Perjumpaan dengan Yunita sudah sangat cukup mengobati hatinya yang sedang kesepian, setelah sepuluh hari tersiksa oleh perasaan rindu dan galau. Setelah Yunita pergi dengan perasaan lega Albara segera menghidupkan mobilnya segera meluncur pulang menuju rumahnya. Namun suasana hatinya belum bisa pulih sepenuhnya, hidup hanya berdua dengan umi Kalsum di kota Tapus membuat dirinya sangat kesepian, dia mengharapkan teman tempat curhat.
Harapannya terhadap Laila musnah sudah saat Laila memutuskan akan menerima pinangan pak Ardi, Yunita yang diharapkan bisa mengantikan Laila di hatinya, sekarang juga meninggalkan nya, memikirkan perlakuan masyarakat yang tidak baik terhadapnya membuatnya berpikir untuk pindah sekolah di kota tempat orang tuanya.
Sampai dirumah Albara berusaha menelepon orang tuanya menyampaikan keinginannya untuk pindah sekolah. Namun beberapa kali di hubungi hp orang tuanya tidak ada yang aktif, Albara coba mengirimkan pesan wa, dan sms juga tak pernah di balas. Hingga sampai azan magrib Albara menanti berharap orang tuanya akan menelepon balik tapi harapan dan penantiannya seperti sia sia..
Albara segera ke masjid satu satunya tempat yang dia rasa nyaman, setelah sholat magrib Albara masih bertahan di masjid sambil membaca terjemahan alquran, semakin dia baca semakin dia merasa sejuk di dadanya seolah dalam alquran sudah ada sosulusi dari masalah yang di alaminya, semakin dia baca semakin Albara yakin bahwa tuhan menciptakan manusia tidak untuk disia siakan, semua kejadian yang menimpanya merupakan cara tuhan membimbing hidupnya.
*****
Kita lihat keadaan Abu Daud ayah Albara yang sedang dalam puncak kesuksesan, ternyata juga tidak sebaik yang di bayangkan. Persaingan bisnis sangat panas, musuh bisnis selalu mengintai kelemahannya untuk di jatuhkan. Sarah Ibu Albara merupakan turunan suriah saat ini aktif membantu pendanaan kemanusiaan untuk korban perang di irak dan suriah. Momen ini di jadikan oleh musuh abu Daud untuk menjatuhkan bisnisnya.
Kegiatan ibu Sarah segera di ekspos ke media sosial dengan judul, "Exportir Abu Daud dari koto Tapus ternyata penyandang dana kelompok teroris di Iraq dan Suriah" setelah berita ini viral mereka menghasut pemerintah membekukan aset abu Daud. Cuman butuh beberapa hari seluruh aset dan rekening abu Daud sudah di bekukan. Tidak cukup sampai di sini abu Daud pun ditargetkan sebagai DPO.
Dalam kondisi genting manejer perusahaan nya berusaha membantu abu Daud kabur keluar negri. Semenjak itu Abu Daud dan istrinya seperti menghilang di telan bumi tak ada kabar beritanya, nomor telepon mereka tidak ada yang bisa di hubungi, bahkan keluarga dekatnya tidak ada yang mampu menghubungi mereka termasuk anaknya Albara, tidak ada yang tau apa dia masih hidup atau sudah mati.
****
Sepulang dari masjid Albara kembali Sibuk dengan hapenya, berharap bisa menghubungi orang tuanya, setelah sekian kali mencoba masih tak membuahkan hasil, timbul pikiran yang bukan bukan jika sesuatu telah terjadi pada orang tuanya. Kebingungan Albara tentang orang tuanya terjawab saat membaca sebuah birita di layar hp nya. Sebuah berita tentang orang tuanya dengan judul "Buronan teroris abu Daud pengusaha asal kota Tapus kabur ke luar Negri".
Setelah membaca berita tentang orang tuanya dia merasakan pusing, matanya berkunang kunang. Benar benar merasakan sesuatu yang tak tertanggungkan. Atm atas nama ibunya yang selama ini dia pegang dibekukan, honda jazz yang dipakai juga atas nama ibunya ikut disita.
"Ini milenium trendi takdir seperti program yang tak terkendali mempermainkan nasib manusia" ucapan pak guru Ardi beberapa hari yang lalu terngiang di telinganya.
Seperti yang di alami Albara saat ini nasibnya berubah drastis cuma dalam hitungan hari tadinya kaya sekarang miskin semiskinnya. Biasanya Albara selalu hidup berkecukupan dimanja dengan materi, sekarang dia tidak punya apa apa lagi, orang tuanya menghilang. semua aset juga di bekukan kecuali rumah yang dia huni saat ini dan motor beat yang di belikan ibu Sarah saat dia masih smp tiga tahun lalu.
Di zaman trendi ini ukuran materi semakin jelas dalam sistim kemasyarakatan, Bagi orang miskin tak berpunya seperti Albara saat ini dunia tak ubahnya seperti neraka. Ini di alami oleh Albara, umi Kalsum yang tadi setia menemaninya sekarang kembali kerumah anaknya, setelah tidak ada lagi biaya untuk mereka.
Tinggallah Albara sendiri dirumah seorang diri. Albara merasa terbuang bahkan oleh keluarga dekatnya satu satunya yang masih perhatian hanya kakeknya. tingal seorang diri di Kota Tapus dengan perlakuan semua orang yang tidak lagi ramah membuat Albara tidak merasakan kenyamanan sedetik pun, tidak ada lagi tempat bergantung.
"Tamat sudah hidup ku" pikir Albara.
Sekarang dia hanya berharap pada Allah, dan mulai rajin kemasjid, di mesjid dia merasakan ketenangan terkadang merasa semua cobaan yang dia alami terasa enteng, sekalipun Semua orang memperlakukannya seperti sampah.
Untuk bertahan hidup Albara terpaksa mengais rejeki sebagai buruh lepas, membantu petani panen kopi, cabe atau kentang. Di sekolah dia menjalani perlakuan pahit dari teman temanya, dulu banyak gadis yang pengen mendekatinya, sekarang mereka sering mengejek dan menjadikan Albara seperti pelayan yang bisa di perintah semaunya.
Dulu dia sering mentraktir teman temannya, sekarang masuk warung pun tak pernah dia lakukan. Begitulah hari hari dia jalani dengan penghinaan, selama sekolah hingga akhirnya menamatkan SMA.
****
Teman teman Albara sudah sibuk mendaftar ke universitas di barbagai kota. Iseng iseng Albara juga ikutan mendaftar. Tak di duga hasil tes menyatakan Albara lulus di Fakultas Ekonomi Universitas kata tapus. Masalahnya uang pendaftaran terlalu mahal bagi Albara total yang harus dibayar Rp. 15.000.000,-, dengan biaya persemester Rp. 6.000.000,-. melihat angka ini Albara kehilangan minat untuk kuliah. Namun dia mencoba minta bantuan paman dan bibinya, mereka semua menolak untuk membantu.
"Tenggang waktu pembayaran hanya dalam waktu 2 bulan hanya jika aku memiliki cincin pintak pinto semua bisa di lunasi" pikir Albara.
******
Impian Albara untuk kuliah mulai terkubur karena ketidak mampuanya, saat ini Albara fokus menjalani profesi sebagai pemandu wisata, memandu wisatawan lokal ataupun turis asing. Kota Tapus kaya dengan tempat wisata alam seperti danau, air terjun atau artepak kuno peninggalan sejarah.
Albara mangkal di sebuah penginapan mewah di kota tapus, dari fropesinya memandu turis cukup untuk membiayai hidupnya sehari hari.
Suatu hari sorang pengunjung memanggilnya, seorang lelaki tegap berumur sekitar tiga puluh tahun, sedang duduk sendirian di lobi hotel.
"Kamu pemandu wisata ya?" tanyanya setelah Albara duduk di depannya.
"Ya" jawab Albara singkat
"Kenalkan saya Rolan, panggil saja abang Rolan" lelaki tersebut memperkenalkan diri.
"Siapa nama adek" tanya bang Rolan.
"Saya Albara" Albara pun memperkenalkan diri.
"Dek Bara mau ngopi?" tanya bang Rolan.
"Boleh bang" kata Albara.
Bang Rolan memesan dua cangkir kopi kemudian mulai menyampaikan maksudnya untuk minta bantuan Albara.
"Abang dengar dulu di kota Tapus ada tempat bertapa untuk memperoleh kesaktian, seperti kebal senjata tajam, pelet, atau semacam kesuksesan bisnis" tutur abang Rolan.
"Saya belum pernah degar masalah ini bang?" sahut Albara jujur.
"Nah.. Saya sudah dapat informasi tentang juru kunci ke tempat tersebut. Tugas kamu bawa saya ke tempat juru kunci tersebut dan kawani saya selama bertapa. Nanti saya akan bayar mahal ... Bagaimana?" kata Rolan.
"Baiklah saya setuju" tanpa ragu Albara menyetujuinya dalam pikiran Albara ini adalah profesinya dan harus dia kerjakan sebaik mungkin.