Chapter 8 - Episode 8

Di rumah Albara gelisah duduk tak nyaman berdiripun tidak enak, Albara mencoba berbaring untuk tidur namun matanya tak mau terpejam, selalu terbayang akan kejadian tadi siang.

Albara mulai merasa ada sesuatu yang aneh pada dirinya tiap memejamkan mata Yunita terbayang di benaknya, dibarengi dengan kuat akan keinginan untuk berjumpa dengannya. Albara merasa rindu yang luar biasa, Terkadang dia seperti merasa Yunita masih ada di pelukannya.

Tak sabar menunggu pagi Albara menyibukkan diri dengan hpnya, mulai menjelajah dunia maya, namun beberapa saat kemudian Sebuah pesan wa belum terbaca muncul di layar, pengirimnya Laila.

"Besok Laila jangan di jemput, Laila bisa ke sekolah sendiri" demikian pesan wa dari Laila.

Albara membalas wa Laila

"Baiklah, emang kamu pergi sama siapa?" tanya Albara penuh selidik.

"Ayah Laila memberi izin membawa motornya untuk di bawa laila ke sekolah" jawab Laila kemudian wa nya tidak aktif lagi.

Sepertinya Laila tidak ingin di ganggu sebaliknya Albara seperti tak perduli dengan wa Laila, perasaan dan ingatannya sepertinya sudah terisi dengan kenangannya bersama Yunita. Sambil berbaring di tempat tidur albara mencoba memejamkan matanya, Albara makin menikmati bayangan Yunita dalam perasaannya, Akhirnya Albara tertidur dengan mimpi indah.

*****

Albara merasakan rindu yang sangat untuk menjumpai Yunita, dia cinta berat kali ini, bergegas menuju rumah Yunita. sesampainya di rumah Yunita, seperti ada hubungan batin yang terjalin antara mereka, Yunita seperti tau albara akan datang, Yunita sudah menunggu dia sendiri yang membuka pintu.

Albara melongo menatap Yunita yang berdiri didepannya bagai bidadari sehingga memudarkan pesona semua gadis yang ada di bumi. Di rumah sepertinya Yunita hanya sendiri, semua rungan di tata rapi sepertinya dipersiapkan untuk tamu sangat istimewa semua terlihat indah. Setelah duduk di ruang tamu, Albara mengumpulkan keberaniannya untuk mengutarakan cintanya.

"Yun aku mencintaimu, maukah kamu menjadi pacarku?" tanya Albara.

Yunita haya berguman "hmmm.. Hmmm" sambil mengangguk setuju.

Albara melonjak kegiarangan memeluk Yunita dan mencium keningnya.

Yunita hanya diam dan membalas ciuman Albara, seperti juga Albara mereka merasakan sesuatu yang sangat indah, kejadian yang sangat cepat tau tau mereka telah melakukan hal yang terlarang.

*****

Albara membuka matanya "Yuniii" desahnya di tempat tidur, Albara mendapati dirinya masih terbaring di tempat tidurnya, tidak ada Yunita di sisinya, tidak ada siapa siapa rupanya dia baru saja mimpi. Mimpi yang seperti kenyataan dan mendapati celananya sudah basah.

"Mungkin ini yang di maksud guru biologi sebagai mimpi basah, pertanda dia sudah dewasa" pikir Albara.

Hari sudah pagi Albara segera mandi dan bersiap untuk ke sekolah, Di sisi lain penduduk Kota Tapus heboh dengan photo Albara dan Yunita di media sosial, dahsyatnya media sosial, hanya dalam satu malam hampir semua penduduk termasuk para guru SMA mereka telah melihat photo meraka yang lagi berpelukan.

Albara tidak menyadari hal ini setelah mandi dia berkemas dan sarapan seperti biasanya. Setelah sarapan Albara segera meluncur dengan honda jazz nya ke sekolah.

"Di zaman milinuim trendi ini, Takdir bagai program yang tak terkendali mempermainkan nasib manusia" ucapan pak Ardi guru sejarah mereka kemarin selalu di ingat Albara.

Memasuki gerbang sekolah Albara merasa ada yang tidak beres pada nya, semua orang menatapnya dengan aneh. Belum menyadari apa yang terjadi Albara masih bersikap biasa biasa saja.

Nilai Religius di kota tapus masih sangat dominan mempengaruhi kehidupan masyarakat. Kejadian pria dan wanita bukan muhrim berpelukan di depan umum merupakan aib yang memalukan. Akibatnya Albara dan Yunita menerima bulian masyarakat dan menjadi bahan gosip di tempat tempat orang berkumpul.

Kata kata kotor Albara degar sepanjang perjalanan ke sekolah bahkan di sekolah kata kata itu makin akrab di kupingnya.

"Wanita murahan, pelacur, playboy, tampan tapi otaknya cabul."

Albara tidak menyadari kata kata itu di tujukan pada dirinya dan Yunita.

sebelum jam pelajaran di mulai Albara duduk di bangku sebelah Yunita mendiskusikan hasil tugas biologi mereka, yang akan di serahkan hari ini.

Seluruh mata di kelas mereka memandang dengan tatapan jijik dan menghina. melihat tatapan seluruh teman sekelas terhadap mereka, Albara mulai curiga dan merasa ada sesuatu yang salah pada mereka.

Albara baru menyadari apa yang terjadi saat seorang siswa masuk ke kelas mereka berjalan mendekati Albara dan Yunita yang lagi asik berdiskusi.

"Kalian berdua Albara dan Yunita di tunggu di ruang BK" ucap siswa tersebut, kemudian berlalu dengan sikap menghina dengan tatapan jijik.

Di ruang BK Albara dan Yunita kaget setelah diperlihatkan photo mereka oleh guru BK. Berdasarkan aturan sekolah mereka telah melakukan pelanggaran berat dengan perbuatan tidak senonoh.

Albara mukanya jadi merah karena malu berusaha membela diri "kami tidak melakukan sesuatu yang salah pak ...."

belum sempat Albara menjelaskan guru bk sudah membentaknya "tidak salah kata mu, jelas photo itu memperlihatkan kamu sedang merangkul Yunita"

"Kamu tau apa hukuman atas perbuatan yang kalian lakukan" tanya guru BK yang menangani kasus mereka.

"Seharusnya kalian di keluarkan dari sekolah ini" kata guru BK agak emosi.

Tanpa mendengar kan penjelasan mereka sekolah memberi hukuman di skorsing selama seminggu dan terancam di keluarkan dari sekolah.

Semenjak hari itu semua teman Albara berubah sikap menjauh dari Albara demikian juga Yunita. Seakan mereka adalah sumber penyakit menular yang berbahaya, tak jarang mereka juga memperoleh perlakuan dan ejekan yang menghina.

Di media sosial perdebatan tentang mereka jadi viral semua orang menghujat mereka, Khoiril lebih semangat mempropokasi netizen, hanya ada dua tiga orang yang masih terlihat membela Albara yaitu Doni, Manto dan Laila, teman seperguruan silat Albara.

Sementara itu Yunita shock mendapat perlakuan teman temannya, setiap membuka hp dia hanya melihat berita tentang dirinya dengan Albara. Dengan narasi yang sangat menghina membuat Yunita merasakan sesuatu yang tak tertanggungkan, tidak berani lagi membuka hp kemudian hanya berkurung diri kamar.

Ayah Yunita marah besar dia memanggil Yunita anaknya, tapi Yunita tidak mau keluar dari kamar, mendapati keadaan ini ayah Yunita menyerah dan meminta istrinya bicara dengan Yunita. Ibu Yunita membawa sepiring nasi kemudian mengetuk pintu kamarnya.

"Nak buka pintunya, kamu belum makan dari tadi, ibu bawakan nasi buat kamu" bujuk bunda Yunita.

Tak lama kemudian Yunita membukaan pintu untuk ibunya lalu Yunita kembali ke tempat tidur, tampilannya sangat mengkhawatirkan rambut acak acakan, pakayan kusut dengan kamar yang berantakan.

ibunya duduk di sampingnya sambil menyuapi Yunita, dia mulai bertanya apa yang terjadi pada putrinya.

"Apa yang terjadi pada mu nak, apa teman lelaki Yunita telah melakukan sesuatu yang tak baik padamu?"

Yunita memang lebih dekat dengan ibunya di banding ayahnya, mendengar ibunya menanyakan kejadian yang di alaminya, Yunita seperti mendapat tempat curhat air matanya telah bercucuran dalam sesugukan dia mulai bicara.

"Buk ... kami tidak melakukan apa apa, kejadian yang sebenarnya Yunita terpeleset, untung saat itu Albara memegang tubuh Yunita hingga tidak terjatuh" keluh Yunita pada ibunya.

"Yunita gak tau siapa yang jahil ngambil photo kami. Sekarang semua orang membenci dan menghina kami, di sekolah guru tak mau terima keterangan kami" tangis Yunita mulai reda.

"Rasanya Yunita tak tahan lagi buk, Yunita tak mau lagi sekolah" kata Yunita.

"ibu ngerti perasaan mu nak, nanti ibu minta ayah cari sekolah yang membuatmu lebih nyaman" kata ibunya.

Yunita mulai tenang sepertinya semua beban pikiran dan perasaannya telah lepas setelah mendengar ucapan ibunya.