Chapter 37 - Episode 37

Pasukan Raja Sulaiman meneriakkan yel yel perang memberi semangat pada Ratu Mas. Suasana kembali gegap gepita memecah kesunyian, di barengi sorak sorai pasukan Samiri yang sangat optomis melihat jago mereka Dewa Cambuk yang maju menantang duel. Mengingat nama besar Dewa Cambuk sebagai tokoh silat no satu di Mongol, menghadapi, bocah ingusan seperti Ratu Mas, tentu sudah bisa di kalkulasikan bahwa sembilan puluh sembilan persen Dewa Cambuk akan menang.

***

"Kita terlahir sebagai tentara

tiap tentara adalah syahidah.

kita terkahir sebagai tentara

tiap tentara milik Tuhan Yang Maha Esa.

kita terlahir sebagai tentara

tiap tentara berjuang menegakkan agama dan kebenaran

kita terlahir sebagai tentara

tiap tentara hanya berjuang untuk menang atau mati sebagai syahidah".

****

yel yel semakin keras di teriakkan cukup menambah semangat tempur Ratu Mas, dengan mengandalkan ilmu peringan tubuh Ratu Mas bergerak dengan lincah menghindari serangan cambuk si Dewa Cambuk, yang menyambar nyambar di atas kepalanya. Dengan ilmu pedang naga menghancurkan gunung pedang meliuk liuk terlihat seperti cahaya keperakan mengimbangi permainan cambuk si Dewa Cambuk.

"Aiiiih....." pekik Ratu Mas saat ujung cambuk sempat mengenai bahu kirinya, rasa pedih yang luar biasa membuat ratu mas terpaksa mundur hingga beberapa langkah, tapi Dewa Cambuk tidak mau melepaskan ratu mas begitu saja, segera cambuknya memburu dengan serangan serangan berbahaya.

Setelah lima puluh jurus Ratu Mas sudah terlihat terdesak hebat, Dewa Cambuk tertawa tawa kegirangan.

"Ha ha ha nak Ratu Mas sangat berbakat, dalam usia segini muda sudah mampu mengimbangi Dewa Cambuk hingga lima puluh jurus" Dewa Cambuk memuji kagum.

"Wuuuut, tar, tar, tar" hanya dalam beberapa detik tiga serangan cambuk yang disertai tenaga dalam penuh telah menyambar ke ubun ubun, leher dan ulu hati Ratu Mas, mau tak mau serangan ini harus di tangkis.

Menggunakan tenaga dalam penuh Ratu Mas berusaha menangkis serangan si Dewa Cambuk yang mengarah kehulu hatinya menggunakan pedangnya, sementara tangan kirinya bergerak menotok pergelangan tangan Dewa Cambuk. Dewa Cambuk melompat ke belakang menghindari totokan Ratu Mas di pergelangan tangannya sementara Pedang ratu mas yang berusaha menangkis bertemu cambuk seketika terdengar ledakan dahsyat menerbangkan debu dan kerikil di sekitarnya.

"duaaaar"

Tangan Ratu Mas bergetar hebat, terasa panas dan kesemutan saat pedang membentur cambuk, sadarlah dia bahwa tenaga dalam si Dewa Cambuk dari Mongolia ini sangat jauh di atasnya.

"Hebat ... Gadis yang berbakat, " teriak Dewa Cambuk cukup kaget.

Dewa Cambuk diam diam kagum pada Ratu Mas, bagaimana tidak jurus yang di kuasai Ratu Mas sangat hebat tidak saja bisa menandungi jurus cambuknya tapi dia juga masih mampu mengirim serangan berbahaya. Apalagi peringan tubuhnya sangat tinggi bahkan sudah berada di atasnya, sekarang dia hanya bisa mengandalkan tenaga dalamnya untuk mengalahkan Ratu Mas.

"Ayo nak Ratu Mas... sayang sekali kalau nak Ratu Mas tewas sia sia, kenapa tidak segera insyaf dan kembali ke koto tapus" kembali Dewa Cambuk mencoba membujuk Ratu Mas.

Ratu mas tidak bicara dia lepas dari serangan berbahaya tapi dia mulai sibuk menghindari serangan cambuk berikutnya yang datang susul menyusul dengan cepat sekali, Ratu Mas berusaha menghindar dan berusaha untuk tidak melakukan beradu senjata dengan cambuk si Dewa Cambuk.

Seratus jurus berlalu Dewa Cambuk makin mempercepat gerakannya, kilatan sinar putih menyilaukan makin banyak di arahkan ke mukanya membuat Ratu Mas kebingungan keringat dingin mulai mengalir di dahinya dan sekali lagi dia harus menepis menggunakan pedangnya, tiba tiba pedang terlilit cambuk.

Ratu Mas menyalurkan seluruh tenaga dalamnya untuk melepaskan pedang dari lilitan cambuk. Merasakan Ratu Mas yang menyalurkan tenaga dalamnya Dewa cambuk pun melakukan hal yang sama. Tenaga dalam yang sangat dahsyat dari tangan Dewa Cambuk mengalir melalui pangkalbcambuk menuju pedang Ratu Mas.

"Duaaaaar...." ledakan dahsyat kembali terdengar saat dua tenaga dalam bertemu. Ratu Mas terpental hingga 10 meter dari bibirnya meleh darah segar. Ratu Mas tidak mampu bangun kelihatannya dia terluka dalam sangat serius.

"Aaiiiih " Dewa Cambuk dari Mongolia setengah berteriak tubuhnya tercelat mundur hingga tiga langkah, dia tidak menyangka gadis semuda ini sudah begitu hebat.

Melihat Ratu Mas yang terluka dalam serius, Dewa Cambuk mendekat bersiap memberikan pukulan pamungkas, dengan sebuah pukulan jarak jauh untuk mengakhiri duel sekaligus mengakhiri hidup Ratu Mas, namun saat itu juga si Tajam Hulu Tembesi segera melesat kedepan dengan kecepatannya luar biasa hingga sulit di lihat dengan mata kepala, tubuhnya terlihat seperti bayangan putih berkelebat tau tau sudah berdiri menghadang di depan si Dewa Cambuk dari Mongolia.

Sekarang jago silat nomor satu daratan Mongol dan jago silat nimor satu daratan Hindia sudah saling berhadapan, seakan pertandingan final penentuan siapa yang akan jadi juara. Seperti yang di harapkan pasukan Samiri untuk menghabisi komandan pasukan Raja Sulaiman satu persatu dalam duel, tapi melihat lawan duel Dewa Cambuk berikutnya adalah si tajam Hulu Tembesi membuat Samiri sedikit cemas. Segera dia minta zorik si rambut api dan ma thai kun untuk maju bareng jika hal buruk terjadi pada Dewa Cambuk.

"Ha ha ha bagus, sudah lama sekali ingin menjejali kemampuan si Tajam Hulu Tembesi, hari ini sepertinya akan terlaksana" Dewa Cambuk sudah bersikap dengan kuda kuda.

"Dewa Cambuk...! selama ini saya sangat mengagumi nama besar mu sebagai ahli silat kelas satu dunia. Sayang sekali hari ini engkau bergabung dengan para perusuh yang haus kekuasaan, sepertinya julukan Dewa Cambuk tidak lagi tepat sebaiknya di ganti dengan si Iblis Cambuk" kata si Tajam Hulu Tembesi.

Mendengar teguran si Tajam Hulu Tembesi, muka Dewa Cambuk memerah karena malu dan marah. detik berikutnya Dewa Cambuk sudah menerjang kedepan.

"tar tar tar" cambuk si Dewa Cambuk dari Mongolia sudah menyambar yambar menghujani tubuh si Tajam Hulu Tembesi. Tapi yang di hadapi Dewa Cambuk bukan orang sembarangan, dengan mudah si Tajam Hulu Tembesi menghindar dan membalas serangan.

Kehebatan mereka memang terlihat seimbang, Dewa Cambuk dengan jurus cambuk halilintar menimbulkan suara bising dari angin kebutan cambuk, disertai letupan nyaring ujung cambuk yang mengeluarkan kilatan cahaya putih menyilaukan. Si Tajam Hulu Tembesi segera mainkan jurus ilmu pedang naga menghancurkan gunung, pedang bergerak terlihat seperti sinar putih meliuk liuk, terkadang menusuk membalas serangan Dewa Pedang, sehingga terlihat seperti seekor naga di antara ratusan kunang kunang.

Tapi ilmu peringan tubuh si Tajam dari Hulu Tembesi sepertinya lebih unggul, hingga dalam belasan jurus ujung pedang si tajam hulu tembesi sudah mengancam lehernya, Dewa Cambuk masih sempat mengelak tapi tetap saja pedang masih menyerempet bahunya.

"Breeet .,.. " baju di bahu Kiri Dewa Cambuk dari Mongolia telah robek oleh pedang si Tajam Hulu Tembesi.