Chapter 38 - Episode 38

Melihat pakaian di bahunya sudah robek tergores pedang si Tajam Hulu Tembesi, Dewa Cambuk dari Mongolia melompat mundur hingga lima langkah. Dia berhasil menyelamatkan diri, dari serangan susulan si Tajam dari Hulu Tembesi, lalu memeriksa bahunya yang terasa panas.

Sambil menghela nafas dalam Dewa Cambuk dari mongolia mengubah gaya serangannya dengan menjaga jarak mengandalkan cambuknya yang panjang. Sambil mengeluarkan jaeritan melengking yang mengandung tenaga dalam tinggi, orang yang tenaga dalamnya rendah pasti akan terluka dalam Mendengarnya. Dewa Cambuk bergerak mengelilingi si Tajam Hulu Tembesi dengan gerakan yang cepat dan arah yang tak terduga kadang meloncat bagai terbang cambuknya makin ganas, terarah kebagian tubuh atas dari pinggang ke kepala si Tajam Hulu tembesi.

"Jurus yang sangat bagus" puji si Tajam Hulu Tembesi, dia terus mengelak tanpa mampu mendekati Dewa Cambuk yang berloncatan kesana kemari.

Gerakan Dewa Cambuk makin cepat hingga sinar putih menyilaukan, seperti Ratusan kunang kunang mengurung si Tajam Hulu tembesi. Setiap serangan mengandung tenaga dalam tinggi hingga angin kebutannya sudah terasa menusuk nusuk kulit.

"Ha Haha si Tajam Hulu Tembesi.. bersiaplah mengakui keunggulan Dewa Cambuk" tetiak Dewa Cambuk, di sertai pekikan serangan Dewa Cambuk makin dahsyat.

Cara ini cukup berhasil namun setelah ratusan jurus dia tidak mampu mendesak si Tajam dari Hulu Tembesi, tapi sangat mempengaruhi jalannya pertempuran, si Tajam Hulu Tembesi tak lagi mampu memberikan serangan balasan, mata si Tajam Hulu Tembesi mulai pedih kena cahaya letupan cambuk.

"Aaaaaah...." keluh si Tajam Hulu Tembesi, sambil melompat mundur saat satu serangan hampir saja menyentuh ubun ubunnya.

Si tajam hulu tembesi memejamkan matanya, mulai bertempur mengunakan nalurinya. Naluri silat si tajam dari hulu tembesi sudah mencapai puncaknya, bahkan orang berkata "Jangankan sebutir kotoran cicak bahkan sebutir debu yang jatuh menimpa saat dia tidur lelap, maka si Tajam Hulu Tembesi akan mengelak atau menepisnya"

"Ha ha ha Dewa Cambuk, jangan senang dulu si Tajam Hulu Tembesi belum kalah, bahkan aku akan mengalahkan Dewa Cambuk dengan mata terpejam" ejek si Tajam Hulu Tembesi sambil memejamkan matanya.

Si tajam mulai bisa menguasai keadaan setelah memejamkan matanya, kemudian menyalurkan seluruh tenaga dalamnya pada pedangnya, pedang si Tajam pun mulai mengepulkan uap putih tipis pertanda dia sedang menggunakan tenaga dalam penuh yang tersalur ke pedangnya, kemudian dengan kecepatan luar biasa melakukan tebasan miring ke arah cambuk yang datang ke depannya tanpa berusaha mengelak dari tiap serangan cambuk si Dewa Cambuk.

"Cass, cass, cass, cass, cass, ..." pedang menebas cambuk hingga lima kali, cambuk terpotong potong hingga tinggal sejengkal, dari genggaman Dewa Cambuk

Dewa Cambuk dari Mongolia kaget melihat kenyataan kalau cambuknya sudah terpotong potong, bagaimana tidak belum ada senjata yang mampu memotong motong cambuk nya selama ini, tapi oleh pedang si Tajam Hulu Tembesi, cambuknya di potong semudah memotong kayu lunak. Masih dalam keadaan kaget pedang si Tajam Hulu Tembesi telah mengincar lehernya tanpa dia mampu mengelak atau menangkis lagi.

"Crasss," suara pedang menebas leher Dewa Cambuk, sedetik kemudian kepala Dewa cambuk sudah menggelinding di tanah, di ikuti tubuhnya yang ambruk berkelonjotan akhirnya diam tak bergerak.

Tewasnya Dewa Cambuk dari Mongolia membawa pengaruh mental bagi pihak Samiri, hal ini sangat menggentarkan pasukan Samiri. Kemarin empat Jendral utama mereka tewas hari ini jago nomor satu mereka tewas, sementara di pihak raja Sulaiman Jendral mereka masih utuh. Untuk sementara meteka mematung tidak ada yang berani maju menerima tantangan duel si Tajam Hulu Tembesi.

Melihat keadaan pasukannya mulai gentar Samiri sangat marah, segera memberi komando pada Zhorik si Rambut Api dari Eropa, Ma Thai Kun dari Daratan Cina, dan Amiri seorang ahli silat perguruan Tahtib dari Daratan Afrika yang ke ahlianya juga sudah setara dengan master dari delapan pejuru mata angin.

Ketiga Master ini serempak meloncat ke arena menantang duel si Tajam dari Hulu Tembesi, mata ketiga mereka menatap dengan penuh dendam dan hawa membunuh. Ma thai kun berdiri dekat sebuah batu sebesar anak kerbau, kemudian mengangkatnya seperti mengangkat gulungan kapas saja, di ikuti master Zorik si rambut api dan Amiri dari Afrika. Mereka bertiga berjalan mendekati si Tajam dari Hulu Tembesi, tiba tiba Ma Thai Kun melemparkan batu besar tersebut ke arah si Tajam Hulu Tembesi. Seperti melemparkan buah saja, batu besar di tangannya meluncur secepat peluru, si tajam hulu tembesi hanya bergerak ringan ke samping kemudian pedangnya menebas batu besar yang masih melayang di udara.

"Cass, cass, cass,... Cass cass cass" detik berikutnya batu rontok ke tanah dalam keadaan terpotong potong seperti agar agar.

"Oooo mi to hood" decak Ma Thai Kun kagum.

"Oooo my Good.. Tidak salah dia di juluki si tajam, ketajaman pedangnya mampu pengiris batu semudah mengiris agar agar" sambung zhorik.

"Cik.. cik cik... itu pasti pedang Raja Daud yang terkenal" Amiri dari Afrika juga berdecak kagum.

Amiri merupakan master seni bela diri tongkat/Tombak-pertempuran, bela diri ini berasal di Afrika utara dan sudah populer di zaman ke Kerajaan Lama Mesir kuno atau Kemet. Bela diri ini malah di abadikan di Relief dari situs arkeologi dari Abusir menunjukkan tarian tongkat secara rinci. Para pejuang menggunakan tongkat empat kaki disebut Asa, Asaya, Assaya, atau Nabboot sementara mereka melakukan musik. gaya bertarung ini berperan penting dalam pelatihan tentara Mesir, bersama dengan memanah dan gulat. "Jauh di selatan Sungai Nil adalah Ethiopia, rumah tongkat agresif memerangi seni rakyat Suri,". Gaya pertempuran dapat dilihat dalam berbagai wilayah geografis. Kerajaan mesir juga berbatas langsung dengan kerajaan Raja Daud hingga dalam perguruan tahtib legenda pedang Raja Daud sangat populer di ceritakan dari mulut kemulut pada murid perguruan tahtib. Sebagai master tahtib tentu saja Amiri sangat mengenal legenda pedang tajam Raja Daud, sehingga dia langsung mengenali pegang di tangan si Tajam Hulu tembesi.

Benar Sekali pedang si Tajam Hulu Tembesi adalah warisan Raja Daud ayah Raja Sulaiman, pedang ini di berikan Raja Sulaiman pada si Tajam Hulu Tembesi karena pada saat itu si Tajam Hulu Tembesi merupakan pembantu utama Ratu Balqis yang di andalkan mengamankan wilayah Kerajaan Saba. Pada masanya Raja Daud adalah ahlinya menundukkan besi, dia bisa membuat baju besi, topi baja, dan senjata senjata sakti dari besi besi pilihan, salah satunya adalah pedang si Tajam dari Hulu Tembesi. Ketajaman pedang inilah yang membuat ki Hanib di juluki si Tajam dari Hulu Tembesi.

Zhorik dengan pedang pendek di kedua tangannya, ma thai kun dengan bersenjata kipas dan Amiri bersenjatakan tombak mulai mengurung si Tajam dari Hulu Tembesi.

"Ilmu meringankan tubuh, si Tajam Hulu Tembesi sudah terkenal ke seluruh dunia, hari ini saya orang tua mau minta pelajaran " ujar Ma Thai Kun seketika kipasnya sudah terkembang di depan dada siap melakukan serangan.

"Jangan sungkan sungkan, nama besar kalian bertiga sudah sangat akrab di telinga saya sebagai master top di daratan Eropa dan China dan Afrika, jika kalian ingin ngadu ilmu, kalian bisa maju satu persatu atau maju bertiga sekali gus, jangan kira aku gentar" jawab si Tajam Hulu Tembesi

Serentak mereka menyerbu bunyi pedang pendek di tangan Zorik si Rambut Api menimbulkan bunyi melengking di ikuti sinar keperakan membentuk kembang, kipas di tangan Ma Thai Kun dan tombak di tangan Amiri tak kalah ganas nya telah mengancam beberapa titik mematikan di tubuh si tajam hulu tembesi.