.
Sebuah pukulan jarak jauh mengandung tenaga sakti di lepaskan Pengawal Datuk Wirya, memaksa Khoiril meloncat keluar warung di ikuti oleh pengawal Datuk Wirya, detik berikutnya mereka sudah saling berdiri berhadap hadapan.
Albara yang masih bergulat dengan hawa panas dan dingin di tubuhnya tidak berani bertindak karena tidak di perbolehkan Datuk Wirya.
"Kita harus menyelamatkan Datuk Wirya dan membawanya menghadap Raja Sulaiman" kata salah satu pengawal Datuk Wirya.
"Saya dengar Ratu Mas sedang dalam misi menyelamatkan Raja Sulaiman, sekalian kami Mohon bantuan Ratu Mas untuk membawa Datuk Wirya menghadap Raja Sulaiman kami akan menghalangi kelompok sekte Agama Rahasia di sini " kata pemimpin Pengawal Datuk Wirya.
Ratu Mas memperhatikan Albara yang masih terlihat dalam keadaan bergulat dengan hawa panas dan dingin di tubuhnya. Pemimpin pengawal Datuk Wirya mengerti apa yang di pikirkan Ratu Mas, ia lalu mengingatkan Ratu Mas.
"Jangan khawatir dengan teman anda, kami berhutang nyawa pada nya, kami akan menjaganya dengan nyawa kami. Keselamatan Raja Sulaiman sangat penting, untuk mengakhiri kekacauan di benua Hindia" kata Pemimpin Pengawal Datuk Wirya lagi.
Di halaman depan warung sudah terdengar kegaduhan dimana salah satu Pengawal Datuk Wirya sedang bertempur sengit melawan Pencuri Sakti. Pemimpin Pengawal Datuk Wirya memberi komando pada tiga teman yang lainya. Lalu tiga pengawal segera melesat keluar warung siap menghadang anggota Sekte Agama Rahasia mengejar Datuk Wirya yang akan melarikan diri lewat pintu belakang warung.