Albara tersentak bagai disambar petir mendengar ucapan seorang gadis dengan suara yan sangat merdu, segera dia berbalik untuk melihat siapa yang punya suara. "Adakah seseorang yang masih memikuki kebaikan?" pikir Albara
Albara tidak sedang bermimpi saat semua mata pengunjung tertuju padanya dengan pandangan menghina, bahkan sebagian mencibir kearahnya, tapi seorang gadis yang duduk di meja pojok berdiri mendekat pada Albara dengan langkah tenang dengan senyum mempesona. Wangi tubuhnya tercium saat dia berdiri di sebelah Albara.
Gadis itu mendekati pemilik kantin lalu menanyakan berapa jumlah yang harus dia bayar untuk 4 orang yakni dia, dua temannya dan Albara.
"Berapa semuanya mbak, sekalian untuk kakak ini" kata gadis tersebut sambil menunjuk Albara.
Albara melongo memperhatikan gadis yang mendekatinya dadanya berdebar jantungnya seperti berhenti sejenak. Bagaimana tidak dia sangat cantik bahkan kecantikan nya sudah mampu melenyapkan pesona Laila dan Yunita di hatinya, kehadiran gadis ini jika di banding laila atau Yunita seperti cahaya pajar yang terbit, maka semua cahaya lampu seperti padam seketika.Jangan kan dibanding Laila dan Yunita Albara yakin di kota tapus tidak ada yang mengalahkan nya.
"Semua enam puluh ribu rupiah" Kata pemilik warung.
Setelah membayar semuanya diapun pergi di ikuti dua temannya. Gadis ini pasti mahasiswi baru pikir Albara, saking terpesonanya Albara tidak sadar melihatnya, tersadar saat melihat gadis itu sudah keluar kantin. Albara sampai lupa mengucapkan terima kasih, sementara dia masih berdiri melongo di tempat.
Tersadar dari lamunanya Albara bergegas keluar kantin menyusul penyelamatnya dengan kedua temannya yang terlebih dulu meninggalkan kantin.
"Nona ... Tunggu dulu" teriak Albara
Gadis tersebut berbalik menatap Albara yang tergesa gesa mendekatinya.
"Bolehkah aku mengenal nona yang telah begitu baik menolong saya, insyaallah dimasa depan saya akan membalas kebaikan nona" ucap Albara dan segera mengulurkan tangannya.
Gadis itu diam sejenak tanpa menyambut uluran tangan Albara dia menjawab.
"Saya Mulan mahasiswi baru Fakultas Ekonomi, kakak juga di Fakultas Ekonomi kan?" Tanya gadis itu balik bertanya.
"Ya, kok tau?" tanya Albara sambil mengangguk.
"Cuma sering liat aja" Jawab Mulan.
"Kakak yang dapat julukan paling pendiam saat ospek" kata temannya.
"Tentu semua di Fakultas Ekonomi orang mengenal Albara, mahasiswa yang di kenal karena kemiskinanya, yang sering nongkrong di warung wak haji hingga berjam jam tapi hanya jajan dua bakwan kan?!" kata teman Mulan yang lainnya.
Albara tidak menanggapi omongan kedua teman Mulan, tapi malah memperkenalkan dirinya.
"Kalian benar, nama saya Albara mahasiswa Fakultas Ekonomi sekarang di semester tiga" ucap albara
"Sekali lagi terima kasih banyak, kalau nona Mulan butuh bantuan saya katakan saja, untuk nona kapan saja saya akan melakukannya." kata Albara.
Tiba tiba sebuah mobil kijang inova plat merah berhenti tak jauh dari mereka. Sorang pria kira kira umur 22 tahun keluar dari mobil, kemudian melambai kearah Mulan. Pria yang tampan dia pasti pacar Mulan pikir Albara, jika di lihat dari plat mobilnya dia pasti pejabat pikir Albara lagi. Mulan menatap Albara dan teman temannya, kemudian tersenyum manis pada Albara dan dua temannya.
"Maaf Saya pergi sudah di jemput" kata Mulan kemudian mendekati lelaki yang baru saja tiba.
Lelaki itu bembukakan pintu, setelah Mulan masuk kemobil dia pun masuk kemudian tancap gas meninggal kan kampus, meninggalkan Albara yang masih berdiri bengong.
Kejadian saat Albara berbincang dengan Mulan barusan di saksikan Sena. Sebenarnya Sena sudah lama jatuh hati pada Albara tapi dia selalu kalah oleh Laila dan Yunita, dia menjadi cemburu dan jengkel jika melihat Albara bersama Laila atau Yunita. Melihat Albara bicara akrab dengan Mulan kecemburuanya meluap kembali, tapi kali ini dia sadar bahwa dia punya peluang untuk bersama Albara lebih baik minta maaf dan melamar Albara jadi pacarnya pikir Sena.
Keinginan untuk punya pacar sudah pada puncaknya menguasai Sena, apalagi dia pikir umurnya sudah 20 tahun, dia belum ada juga yang punya, hal ini pasti jadi sesuatu yang menyiksa bagi gadis seusianya. Melihat Albara menuju parkiran dia segera menyusul pada saat Albara akan menghidupkan motornya, dia memanggil Albara.
"Hai bara ... tunggu" pagil Sena lembut.
Setelah mendekati Albara dengan agak malu berbicara denga suara yang lembut.
"Maafkan Sena, selama ini sering menyinggung Bara, tapi sebenarnya Sena jatuh cinta pada bara sejak SMA. Tapi Sena terlalu cemburu dan jengkel saat bara bersama Laila atau Yunita" air matanya menetes.
Albara menatap iba pengakuan sena yang jujur, tapi perlakuan Sena selama ini memang tidak bisa dia lupakan, walaupun mendengar pengakuan Sena hatinya jadi tersentuh.
"Sena baru saja tau kalau Laila bukan pacar Bara, Sena juga baru tau kalau Laila sudah tunangan dengan pak Ardi guru SMA kita. Sena juga sudah tau Yunita sekarang adalah kekasih Khoiril" tutur Sena.
"Bara jadilah pacar Sena, kita akan menikah dan menjalani hidup bersama dalam suka atau duka" pinta Sena memelas.
Sekalipun Albara merasa iba melihat Sena, tapi perlakuan Sena selama ini menghilangkan seleranya untuk menjadi pacar Sena apalagi untuk menikahinya.
"Maaf... Sena cari saja yang lebih tampan dari Bara, Bara mau pokus melanjutkan study dulu" tolak Albara dengan halus.
"Saya pulang dulu" kata Albara meninggal kan Sena yang masih diam.
Tak lama setelah meninggalkan kampus Albara, melihat mobil inova plat merah yang di tumpangi Mulan minggir, Di depan nya ada mobil jazz Khoiril. Khoiril keluar dengan 4 orang temanya, sambil berteriak menunjuk sopir inova.
"Keluar.... " teriak Khoiril.
Laki laki itu keluar, tapi Khoiril dan teman temanya segera memukuli lelaki tersebut. Lelaki itu berlari ke belakang mobil tapi pengeroyok segera mengepungnya, hingga dia jadi sasaran pemukukan. Khoiril dan teman temannya adalah ahli beladiri tentu saja lelaki itu segera jadi sasaran pemukulan, tak butuh waktu lama laki laki itu sempoyongan. Sementara di dalam mobil Mulan hanya bisa berteriak minta tolong.
"Tolong..... " teriak Mulan.
Albara yang kebetulan kewat segera memarkirkan motornya lalu meloncat ke arena pertempuran sambil berteriak.
"Khoiril berhenti" teriak Albara.
Khoiril menatap Albara yang selama ini menjadi musuh bebuyutannya, lalu memberi komando pada temannya, serentak mereka menyerbu ke arah Albara.
"Albara kamu jangan sok jadi pahlawan, Khoiril merupakan preman Kota Tapus tidak akan ada yang berani bermain main dengan nya" kata salah satu teman Khoiril.
Tendangan mereka bukan saja cepat dan bertenaga bahkan mengincar bagian tubuh mematikan pada Albara. Tapi Albara bukan lawan yang lemah dengan jurus elang menari menggempur lebah. Semua serangan Khoiril dan keempat temannya dapat dia hindarkan dengan mudah.
"Preman Kota Tapus saja sudah sombong, saya sudah mereman di singapura, pengaruh saya hingga malaysia, tapi tidak pernah menyombongkan diri" Albara berbohong mengejek Khoiril dan teman temannya.
Albara adalah murid perguruan silat berbakat menyingkirkan 30 han teman sekelasnya menuju peringkat pertama. Tak heran jika dia dengan mudah bisa mengatasi serangan Khoiril dengan keempat temannya.
Belasan jurus kemudian sebuah tendangan Albara menghantam ulu hati Khoiril.
"Duk" Khoiril terbanting kebelakang dengan posisi terjengkang, debu beterbangan Khoiril berusaha bangun tapi dia tidak bisa untuk beberapa saat tergelak dengan lemah.
"Ha ha ha, begini saja kemampuan preman Kota Tapus" ejek Albara.
Khoiril semakin panas oleh ejekan Albara, berusaha untuk berdiri tapi sakit di ulu hatinya memaksanya untuk tetap berbaring.
"Hajar dia untukku" teriaknya mengomandoi ke empat temannya.
Serangan dari ke empat pengeroyoknya masih sangat berbahaya, Albara berloncatan menghindari serangan seperti elang sedang menari menepis sekawanan lebah dengan mudah serangan teman Khoiril di elakkan, namun karena kalah jumlah membuat Albara cukup kerepotan, sementara serangan dari ke empat pengeroyoknya datang bergelombang susul menyusul.