Chapter 19 - Episode 19

Mulan makin deras tangisnya sambil mencurahkan isi hatinya pada Albara.

"Kak bara... Mulan tidak lahir tiba tiba menjadi kaya, orang tua Mulan dulu tidak berkecukupan hanya Pegawai Negri biasa yang gajinya sudah tergadai di Bank. Kami sekolah hanya di bekali jajan Rp 2000. Tau dak kakak apa yang bisa di dapat dengan uang tersebut? Tiap hari kami cuma jajan dua buah tahu goreng dan segelas air putih?" Ratap Mulan

"Penasaran dengan kak Bara saya mencari beberapa informasi tentang kak Bara, menemukan fb kak bara hingga Mulan tau hari ulang tahun kakak. Memandang fropil kak Bara... Mulan sudah sangat yakin bahwa kakak adalah orang yang handal sebagai pendamping Mulan." ratap Mulan mulai mereda.

"Seperti yang wanita inginkan pendamping yang setia, penyayang, baik budi, bertanggung jawab, Mulan sangat berharap pada kak Bara." tutur Mulan.

"Dengarkan Mulan kakak.... Kemiskinan dan kekayaan itu takdir, kadang silih berganti dalam kehidupan, insyaallah Mulan bisa bersabar dengannya." lanjut Mulan.

Albara tak dapat berkata kata hatinya mulai bimbang.

"Baiklah kakak akan mencoba bertahan, tergantung restu dan sikap orang tua Mulan nantinya apa mereka bisa menerima kakak atau tidak" jawab Albara.

Akhirnya Mulan menyeka air matanya lega, mereka banyak diam akhirnya pulang dengan perasaan masing masing. untuk sementara hubungan Albara dan mulan baik baik saja, namun provokasi dari pihak yang mengharapkan Mulan berpisah dari Albara tidak mereda, bahkan setelah setahun lebih mereka pacaran masih saja ada yang menghasut pak Sekda Kota Tapus.

****

Di rumah Dinas Sekda terlihat sangat ramai, karena ada salah satu Calon Gubernur yang akan berkunjung. Pak Sekda duduk dengan berapa pejabat teras kota tapus. Mereka sepertinya mulai gencar menjilat dan memprovokasi pak Sekda untuk memisahkan Albara dengan Mulan. Melihat hebohnya hubungan anaknya di media sosial pak Sekda juga sudah punya sikap dan membuat satu keputusan. Tapi karena sibuk akan PILGUB, keputusan nya diatunda dulu.

"Apa orang miskin yang mengganggu anak pak sekda saya matikan bae pak sekda, nyempitin dunia bae" celetuk seseorang menjilat pak Sekda dan mengancam Albara.

Pak Sekda sudah kenyang dengan kata kata yang menghasut, dia berusaha tenang dan tidak terprovokasi, lalu memandang orang yang bicara tersebut. Pak Sekda kemudian memanggil salah seorang pembantunya diminta untuk memanggil Mulan. Tak lama kemudian Mulan menghadap.

"Nak coba kamu hubungi Albara, bapak ingin bicara habis isa nanti malam." kata pak Sekda.

"Baik pak" jawab Mulan sambil berlalu.

Mulan segera menelepon Albara, sementara itu Albara sedang di rumah kakeknya, karena akan ada orang yang membutuhkan tenaga mereka untuk mencoba meditasi di butu diri. Albara adalah orang yang tidak percaya dengan meditasi di batu diri menurutnya kalaupun orang berhasil itu hanya kebetulan. Tapi penasaran dengan cincin pintak pinto dia pun bertanya pada kakeknya.

"Apa meditasi juga bisa minta cincin pintak pinto kek?" tanya Albara penuh selidik.

Kakek Sultan Murod memandang Albara sesaat

"Untuk apa mencari yang aneh aneh? Tuhan menurunkan nikmat yang cukup di bumi dan langit syukuri saja kenyataan hidup ini. Jika kau punya cincin pintak pinto tapi tidak bersyukur itu juga tidak akan mencukupi" ujar kakek.

"Kesaktian sejati adalah jati diri, yakni tuntunan Alquran dan sunah Rasulullah, dalam pepatah adat di sebut yang di anggu layu, jika di asak mati itu dia adat (jati diri) yang bersandi kitabullah" tegas kakek.

"Artinya kita hanya selamat dengan tutunan Kitabullah, sesakti apapun dia jika menyalahi Kitabullah dan sunah Rasulullah dia akan celaka" jelas kakek.

"Bara kamu sudah dewasa berpedomanlah pada Alquran dan Hadis, jangan gampang terprovokasi oleh keadaan,." pesan kakek.

"Jangan menari mengikuti irama alam. Artinya apapun situasinya berlakulah terhormat sesuai tuntunan agama, jangan gampang terpengaruh kata orang tapi lihatlah perbuatan kita jika salah tobat, jika benar lanjutkan jangan dimasalahkan" pinta kakek.

"Ingat kisah khidir dan musa, Musa selalu menyalahkan Khidir, apa jawab khidir KAMU NABI SAYA JUGA NABI APA YANG DILAKUKAN NABI ADALAH ILHAM DARI ALLAH." kata kakek menasehati Albara.

"Hidup bukan masalah harga diri tetapi masalah hidup adalah JATI DIRI, yang merangkum semua tugas hidup, ini yang harus Albara pahami" kata kakek Sultan Murod.

"Terima kasih kek, nasehat kakek akan Bara ingat" kata Albara.

Saat mereka bercakap cakap tiba tiba hp Albara berdering, Albara melihat di layar pond selnya panggilan dari Mulan.

"Hallo non Mulan... " Albara mengangkat telepon.

"Kakak punya waktu gak, Mulan ada yang perlu di bicarakan dengan kak Bara" suara Mulan di telepon.

"perlu apa kangen?" tanya Albara.

sebenarnya Albara sudah sangat kangen pada Mulan, sudah hampir seminggu mereka tak berjumpa mendapat telepon dari Mulan rasa rindunya terlepaskan sudah.

"kangen sih kak..." terdengar Mulan tertawa cekikikan di telepon.

"ntar malam sehabis magrib kerumah Mulan ya kak" pinta Mulan.

"ya kakak janji akan datang" Albara kesenangan.

"acara kangen doang kan?" tanya Albara menggoda.

"ngak kak.. ayah Mulan yang minta kakak kerumah ada sesuatu yang akan dibicarakan dengan kak Bara" kata Mulan di telepon.

"baiklah jika yang minta calon mertua kakak harus datang" jawab Albara.

Albara menutup telepon setelah membuat janji pada Mulan. di pikiran Albara penuh tanda tanya setelah tau yang minta bertemu adalah Sekda Kota Tapus. Sekda Kota Tapus minta Albara kerumah dinas sehabis isa karena ada sesuatu yang akan di bicarakan, tapi Mulan minta Albara kerumah sehabis magrib karena pengin di temani Albara keluar makan makan.

****

Albara beranjak dari rumah kakeknya setelah sholat asar, saat Doni sahabatnya minta ketemu di warung kopi jangkat.

"Ada sesuatu yang sangat penting di bicarakan Yunita pada Albara" begitu pesan wa dari Doni.

Albara segera meluncur dengan motor bututnya, untungnya motor bututnya tidak bertingkah selama ini, mungkin karena rutin di servis. Beberapa menit kemudian Albara telah sampai di warung kopi Jangkat, setelah memarkirkan motornya Albara segera memasuki warung kopi jangkat.

Albara sudah di tunggu Doni dan Yunita, mereka terlihat mesra seperti sepasang kekasih. Albara cukup risih memandang mereka yang duduk berduaan, bercanda ria. bagaimana pun Yunita pernah mengisi relung hatinya, dan pernah menyita pikirannya dengan kenangan yang tak mungkin terlupakan, namun Yunita juga pernah menghinanya membuat Albara kehilangan muka di kampus mereka. "apa kali ini Yunita sengaja memanasinya dengan bermesraan dengan Doni? seperti yang pernah di lakukan terhadapnya saat Yunita bersama Khoiril?" pikir Albara.

Setelah Albara duduk di meja mereka Doni memesan kopi untuk Albara.

"Mbak ... Kopi jangkat nya satu lagi" pesan Doni pada karyawan warung yang lewat.

"katanya Yuni ada yang mau di bicarakan dengan Albara, ayo... yun?" Doni melirik Yunita.

"maafkan Yuni ... kenalkan juga Doni merupakan pahlawan sekaligus pacar Yunita sekarang" Yunita memulai pembicaraan.

"Yunita minta maaf atas kejadian, saat kita daftar di universitas dulu, Yunita salah terlalu terpropokasi oleh Khoiril" pinta Yunita penuh penyesalan.

"Ternyata Khoiril telah membohongi Yunita tentang Bara, khoiril bukan laki laki yang baik pacarnya bukan cuman Yunita, bahkan Yunita pernah akan di perkosa untung Yunita di selamatkan oleh Doni" tutur Yunita.

"Sekali lagi Yunita mohon maaf, bisakah Albara memaafkan Yunita?" pinta Yunita.

Albara mengerti akan kesalahan pahaman selama ini, ternyata Yunita sudah termakan hasutan Khoiril.

"Baiklah yun, kita adalah teman semasa sma sekarang sudah menjadi pacar temanku Doni, apalagi Yunita melakukan semua itu karena kesalah pahaman tidak ada alasan untuk tidak memaafkan Yuni, Bara tidak akan memasalahkannya". kata Albara.

"Tumben Doni ngak ngomong sudah pacaran sama Yunita" kata Abara.

"Doni malu Bara ... apa tidak di ejek Bara dan Manto nantinya, Yuni cantik tinggi semampai, sedangkan saya pendek dan kekar" kata Doni terus terang.

"ha ha ha " spontan Albara tertawa mendengar keluhan Doni.