Semenjak peristiwa pertandingan menentukan peringkat Albara sudah mulai galau. Albara tidak mampu mengalahkan Laila artinya dia gagal untuk menjadi pacar Laila. Sementara itu Laila sepertinya hanya memandang dia seperti teman biasa bahkan memandangnya sebagai adik yang kanak kanakan.
Kian hari Albara semakin ingin di perhatikan oleh Laila bahkan tidak jarang bertingkah over akting di depan Laila. Di SMP Albara tidak lagi sekelas dengan Laila, dia di kelas C sedangkan Laila di kelas A otomatis mereka mulai jarang bertemu di sekolah. hal ini membuat Albara sering sengaja mencari keberadaan Laila saat jam istirahat atau pulang sekolah.
Siang itu sepulang sekolah Albara kebetulan berpapasan dengan Laila, tentu saja Albara merasa sangat senang spontan minta Laila pulang bersamanya,
"Laila pulangnya bareng Albara ya" pinta Albara.
Laila hanya mengangguk setuju, kemudian mengikuti Albara, berjalan di sampingnya. mereka berdua menuju parkiran tempat dimana motor Albara di parkir. Tiba tiba mereka mendengar suara agak serak di depan gerbang sekolah.
"Laila pulang bareng kakak aja ya" pinta Khoiril di atas motornya.
Rupanya Khoiril sejak tadi sengaja menunggu Laila untuk di ajak pulang bareng. Namun usahanya gagal di tolak mentah mentah oleh Laila.
"Ngak ah, Laila pulang bareng Albara" sambil mengeleng.
Laila segera menggandeng tangan Albara sambil melirik Albara kemudian tersenyum manis.
Khoiril yang cemburu melihat adegan itu, menatap ke arah Albara dengan tatapan kesal penuh amarah seakan ingin menerkam Albara seketika.
"Sudahlah Khoiril kamu tidak akan bisa bersaing dengan Albara, dia anak orang kaya pemilik cincin pintak pinto." timpal kawan Khoiril.
"Ayo kita pulang sore nanti kita ujian untuk mendapatkan sabuk merah, jangan lupa jemput aku ya" pinta ahmad Kodri teman Khoiril.
"Ok .." Ucap Khoiril kemudian berlalu dengan kesal.
Albara dan Laila juga beranjak dari parkiran menuju kerumah mereka.
"Duduknya geser kedepan dikit dong" pinta Albara pada Laila.
"Ih kamu, sudah mulai puber ya" ucap Laila tersenyum manja.
Mendengar ucapan Laila, Albara merasa darahnya naik berdesir di dadanya. Dia teringat pelajaran biologi yang baru saja dia pelajari. Terngiang ucapan buk Nuraini guru biologi tentang ciri ciri pubertas.
"Beberapa ciri pubertas pada anak laki adalah mulai tertarik pada lawan jenis, tumbuhnya jakun, suara berubah serak, dan mengalami mimpi basah"
Tanpa sadar Albara memeriksa lehernya apa dia sudah punya jakun apa belum. merasakan adanya benjolan di lehernya Albara makin senang.
"Artinya aku sudah dewasa dan sudah boleh pacaran sama kamu kan?" tanya Albara.
Laila menanggapinya seperti seorang kakak terhadap adiknya.
"Kamu masih kecil sudah bicara pacar... Tunggu lima tahun lagi jika kamu sudah punya kumis dan jenggot aku bersedia jadi pacar kamu." ledek Laila dengan sikap seperti orang dewasa.
Tanpa terasa mereka sudah sampai dirumah Laila. Albara menghentikan motornya Laila turun dan melambaikan tangannya sambil berjalan kerumahnya.
"See you tomorrow" ucap Laila menggunakan bahasa inggris yang di pelajari tadi siang.
'See you tomorrow" balas Albara dengan ucapan yang sama.
Albara juga melambaikan tangan hingga Laila hilang dari pandangan nya, kemudian Albara putar motornya menuju rumahnya. Di sebuah gang yang sepi Khoiril ditemani tiga orang anggota gengnya menghadang Albara, dengan melambaikan tangannya meminta Albara menghentikan motornya. Albara menepi menghentikan motornya, saat Albara turun tangan Khoiril telah mencengkram kerah bajunya, sambil membentak.
"Mulai saat ini kamu harus menjauhi Laila!" ancam Khoiril.
Ketertarikannya pada Laila bukan lagi sekedar teman tapi mulai berubah menjadi ketertarikan pada lawan jenis. Mendapat acamaman Khoiril bukannya membuat Albara menjadi takut malah membuatnya jadi emosi.
"Enak aja .... emangnya Laila itu apa mu" tantang Albara sambil menepiskan tangan Khoiril dari lehernya.
"Kamu berani sama aku ya" kata Khoiril lalu sebuah tendangan keras sudah mengarah pada pelipis Albara.
Albara berkelit hingga tendangan Khoiril hanya menendang angin.
"Semua orang boleh takut sama kamu tapi Albara tidak akan takut" tantang Albara.
Kehebatan Khoiril tidak bisa diragukan lagi, bahkan di sekolah sering melakukan tawuran bahkan anak anak kelas tiga pada takluk pada geng nya. Kembali serangan berupa pukulan dan tendangan di arahkan pada Albara. sebagai ahli silat Albara juga memberi perlawanan sengit hingga beberapa jurus mereka bertukar pukulan, sebuah tendangan lurus Khoiril telah bersarang di dadanya, Albara sempoyongan detik berikutnya sebuah tendangan telah merobohkanya.
"buugk" Albara terjengkang, Khoiril mendekati Albara kembali mengancam.
"ingat ya... jauhi Laila atau kau akan ku pukuli sampai mampus" Khoiril dan temannya segera berlalu meninggalkan Albara yang masih meringis kesakitan.
*****
Sampai dirumah Albara agak gelisah, penasaran dengan ucapan Ahmad Kodri tentang orang tuanya "PEMILIK CINCIN PINTAK PINTO". Di rumah terlihat umi Kalsum lagi sibuk di meja makan, melihat umi Kalsum yang sedang menyiapkan makan siang, Albara segera duduk dimeja makan. Albara segera mengambil hidangan untuk makan siang lalu bertanya pada umi Kalsum.
"Nek boleh Albara tanya sesuatu" pinta Albara pada umi Kalsum.
"Boleh ... emang nak Bara mau tanya apa?" tanya umi Kalsum.
"Apa nenek tau yang di maksud dengan CINCIN PINTAK PINTO.?." tanya Albara dengan expresi sangat pengen tau.
"Emang kenapa?" umi Kalsum balik bertanya.
Albara menceritakan apa yang dia dengar dari Ahmad Kodri teman Khoiril sepulang sekolah tadi.
"Orang tua Albara merupakan pemilik cincin pintak pinto, begitu kata kakak Kodri nek" cerita Albara
"Hmmmm ...." guman umi Kalsum mengangguk mengerti.
"Itu cuma gelar untuk orang yang sangat kaya" ucap umi Kalsum acuh tak acuh.
"Dulu ada legenda bahwa Raja Sulaiman memiliki cincin pintak pinto, dengan cincin itu dia menguasai kekayaan dunia" lanjut umi Kalsum.
"Dengan cincin itu apa yang dia minta pasti ada , makanya cincin tersebut di beri nama cincin pintak pinto" kata umi Kalsum.
"Itu juga alasan kenapa orang kaya di juluki pemilik cincin pinta pinto" jelas umi Kalsum pada Albara
Albara mengangguk puas kemudian menyantap hidangan makan siangnya.
Memang betul orang tua Albara sangat sukses dalam bisnisnya sehingga kekayaannya semakin meningkat dan tak terhitung jumlahnya. Jadi wajar oleh penduduk Kota Tapus dia di gelari pemilik cincin pintak pinto. Apalagi sekarang abu Daud bergerak di bidang export import yang sukses, makin hari kekayaannya makin menggunung saja.
Tidak salah jika milenium 2000 di prediksi sebagai milenium trendi, kekayaan seperti keluar dari perut bumi. Orang kaya baru bermunculan seperti menjamur dari kota hingga kedesa desa. Sebelum tahun 2000 tak satu pun di kota Tapus mereka yang memiliki kendaraan bermotor, tapi sekarang mobil mewah hampir sudah tidak asing lagi, motor malah tiap rumah punya minimal satu, anak SMP seusia Albara bisa di hitung jari yang tidak punya motor.
Perkembangan ekonomi yang pesat juga di barengi dengan perubahan gaya hidup, dan nilai nilai sosial ke masyarakatan. Persaingan sangat terasa, biaya hidup juga meningkat, bayak nilai adat yang hilang menuju kehidupan bak monster.
Orang kuat dan kaya mulai mengambil alih pengaruh dan kekuasaan. Kepala desa, kepala daerah dipastikan hanya untuk orang kaya dan kuat, Tak perduli pendidikan dan agama mereka. Orang berkantong tebal mulai di puja bagai dewa. Tuhan bagi sebagian masyarakat adalah orang yang bisa mengisi dompet mereka.
Sebagai anak pengusaha yang sukses Albara merasakannya., di mana semua orang memperlakukannya dengan baik.
Belakangan juga banyak para gadis remaja, baik tetangga atau teman sekolah mendekatinya. Bahkan ada sebagian orang tua yang sengaja meminta anak gadisnya mendekati Albara. Tentu dengan harapan bisa berbesanan dengan pengusaha kaya.
Tidak salah jika dulu orang tua tau cerdik pandai, alim ulama menjadi panutan dan di puja. Sebaliknya sekarang mereka di tinggalkan berpaling pada orang kaya. Jika seseorang sudah bisa mengatasi ekonomi mereka, maka dia di puja bagai dewa, bahkan jika mereka di minta memusuhi ulama, atau tua tau cerdik pandai pasti mereka lakukan. Penomena ini juga sudah mulai berdampak di kota mereka singkatnya SIAPA YANG MENGISI DOMPET MEREKA ITULAH TUHAN MEREKA