Albara diam diam mendengarkan percakapan mereka sekalipun agak sayup terdengar, tapi karena sunyinya malam suara mereka jadi terdengar jelas di telinga Albara.
"Tewasnya ke empat jendral mereka dalam perang tanding akan membuat mereka berpikir untuk memajukan jago jago andalan mereka besok pagi" si Tajam Hulu Tembesi menyampaikan analisanya.
"Benar ki Hanib .... target mereka sudah jelas menyingkirkan para komandan kita besok pagi dalam duel khusunya Ratu Mas yang telah menewaskan empat jendral mereka" timpal Jendral Alfred mengingatkan.
"Saya tidak takut biarlah Ratu Mas yang menerima tantangan duel pertama besok pagi, jika saya tewas atau terluka dalam duel saya harap paman Gatot Brata bisa mengomandoi pasukan Koto Tapus" pinta Ratu Mas pada Gatot Brata yang juga hadir di antara mereka.
"Baiklah ... Saya bersedia" Gatot Brata diam sejenak.
"Saya pikir sebaiknya kita istirahat sekarang, khususnya Ratu Mas yang tadi lelah dalam duel, tapi sebelumnya perkenankan saya menyampaikan titipan Datuk Wirya"
Gatot Brata mengeluarkan empat butir pil dari kantongnya, lalu di berikan satu pada Ratu Mas, satu pada si Tajam Hulu Tembesi, satu di berikan pada Jendral Alfred dan satu lagi di simpan untuk dirinya.
"Jika salah satu dari kita ada yang terluka pada saat duel besok, maka segeralah makan pil ini untuk memulihkan luka dalam dan meningkatkan tenaga dalam" Gatot Brata menirukan ucapan Datuk Wirya.
Setelah menerima pil dari Gatot Brata mereka bubar menuju peristirahatan masing masing. Demikian juga halnya dengan Ratu Mas segera meninggalkan kemah Jendral Alfred, tapi belum jauh Ratu Mas meninggalkan kemah seorang pengawal Jendral Alfred memanggilnya.
"Nona Ratu Mas ... Tunggu sebentar" teriaknya.
Ratu Mas menghentikan langkahnya menunggu pengawal Jendral Alfred yang menghampirinya tergesa gesa.
"Ini ada titipan dari Jendral Alfred untuk nona" lalu sang pengawal menyerahkan gulungan surat pada Ratu Mas.
"Jendral kami adalah tipe orang yang susah untuk jatuh cinta, saya harap dia benar benar jatuh cinta pada Nona saat ini" kata pengawal Jendral Alfred.
Ratu mas menerima gulungan surat dari pengawal Jendral Alfred kemudian berlalu tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Malam kembali sunyi setelah mereka kembali ke kemah masing masing, sesekali terdengar pasukan yang betpatroli mememetiksa keadaan setiap kemah. Albara akhirnya terlelap dalam kecapean, setelah seharian tidak dapat istirahat dia tertidur sangat nyenyak hingga bangun setelah mata hari telah terbit.
*****
Saat Albara kembali dari merawat Raja Sulaiman, dia berjalan melewati kemah Ratu Mas untuk bergabung dengan pasukan Koto Tapus yang sudah mulai bersiap untuk menghadapi pertempuran hari ini. Saat melewati kemah Ratu Mas, dia mampir untuk menyamperi Ratu Mas.
"Nenek lagi ngapain?" tanya Albara.
Ratu mas kaget saat melihat Albara yang datang tiba tiba.
"Hah .. kamu Bara cucuku, ngagetin aja. gak liat ni nenek lagi baca kitab" kata Ratu Mas.
"kitab apa surat cinta?!" cagil Albara
"Surat cinta kali, apa cucu mau dengar nenek bacakan" kata Ratu Mas.
Tanpa menunggu jawaban dari Albara ratu mas langsung membaca gulungan surat yang di terimanya dari pengawal Jendral Alfred tadi malam.
*****
Dear Adinda Ratu Mas
Untukmu yang kucintai
Entah apa yang harus aku tuangkan dalam secarik kertas ini
tulisan kalam indah sekalipun tak ada yang bisa mewakili rasa ini
Ada banyak hal yang mungkin tak dinda Ratu Mas tahu dariku, beribu ribu gadis yang telah ku kenal hanya adik Mas seorang yang nenggetarkan hatiku, betapa banyak tersimpan segala kurangku, bahkan lebihnya cintaku yang kukemas dalam hati hanya untukmu.
Sudilah kiranya adinda Ratu Mas menerima cintaku ini, sangat besar harapan diri ini untuk menjadi pendamping mu.
Aku tahu, mungkin aku bukan yang pertama menginginkan cinta mu, tapi aku harap aku adalah orang yang terpilih untuk menjadi pendamping mu.
Aku ingin disetiap hari-hariku.....bersamamu
Aku melihat senyummu…
Mendengar suaramu, candamu…tawamu…
Aku ingin kau slalu ada menemaniku hingga kita tua nanti.
Meski kadang aku bertanya-tanya apakah aku pantas mendampingimu?
Orang yang mengharapkan cinta mu.
Jendral Alfred
****
"Waw ... Jendral Alfred menyatakan cintanya pada nenek, terima aja nek .... Bara ikut senang degarnya" komentar Albara.
"Albara degar kabarnya Jendral Alfred merupakan keturunan Nabi Yusuf, jika dia jadi suami nenek artinya Albara juga cucu Nabi Yusuf, wah bikin bangga Albara lho nek." kata Albara.
"Ya sudah tak perlu di tanggapi, orang baru kenal sehari bagaimana mungkin sudah bicara cinta cintaan, dalam kondisi perang lagi" kata Ratu Mas terlihat jengkel.
Saat itu terdengar suara terompet komando kalau perang akan di mulai, gendrang perang telah di tabuh yel yel perang di teriakkan. Suasana jadi riuh, hinggar bingar membuat bulu roma Albara berdiri.
"Cucu Albara jaga diri ya, kamu harus hidup untuk merawat Raja Sulaiman, jika nenek tewas dalam duel atau di medan tempur, tolong bawa mayat Ratu Mas ke Koto Tapus" Ratu Mas lalu melangkah menuju pasukannya.
"Jangan bicara begitu... nenek Ratu Mas juga harus hidup untuk mendampingi Jendral Alfred" kata Albara mengikuti Ratu Mas ke pasukan Koto Tapus.
Seperti kemaren setelah pasukan saling berhadapan, perang di mulai dengan perang tanding. Sesuai prediksi si Tajam Hulu Tembesi dan Jendral Alfred, sasaran pasukan Samiri adalah menyingkirkan Ratu Mas, mereka mengeluarkan jago silat andalan mereka sebagai pembuka duel.
Master silat nomor satu Dewa Cambuk dari Mongolia segera maju menantang duel Ratu Mas.
"Ratu Mas saya yang tua berjuluk Dewa Cambuk dari Mongol, hari ini ingin merasakan tajamnya pedang Bidadari Koto Tapus, tapi jika kau masih sayang nyawamu sebaiknya kembalilah ke Koto Tapus, sekalian bawa pasukan mu" kata Dewa Cambuk sengaja memprovokasi Ratu Mas.
Tentu saja Ratu Mas maju menerima tantangan duel Dewa Cambuk dari Mongolia.
"Dewa Cambuk saya sudah sering mendengar nama besar mu, hari ini rupanya saya Ratu Mas berkesempan mendapat pelajaran sejurus dua jurus dari mu, majulah Ratu Mas akan melayani mu" tantang Ratu Mas.
Dewa Cambuk berjalan ke depan Ratu Mas dengan langkah yang tenang, tapi terlihat kakinya seperti sedang menginjak lumpur yang lembut, hingga terlihat bekas kakinya tenggelam dalam tanah yang keras. Sepertinya Dewa Cambuk sengaja mempertontonkan kekuatan tenaga dalamnya.
"Tar, tar, tar" cambuk di tanganmya di lecutkan membuat bunyi nyaring dan swiran angin yang kencang di ikuti bunyi ledakan kecil dan nyaring. di ujung cemeti terlihat bunga api setiap kali cambuk di lecutkan, hingga terlihat seperti cahaya putih menyilaukan yang berkedip kedip.
Semakin mendekati Ratu Mas, lecutan cambuk semakin cepat, ledakan semakin serig terdengar di sertai timbulnya cahaya putih di ujung cambuk sehingga Dewa Cambuk terlihat seperti di kelilingi ratusan kunang kunang. Lecutan cambuk mendatangkan suara swiran angin kedengeran seperti deruan badai yang menerbangkan debu di sekitarnya. Dengan menggunakan jurus cambuk halilintar di sertai tenaga dalam penuh, kekuatannya sangat dahsyat jika orang yang tingkat ilmu silat nya rendah pasti sudah jatuh hanya terkena angin pukulannya.
Ratu Mas baru mendengar ledakan cambuk yang sudah menyambar di depannya disertai cahaya yang menyilaukan membuat kepalanya pusing. Menyadari hal ini dia tidak berani main main, segeralah dia mencabut pedangnya siap menghadapi cambuk dengan jurus pedang Empat Dewa yang sakti.