Chapter 35 - Episode 35

Tubuh Zou Yuan terlempar hingga sepuluh meter kebelakang dengan keras, darah segar disertai gigi giginya berhamburan dari mulutnya, tubuh Jendral Zou Yuan melayang di udara kemudian mendarat di tanah dalam keadaan tidak bernyawa.

Melihat Jendral Zou Yuan tewas dalam perang tanding dengan Ratu Mas yang masih di usia remaja. Jendral Seyame tidak yakin akan kemampuan Ratu Mas sehebat itu, segera dia maju menantang duel Ratu Mas. Seperti halnya Jendral Zou Yuan nasib Jendral Seyame, Jendral Kamal dan Jendral Jodan tidak dapat bertahan hingga 30 jurus semua tewas di tangan Ratu Mas. Tewasnya keempat Jendral pasukan Samiri dalam duel sangat memukul mental tempur dari pasukan Samiri, apalagi mengingat ke empat jendral mereka tewas di tangan gadis remaja yang masih kekanak kanakan. sebagian besar dari dari prajurit yang berkepandayan rendah mulai ciut nyalinya.

Melihat ini Samiri mencoba mengambil keuntungan dalam perang kerubutan, segera dia memberi komando, terompet di bunyikan, seketika pasukan Samiri melesat bagai anak panah menyerbu pasukan Raja Sulaiman. Setelah tewasnya empat jendral utama, pasukan Samiri sekarang di komandoi langsung oleh Samiri dibantu tokoh silat kelas satu dari tiga Daratan yakni Zorik si Rambut Api dari Daratan Eropah, Dewa Cambuk dari Daratan Mongolia dan Ma Thai Kun dari Daratan Cina.

Di pihak Raja Sulaiman barisan panah dan pasukan baju besi siap menanti perintah. Melihat pasukan Samiri sudah menyerbu dengan ganas, Jendral Alfred pun memberi komando, di mulai dari pasukan panah di belakang kemah.

"Pasukan panah tembak" teriak jendral Alfred.

"Serr... Serr serr serr serr .... Serr" detik berikutnya ribuan anak panah meluncur menuju pasukan Samiri yang maju menerjang. Kurangnya perisai membuat pasukan Samiri sibuk menenangkis hujan panah dengan senjata mereka, namun tidak sedikit anak panah mencapai sasaran dengan tepat. Korban di pihak Samiri mulai berjatuhan, jerit tangis kesakitan dari mereka yang terluka menggema di mana mana.

"Terus maju ... " Samiri kembali memberi komando melihat beberapa prajuritnya yang terluka mulai mengundurkan diri.

Banyak nya jumlah mereka membuahkan hasil sedikit demi sedikit mereka maju dalam hujan panah. Akhirnya beberapa mereka sudah mencapai titik tempur di depan pasukan khusus Koto Tapus.

"Ratu Mas .... Bawa pasukanmu ke medan tempur, tusuk barisan mereka" Jendral Alfred memberi komando.

Di lanjutkan komando dari Ratu Mas "Pasukan Koto Tapus, serbuuuuu .... tunjukan kemampuan kalian, tidak ada lagi Koto Tapus hari ini, yang ada hanya sorga yang menanti kedatangan kalian" pekik Ratu Mas

Pasukan Koto Tapus menyerbu ke medan pertempuran, beberapa detik kemudian pertempuran serupun tak Terhindarkan lagi, denting pedang terdengar di mana mana, gendrang perang di tabuh, yel yel perang di teriakkan. Seketika suasana menjadi riuh, sorak sorai, jerit kesakitan yang terluka membahana bembelah udara. Pasukan panah menghentikan serangan setelah melihat pasukan Koto Tapus sudah ada di jantung pertempuran, akibatnya pasukan Samiri mulai leluasa menyerbu, mengandalkan jumlah mereka yang banyak, pasukan Samiri terus merangsak maju, membuat pertempuran makin melebar hingga ke pinggir sungai.

"Baju besi kiri tutup sayap kiri, Ratu Mas terus tusuk barisan tengah, pasukan baju besi kanan potong barisan kanan" Jendral Alfred makin sibuk memberi komando.

Pertempuran berlarut hingga sore tapi pasukan Samiri tak mampu memnembus pertahanan Pasukan Raja Sulaiman. Melihat pasukannya sudah mulai kelelahan dan korban di pihaknya makin banyak, maka Samiri memutuskan untuk mundur dulu.

"Munduuur, munduuur" teriak Samiri memberi komando.

Pasukan samiri yang telah lelah mendengar komando segera meninggalkan medan tempur, demikian juga pasukan Raja Sulaiman tidak mengejar mereka karena panglima mereka juga memerintahkan untuk mundur.

"Semua pasukan segara kembali ke kelompok masing masing dan selamatkan teman teman yang terluka maupun yang tewas" Jendral Alfred memberi perintah.

Segera pasukan kembali ke kemah membawa teman mereka yang luka untuk mendapatkan perawatan. Di pihak mereka ada lima puluh orang tewas termasuk Khoirudin, seratus lima puluh orang luka berat dan tiga ratus lima belas orang luka ringan. Sementara di pihak Samiri ada tiga ribuan tewas termasuk empat jendral utama mereka dan ribuan lainya luka luka, dipastikan hari ini pasukan Raja Sulaiman menang tekak.

Albara dalam kebingungannya agak shok menyaksikan pertempuran, situasi yang tidak pernah dia saksikan di zaman milinium trendi. Ganasnya medan tempur terasa bagi Albara seperti hidup di lingkungan para monster, semua di selesaikan dengan pedang. Semua seperti siap mencabik lawan yang ada di depan mereka. Kebingungan Albara terhenti saat seorang prajurit menghampirinya mengingatkan Albara akan tugasnya merewat Raja Sulaiman.

"Tuan Albara sedang di tunggu yang Mulya Raja Sulaiman" kata prajurit yang mendekatinya.

"Siap ..." Albara seperti linglung lalu berjalan mengikuti prajurit tersebut menuju kemah Raja Sulaiman.

"ayo duduk sini Anak muda, ayo minum mensyukuri kemenangan untuk hari ini, kamu sepertinya lupa ngopi break selama pertempuran" kata Raja Sulaiman pada Albara.

Albara menuru dan duduk di samping raja Sulaiman yang sudah terlihat segar, tak lama kemudian seseorang membawa hidangan santap malam untuk mereka. Albara yang seharian lupa minum juga lupa makan baru merasakan lapar, seperti orang sedang berbuka puasa dia makan dengan lahap. Melihat Albara makan dengan lahap Raja Sulaiman yang sudah memiliki napsu makanpun makan dengan lahap hingga makanan yang di sajikan pada mereka habis tak tersisa. Setelah santap malam Albara mengeluarkan pil untuk di minum raja Sulaiman.

"Yang Mulya ini obat yang harus diminum untuk malam ini" kata Albara.

Raja Sulaiman segera minum obat yang di berikan Albara.

"Berapa kali lagi saya harus minum obat?" tanya Raja Sulaiman.

"Dua hari lagi yang Mulya, setiap hari tiga kali, jadi yang Mulya harus minum enam kali lagi" Albara menjelaskan.

Albara memeriksa denyut nadi dan suhu tubuh Raja Sulaiman setelah merasakan nadi dan suhu tubuh raja Sulaiman sudah normal Albara menarik napas lega.

"Sepertinya yang Mulya sudah sehat besok cukup makan satu pil saja lagi" kata Albara.

Raja Sulaiman merasa lega mendengar kata kata Albara tentang kesehatannya. dia merasakan perubahan yang sangat cepat dengan kondisi tubuhnya, sekarang dia sudah bisa tidur nyenyak. Pengaruh obat tidur yang di berikan Albara sepertinya menenangkan Raja Sulaiman bahkan dalam kondisi perang beliau masih sempat tertidur pulas.

Saat pengawal Raja Sulaiman masuk untuk membereskan semua hidangan yang telah mereka santap, Albarapun permisi undur diri.

"Yang mulya sudah terlihat ngantuk, sebaiknya istirahat, untuk sementara Yang Mulya jangan banyak bergerak dulu" kata Albara.

"Terima kasih Abara, kamu juga perlu istirahat" kata raja Sulaiman.

Lalu Raja Sulaiman memanggil seorang pengawalnya.

"Pengawal carikan tempat istirahat yang nyaman buat Albara" Raja Sulaiman memberi perintah pada pengawalnya.

"Siap Yang Mulya.. bagaimana jika Albara istirahat di kemah Datuk Wirya di samping Jendral Alfred?" tanya pengawal.

"Kalau itu bagus segera bawa Albara ke sana" kata raja Sulaiman.

"Siap Yang Mulya" jawab pengawal.

Albara di bawa ketenda Datuk Wirya di sebelah tenda Jendral Alfred, tidak jauh dari kemah Raja Sulaiman. Datuk Wirya dan ke lima pengawalnya sepertinya sudah tertidur. Albara mengambil posisi di sebelah mereka betbaring dan mulai nemejamkan mata. Di tenda Jendral Alfred masih kedengeran aktifitas Jendral Alfred dan pembantu dekatnya, Albara mendengar juga beberapa suara yang dia kenali yaitu suara si Tajam Hulu Tembesi dan suara Ratu Mas. Mereka sepertinya mulai menganalisa pertempuran tadi siang dan mendiskusikan teknik yang mungkin di terapkan untuk pertempuran besok pagi.