Misteri cincin pintak pinto sangat mengganggu pikiran Albara mungkinkah itu benar benar ada? Mungkinkah orang tuanya sebagai pemilik cincin pintak pinto?. Atau memang hanya sebuah gelar yang di tujukan pada orang kaya?. Berbagai pertanyaan timbul di benak Albara Tapi jika cincin itu benar pernah di miliki Raja Sulaiman berarti benar benar ada, bisa jadi ada orang yang memilikinya sekarang, bisa saja itu orang tuanya Albara.
Namun setelah tidak menemukan jawaban dari pertanyaan yang ada di kepalanya Albara terpaksa menyerah menerima keterangan dari nenek umi Kalsum.
"Cincin pintak pinto itu hanya legenda di gunakan sebagai sanjungan pada orang yang kaya".
malam itu Albara tidak bisa tidur hingga larut malam.
****
Di SMP Negeri I Kota Tapus Laila semakin terkenal dengan kecantikan nya, tiap pria siswa laki laki sudah pasti jatuh cinta pada pandangan pertama. Namun tak banyak yang dari mereka yang berusaha mendekati Laila karena takut bersaing dengan Albara yang selalu dekat dengan Laila.
Namun banyak juga siswa pria yang nekat untuk memperoleh cinta Laila umumnya adalah anak orang kaya di kota tapus salah satunya Khoiril siswa klas dua yang sangat berpengaruh dan di takuti.
Ini milenium trendi berbagai teknik dan keahlian akan bangkit apakah itu baik atau buruk semua akan di bangkitkan. Demikian hal nya dengan Khoiril dengan segala upaya dilakukan untuk mendapatkan cinta Laila tapi tidak berhasil, timbulah di pikirannya untuk melakukan trik trik kotor untuk menyingkirkan Albara dari Laila dan menciptakan kesan baik di mata Laila.
Untuk memuluskan rencananya Khoiril membayar seberapa kakak seperguruannya, semua mereka ada 6 orang, mereka adalah ahli taek won do, bersabuk hitam.
Rencananya akan dijalankan di mana saat pulang sekolah ke enam pemuda ini, akan menggoda Laila kemudian mengancam Albara untuk menjauhi Laila. Pada saat kritis Khoiril akan datang bersama temannya bertindak sebagai pahlawan bagi Laila.
Demikianlah di sebuah gang yang sepi keenam pemuda bayaran Khoiril menghadang Albara yang sedang membonceng Laila. Enam pemuda berdiri di jalan hingga tidak ada jalan bagi albara untuk melewati mereka, seorang yang berpakayan ringkas memberi isyarat pada Albara untuk segera meminggirkan kenderaannya.
Albara menepi dan menghentikan mototornya, setelah motor terparkir Laila turun dari motor, pada saat yang bersamaan seorang pemuda berpakayan ringkas, yang sepertinya adalah pemimpin mereka mendekat dan secepat kilat memeluk Laila.
Laila bukan orang lemah dia adalah ahli silat peringkat pertama di kelasnya. Dengan gerakan ringan dia menghindar, sehingga pemuda tersebut hanya memeluk angin.
"Bangsat.... Kurang ajar kalian semua" ucap Laila.
Melihat kejadian ini Albara melongo, darahnya naik hingga ke kepala kemudian turun dari motornya.
"Hai .. Pengecut jangan cuma berani mengganggu wanita" ucap Albara.
Sambil menuding keenam pemuda tersebut.
"Jika kalian jantan hadapi aku, satu persatu kalian maju" teriak Albara
dengan sikap menantang Albara menatap tak berkedip pada keenam pria tersebut.
Pemimpin pemuda tersebut maju kearah Albara sambil tertawa.
"Ha Hahaha.... Anak kecil... kita baru kali ini bertemu, tapi saya menginginkan putri cantik teman anda ini. saya ingatkan jangan sok jadi pahlawan di depan murid perguruan Masurai" ucapnya.
"Jika kau masih sayang hidupmu, maka mulai saat ini jauhi Laila, atau engkau akan hilang dari muka bumi" ancam pemimpin ke enam pemuda tersebut.
"Siapa takut dengan kalian, jangankan murid perguruan Masurai, guru kalian sekalipun maju aku tidak takut" kembali Albara menantang.
Pemuda yang tadinya di bayar untuk menghajar Albara segera menerjang. Dengan jurus tendangan sakti menghancurkan gunung beberapa tendangan di arahkan ke ulu hati Albara, tendangannya sangat keras jika terkena pastilah pingsan setidaknya akan terjengkang. Dengan enteng Albara mengelak namun tendangan lain menyusul, setelah lima jurus tendangannya tidak mengena. Sang pemuda kembali menyerang dengan ganas.
"Boleh juga kau anak kecil, mari kita lihat sejauh mana kau bisa bertahan"
"Hiaaaat..... terima ini" serunya sebuah tendangan keras mengarah ke pelipis Albara, disusul tendangan memutar mesih mengincar pelipisnya, Albara menggerakkan kakinya sedikit dan seketika.
"Tap..." pergelangan kaki pemuda tersebut sudah di genggaman Albara dan dengan mengerahkan tenaganya Albara menyentakkan tangannya hingga tubuh pemuda tersebut melayang dan jatuh di depan teman temannya.
"Ayo perlihatkan kemampuan mu, kalau cuma begini kalian sepertinya hanya layak melawan perempuan" ejek Albara
"Buuuk.." bunyi gedebuk dan debu beterbangan saat tubuh pemuda tersebut jatuh ketanah.
Kelima temannya sontak melongo sesaat, seperti tidak yakin hanya dalam lima jurus kawannya sudah di kalahkan. Mereka berenam adalah murid berbakat yang tangguh dan sudah bersabuk hitam dari perguruan Masurai. Tersadar dari kenyataan kelima pemuda yang lain menyerbu Albara.
Albara terdesak menghadapi serangan lima pemuda tersebut, dan dalam beberapa jurus sebuah tendangan ganas dari salah satu pemuda bayaran terbut bersarang di dadanya.
Albara sempoyongan, Laila yang tadinya sudah bersiap dengan cepat memasuki arena pertempuran membantu Albara.
"Bajingan ... aku akan mengadu ilmu dengan kalian" teriak Laila dengan gerakannya yang ringan dan cepat sebuah pukulan keras menghantam pelipis pemuda terdekat. Pemuda itu sempoyongan, tertegun sejenak sebelum menyerbu kembali ke arah Albara. Pemimpin pemuda bayaran sudah berdiri, dengan seringai kemarahan menyerbu kearah Albara.
Sepasang merpati kecil ini sepertinya tidak bisa di anggap enteng, gerakanya ringan dan memiliki jurus serangan balik yang berbahaya, pikir pemimpin keenam pemuda tersebut. segera dia memberi komando teman temannya untuk maju bersama.
Karena kalah jumlah dan Laila yang saat ini masih berseragam SMP, gerakan tentu tidak lues. Dalam waktu singkat mereka berdua mulai terdesak. Namun Albara dan Laila masih memberikan perlawanan sengit, seseksli memberikan serangan balik yang cukup merepotkan pengeroyok mereka, hingga beberapa jurus kemudian sebuah tendangan Albara berhasil menjatuhkan salah satu lawannya, tak mau ketinggalan Laila juga berhasil mendaratkan pukulan pada salah satu pengeroyoknya.
Albara dan Laila satu perguruan dari gelanggang talang Hulu Tembesi. Mereka sudah mengerti apa yang harus di lakukan menghadapi keroyokan. Mereka merapat saling membekakangi hingga keenam pengeronyok mereka mengelilingi mereka. Melihat ketangguhan Albara dan Laila, keenam pengeroyok mereka mulai hati hati. Kedua belah pihak mulai mengintai kelemahan masing masing, keenam pengeroyok menyerang dari segala sisi dengan tendangan dan pukulan ganas.
"Tak...tak .... Tak" bunyi gemertak tulang beradu semakin kerap terdengar.
Albara dan Laila bergerak dengan lincah mengghidari pukulan atau menepis pukulan.
Sampai puluhan jurus Albara dan Laila tak mampu membalas serangan bahkan mereka makin kewalahan.
Tiba tiba sebuah tendangan mendarat di bahu Albara, tapi saat bersamaan tendangan Albara mendarat di dada si pemuda. Si pemuda terlempar mudur hingga tiga langkah. Sedangkan Albara sempoyongan.
Melihat Albara sempoyongan tiga pemuda lainya menyerbu Albara satu serangan berhasil di elakkan satu lagi ditangkis namun satu serangan telak mendarat di pelipisnya, Albara merasakan sakit luar biasa, giginya terasa mau copot, dengan mata berkunang dia tidak dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya.
"Aduuuuuh.... " rintih Albara kemudian roboh ketanah.
Demikian juga Laila berhasil menjatuhkan dua pengeroyok, namun pada saat yang saman 4 pengeroyok lainnya menyerbu dari arah belakang. Karena sudah tidak terlindungi oleh Albara yang telah roboh ketanah. Salah satu dari pemuda berhasil mendaratkan tendangan ke punggung Laila.
"Aaaaah....." Laila merintih sebelum jatuh terjerambab.
Dari kejauhan Khoiril memperhatikan pertempuran yang tidak seimbang tersebut, melihat Albara dan Laila sudah terjatuh dia bergegas menuju lokasi dengan lagak sebagai seorang pahlawan dia melangkah dengan pasti. Namum tiba tiba dia menghentikan jalannya.