Kedua belah pihak telah menyadari kalau musuh sudah berada depan mata, pasukan Raja Sulaiman maupun pasukan Samiri sudah siaga perang. Pasukan Raja Sulaiman di bawah komando jendral Alfredito menempatkan beberapa prajuritnya di beberapa titik strategis sebagai pengintai gerakan lawan. Demikian juga Khoirudin menempatkan beberapa prajuritnya mendampingi prajurit Raja Sulaiman.
"Jendral Alfred kelihatanya pasukan Khusus Koto Tapus cukup dapat di andalkan, di antara mereka ada si Tajam Hulu Tembesi Jendral Kerajaan Saba yang sudah mengundurkan diri. Pangilkan dia untuk diajak bicara tentang apa yang harus di lakukan" kata Raja Sulaiman.
"Baik Yang Mulya, saya sendiri yang akan menemuinya" kata Jendral Alfredito,
Jendral Alfredito segera menuju kemah pasukan Khusus Koto Tapus mengunjungi si Tajam Hulu Tembesi.
"Salam hormat dari yang muda untuk Jendral Saba yang terkenal" Alfredito menyapa si Tajam Hulu Tembesi.
"Jangan terlalu berlebihan nak, bagaimana kabar Yang Mulia Raja Sulaiman" tanya si Tajam Hulu Tembesi.
"Sangat memprihatinkan, Yang Mulya hanya bisa berbaring, makan dan minum tanpa mampu meninggalkan tempat tidur" kata Jendral Alfredito.
"Yang Mulya mengundang si Tajam Hulu Tembesi ke kemah beliau, untuk mrmbicarakan sesuatu" kata Jendral Alfredito.
"Baiklah Jendral.. Saya akan datang" si Tajam Hulu Tembesi berdiri mengikuti Jendral Alfredito ke kemah Raja Sulaiman.
Sesaat kemudian Jendral Alfredito, si Tajam Hulu Tembesi di ikuti Khoirudin sudah berada di kemah Raja Sulaiman.
"Bagaimana keadaan pasukan Khusus Koto Tapus?" tanya Raja Sulaiman setelah mereka duduk.
"Siap memberi dukungan untuk Yang Mulya, semua berjumlah 1.000 orang pilihan dengan tingkat ilmu silat tinggi" lapor Khoirudin.
"Hmmm.. Pasukan Pengawal Raja ada lima ribu ditambah seribu pasukan Koto Tapus, sudah cukup untuk menghadapi mereka di sini" kata Raja sulaiman.
"Bagaimana pendapat si Tajam Hulu Tembesi?" tanya Raja Sulaiman.
"Saya juga berpikir demikian Yang Mulya, saat kita menghadang mereka di sini, saya akan mengutus seseorang ke Koto Tapus untuk meminta pasukan cadangan bersiaga memberi bantuan, jika pertempuran berkepanjangan" Kata si Tajam Hulu Tembesi.
"Saya yakin mereka tidak akan berani melakukan lenyerangan di malam hari, jadi kita masih bisa istirahat untuk satu malam" lanjut si Tajam Hulu Tembesi.
"Benar, malam ini cukup patroli untuk berjaga jaga, buat pasukan menjadi empat bagian, seribu pasukan panah tempatkan di belakang kemah di tempat yang cukup tinggi, seribu pasukan Khusus Koto Tapus tempatkan di tengah sebagai jantung pasukan di bawah komando Khoirudin, dua ribu pasukan Khusus tempat kan di kiri kemah dibawah komando Si Tajam Hulu Tembesi dan dua ribu pasukan tempatkan di kanan dibawah komando Jendral Alfredito." Raja Sulaiman memberi komando.
"Saya percayakan pengaturan strategi di medan tempur pada kalian sebagai komandan masing masing, jangan lupa meminta pertolongan Tuhan Yang Maha Esa, dan perhatian keselamatan teman teman seperjuangan kalian, saya yakin kalian mampu menghadapi mereka selagi kalian bekerja sama" nasehat Raja Sulaiman.
"Baik Yang Mulya... segera dilaksanakan" jawab mereka serempak.
Mereka segera melakukan apa yang di titahkan Raja Sulaiman, seketika terompet di bunyikan genderang perang di tabuh, semua orang berkumpul mengikuti instruksi masing masing komandan, hiruk pikuk suasana memecah kesunyian malam, setelah farmasi terbentuk, lalu mereka diminta istirahat kecuali petugas patroli secara bergiliran.
Mendengar terompet komando dan genderang perang dan hiruk pikuk pasukan Raja Sulaiman membuat pasukan Samiri di seberang sungai gelisah mereka merasa seolah pasukan Raja Sulaiman akan segera menyerang hingga mereka terpaksa bersiaga sampai pagi. setelah tengah malam sebagian dari pasukan Samiri yang memiliki tingkat ilmu silat tingkat tinggi di perintahkan menyelidiki keadaan.
Perang senjata rahasia sudah terjadi antara kedua belah pihak dimana saat beberapa prajurit Samiri sang Penghapus mulai mencoba menyebrang. karena adanya pasukan Raja Sulaiman yang berjaga dan berpatroli membuat mereka tak mampu mendekati pingir sungai, Sekalipun mereka tidak mampu menyeberang mereka berusaha menemukan lokasi strategis untuk mendarat besok pagi.
****
Kembali dulu dengan Albara dan Ratu Mas yang sedang bersantap siang. Orang tua berpakayan seba putih yang duduk di meja sebelah mereka terlihat agak tegang raut wajahnya menggambarkan kecemasan yang sangat tinggi. Umurnya kira kira empat puluh tahun kira kira seumuran dengan Adipati Koto Tapus, dari gerakannya dua pengawalnya sepertinya mereka memiliki ilmu silat tinggi.
Ratu Mas mengenal orang tua setengah baya tersebut, dia adalah Datuk Wirya dari Kota Sabah. Datuk Wirya di adalah sahabat Depati Koto Tapus merupakan murid sekaligus pewaris ilmu pengobatan Tabib Ajaib yang terkenal di daratan Hindia. Datuk Wirya jarang meninggalkan Sabah kecuali jika ada urusan yang sangat penting.
"Salam Datuk Wirya terimalah hormat saya yang muda Ratu Mas anak Depati Koto Tapus" Ratu mas menyapa Datuk Wirya.
"Salam nak Mas.. bagaimana kabar ayahandamu Depati Koto Tapus" tanya Datuk Wirya.
"Ayahanda baik baik saja, Datuk Wirya mau kemana, keperluan apa meninggalkan Kota Sabah" tanya Ratu Mas.
Datuk Wirya menghela napas berat lalu menceritakan kejadian yang menimpanya.
"Nak Mas, saat ini Kota Sabah mengalami wabah penyakit perut yang belum di peroleh obatnya, hingga banyak penduduk yang ketakutan dan pergi meninggalkan Kota Sabah"
"Bahkan beberapa pengawal Tabib Ajaib meninggal karena wabah tersebut, penyakit yang sangat ganas penderita akan merasakan sakit perut luar biasa hingga buang air besar lebih dari enam kali sehari. Jarang dari mereka yang selamat, hanya dalam waktu sepuluh hari mereka akan meninggal" cerita Datuk Wirya.
"Tapi Datuk meninggalkan Kota Sabah bukan karena wabah sakit perut, tapi beberapa hari yang lalu beberapa orang sakti dari Sekte Agama Rahasia Daratan Hindia mendatangi Tabib Ajaib, meminta ramuan ajaib obat segala racun yang juga berkhasiat memperbaiki urat urat penting yang rusak karena racun atau luka dalam"
"mereka juga menginginkan kitab pengobatan kono yang di miliki Tabib Ajaib, merasa terancam dan tak akan mampu mempertahankannya, maka Tabib Ajaib meminta saya membawa kitab dan ramuan ajaib tersebut pada salah satu muridnya yaitu Depati Koto Tapus"
"Pengikut sekte Agama Rahasia terus memburu Tabib Ajaib, setelah tidak menemukan kitab dan ramuan ajaib, mereka membunuh Tabib Ajaib lalu mulai memburu saya, sekalipun saya beberapa kali Selamat dari kejaran mereka, tapi saat ini rasanya sangat sulit menghindari mereka" keluh Datuk Wirya.
"Disamping itu Ratu Balqis mengirim beberapa pengawal dan meminta saya merawat Raja Sulaiman yang Sedang menuju Koto Tapus, sayangnya Pengawal yang menemani saya hanya tinggal lima orang, dua orang ada di sini sedangkan tiga lainnya sedang terserang wabah sakit prut ada di sungai pinggir desa tidak bisa melakukan perjalanan lagi" kata Datuk Wirya.
Setelah berpikir alangkah baiknya kitab pengobatan kuno dan ramuan ajaib obat segala racun di titipkan pada Ratu Mas, untuk disampaikan pada Depati Koto Tapus, segera Datuk Wirya mendekati Ratu Mas lalu duduk di sebelahnya.
"Nak Mas, Datuk titipkan kitab pengobatan kuno serta obat segala racun pada mu berikan pada ayahandamu Depati Koto tapus" kata Datuk wirya sambil menyerahkan kitab dan ramuan yang terbungkus kain sutra merah.
Datuk Wirya memperhatikan Albara yang terlihat kulitnya mulai kehitamanan, sepertinya racun ular putih pantai selatan sudah mulai menjalar kesrluruh tubuhnya, jika tidak segera di obati maka semua urat penting di tubuhnya akan rusak maka seluruh tenaga murninya akan hancur. jika ini terjadi bukan saja akan mengakibatkan kehilangan kemampuan pisik tapi juga kehilangan akal fikiran.
"Anak muda saya lihat kamu juga dalam keadaan keracunan hebat, segera minum ini" Datuk Wirya memberikan sebuah pil ajaib pada Albara.
"Terima kasih Datuk" ucap Albara lalu minum obat yang diterimanya.
Tiba tiba terdengar suara suitan melengking tinggi yang memekakan telinga, suitan yang mengandung tenaga dalam hingga beberapa orang di warung yang tidak memiliki tenaga dalam tinggi roboh seketika dengan darah mengalir dari kedua telinga mereka. Datuk Wirya dan kedua pengawalnya pucat seperti mereka sedang melihat sesuatu yang sangat menakutkan.