Chapter 6 - Episode 6

Khoiril tertegun seperti tidak percaya dengan penglihatannya, terlihat seseorang dengan sepotong ranting di tangannya entah dari mana datangnya menyerbu ke enam pengeroyok Albara dan Laila. Sepertinya orang tersebut juga ahli bela diri jurus jurusnya tidak beda dengan Albara dan Laila.

Dengan jurus ilmu pedang membelah gunung, dia mengamuk ranting ditangannya bagaikan pedang bergerak dengan cepat sehingga terlihat seperti sinar kehijauan yang menggulung menari nari mengincar bagian lemah ke enam pemuda tersebut.

"Bangsat.. Kalian semua berani mengganggu Albara dan Laila, kalian akan berurusan dengan saya Riki kakak seperguruannya". Riki terus mengamuk.

Ke enam pemuda tersebut memberikan perlawanan. Namun Riki bukan lawan yang enteng, sekalipun di keroyok enam orang dengan lincah dia mampu mendesak lawannya ranting ditangan nya seperti seperti bermata mengejar keenam pemuda tersebut. Belasan jurus kemudian terdengar bunyi ranting mengenai salah satu tubuh pengeroyoknya.

"Prak... " pemimpin pemuda itu terkena pukulan ranting di tangan Riki. Mundur tiga langkah sambil merintih kesakitan.

"Aduuh" rintihnya.

Disusul kelima temannya yang juga merintih.

"Aduuuh, Aduhh, aduh, aduh, aduh" jerit mereka hampir berbarengan.

Dengan sempoyongan mereka mundur dari arena pertempuran.

Riki menatap ke enam pemuda tersebut sambil berteriak.

"Jangan berani mengganggu adik seperguruan saya lagi kalau tidak kalian akan berurusan dengan gelanggang Talang Hulu Tembesi" ancammya.

Merasakan dahsyatnya ilmu pedang membelah gunung yang di mainkan Riki. Membuat ke emam pemuda tersebut langsung ketakutan apalagi harus berurusan dengan perguruan mereka. Pemimpin mereka langsung minta ampun.

"Ampun kakak, maafkan kami, kami salah dan tidak akan nengulanginya lagi" ratapnya.

"Kami berjanji di masa yang akan datang, tidak akan mengganggu Albara dan Laila lagi"... Kemudian berlari meninggalkan tempat tersebut di ikuti teman temannya.

"Kakak Riki!" seru Albara dan Laila berbarengan.

"Kalian tidak apa apa?" Tanya riki.

"Tidak masalah kakak hal seperti ini sering kami alami saat latihan" lanjut Albara.

"Baiklah, mari kita pulang" ajak Riki.

Riki adalah siswa SMA Kota Tapus, kebetulan perjalanan pulang dari SMA kerumah nya melewati gang tersebut dan pada saat kritis di berada di lokasi kejadian. Sebelum pulang kerumahnya Riki memastikan Albara dan Laila sampai kerumah masing masing.

*****

Khoiril merasa kecewa setelah rencananya di gagalkan Riki makin jengkel melihat ancamannya tidak di indahkan Albara. Puncaknya saat jam istirahat Khoiril mendatangi kelas Albara, Albara ditarik keluar kelas. Belum sempat dia bicara Khoiril telah menghujani Albara dengan pukulan.

"Bangsat kau berani melawan aku ya, kenapa masih tidak mengindahkan omongan ku" teriak Khoiril sambil terus melakukan serangan.

Albara hanya mengelak atau menangkis semua serangan Khoiril, tangannya mulai terasa sakit, tenaga Khoiril jelas lebih besar di banding Albara. Albara berusaha membalas serangan tapi serangan Khoiril yang beruntun dan ganas membuatnya terpaksa kembali menangkis. Teman teman Albara berusaha melerai tapi geng Khoiril memukuli mereka.

Manto dan Doni berusaha membantu, perkelahian meluas menjadi perkelahian antara klas satu dan klas dua. Seluruh siswa SMP Kota Tapus jadi heboh, para guru berhamburan menuju lokasi perkelahian.

"Berhenti" bentak kepala sekolah.

Spontan perkelahian berhenti semua yang terlibat segera di bawa keruang BK. Khoiril dengan wajah sangar masih saja mengancam Albara.

"Awas kau, sepulang sekolah nanti kita lanjutkan" ancam Khoiril.

Guru BK yang melihat gelagat tidak baik mengambil tindakan pencegahan, mereka di suruh buat perjanjian jika ketahuan berkekahi atau melakukan tawuran baik di sekolah atau di luar sekolah mereka akan di keluarkan dari SMP Kota Tapus. Perjanjian di buat di atas materai dan di ketahui orang tua siswa yang bersangkutan.

Semenjak kejadian tersebut Khoiril tidak Pernah lagi mengganggu Albara tapi semakin gigih mendekati Laila. Sebaliknya Albara dan Laila semakin akrab saja, di sekolah mereka sering terlihat bersama, hari hari mereka lalui dengan ceria.

Tanpa terasa tiga tahun sudah mereka lalui di Di SMP Kota Tapus mereka berdua lulus dengan nilai terbaik.Kebahagiaan Albara memuncak saat ayahnya beri hadiah sebuah mobil honda jazz sporti edisi terbaru. Di kota tapus mobil ini sangat mewah, sangat jarang pemuda seusianya memiliki nya. Albara kelihatan makin dewasa dan tampan dengan dada yang bidang dan kumis tipis yang mulai tumbuh menghiasi bibirnya membuat banyak para gadis menginginkan untuk jadi pacarnya.

Perasaan Albara terhadap Laila makin aneh, dia makin sayang dan selalu ingin bersamanya. Mungkin dia benar benar jatuh cinta pada Laila. Cinta pertama bukan lagi cinta monyet. Ucapan Laila saat mereka masih klas satu smp sering terlintas di pikirannya

"Tungu lima tahun lagi jika kamu sudah berkumis aku bersedia jadi pacarmu".

Sambil sambil nyetir mobilnya menuju rumah Laila dia mengeluh.

"Aku akan menunggu dua tahun lagi" gumannya sabil menghela napas dalam dalam.

Setelah menjemput Laila, Doni dan Manto mereka menuju SMA Negeri Kota Tapus untuk mendaftar. Memasuki gerbang SMA mereka berpapasan dengan Khoiril. Khoiril adalah panitia yang membatu penerimaan siswa baru di SMA Kota Tapus.

"Hai kakak Khoiril, senang ketemu lagi." Laila menyapa Khoiril.

"Lama tak jumpa... bagaima kabar kakak? " tanya Albara.

"Baik, " jawab Khoiril.

"Kalian mau mendaftar mari saya antar" lanjut Khoiril.

Sepanjang proses pendaftaran Khoiril tidak banyak bicara, dia sibuk dengan perasaan nya terhadap Laila. Laila terlihat semakin cantik dengan sosok gadis yang sempurna.

Sekarang dia tau bahwa Albara dan Laila hanya teman bukan sebagai pacar. Keinginan nya untuk memiliki Laila makin membara di hatinya. Hingga Laila pulang dengan ketiga teman lelakinya, Khoiril sering secara diam diam memandang Laila, dia puas sekalipun hanya itu yang bisa dia lakukan.

****

Sekarang Albara resmi sebagai siswa SMA Kota Tapus. Ketampanan Albara memikat banyak siswi SMA nya. Dia kaya dan sangat baik hati di sma dia sering mentraktir teman sekelasnya membuat dia dikenal sebagai "Si TAMPAN YANG DERMAWAN" banyak gadis yang ingin dekat dan menjadi pacarnya. Salah satunya adalah Sena dan Yunita gadis tercantik di kelasnya.

Di SMA Albara dan Laila juga tidak satu kelas sekalipun mereka sama sama kelas MIPA. Albara sering membandingkan Laila dan Yunita mereka sama sama cantik. Bedanya Yunita merupakan anak orang kaya yang cukup terkenal di kota Tapus. Namun perasaannya terhadap Laila tidak bisa tergantikan "Laila adalah cinta sejati ku" pikir Albara.

Saat istirahat Albara memperhatikan Yunita yang duduk di bangku depan. Kelihatan Yunita seperti tidak ada minat keluar ruangan, hingga mereka hanya tinggal berdua dikelas. Albara mendekati Yunita dan basa basi ngajak Yunita ke kantin.

"Hai Yun... Ke kantin yuk" ajak Albara.

"Ngak ah. Yuni gak punya uang" jawab Yunita.

"Masak sih kamu ke sekolah mengendarai mobil Toyota Agia, kok jajan gak punya uang." kata Albara.

Yunita merupakan satu satunya siswi SMA Negeri Kota Tapus yang mengendarai mobil ke sekolahnya. tidak mungkin menurut pemikiran Albara Yunita tidak punya uang, orang tuanya di kenal memiliki beberapa bisnis di kota Tapus, sangatlah mustahil jika Yunita tidak di beri uang jajan di sekolah. Apalagi kelas mipa memiliki jadwal dari pagi hingga jam empat sore. Biasanya jika orang tua siswa tidak memberi anak mereka uang jajan, pasti anaknya akan di lengkapi bekal makan siang.

"Masalahnya Yunita lupa bawak dompet" kilah Yunita.

"Ooo begitu" sahut Albara paham dan merasa kasihan pada Yunita.

"Baiklah, aku yang traktir kamu" lanjut Albara setengah memaksa sambil menarik tangan Yunita.

Yunita yang kesenangan berdiri mengikuti Albara menuju kantin, mereka berjalan seperti bergandengan karena Albara tidak melepaskan tangan Yunita hingga kekantin. Yunita sudah lama mengimpikan untuk mendekati Albara, Hari ini harapannya terkabul, tentu membuat nya sangat bahagia, wajahnya lebih berseri di banding biasanya. Di kantin mereka duduk berhadapan di meja kosong di sudut kantin, di sekelilingnya mereka rame siswa dan siswi karena jam istirahat yang Bersamaan di situ juga banyak teman sekelas mereka dan juga teman teman Laila.

"Mau pesan apa yun?" tanya Albara.

"Yuni pesan soto sama jus tomat" kata Yunita.

Albara segera memesan menu untuk mereka berdua, tak lama kemudian. pemilik warung membawanya ke meja Albara dan Yunita. Albara dan Yunita segera menyantap makanannya setelah berbasa basi dengan teman teman mereka.

"Ayo semuanya makan" kata Albara memandangi teman teman di sekelilingnya.

"Cieeee..... cieee ... Cieee " tiba tiba beberapa teman sekelas Albara serempak berteriak, sambil tersenyum dan melirik Albara dan Yunita.