12 September 2010
Hari ini ada anak baru di sekolahku. Dia lelaki dan namanya Rico. Dia pindahan dari Kota Bengkulu. Menurutku, dia ganteng dan keren. Daya tariknya itu luar biasa, aku aja sampai terpikat. Tapi, dia itu sedikit jahil sama anak perempuan. Tadi waktu istirahat aja, temanku yang bernama Angel dijahili olehnya. Angel sampai marah gara-gara Rico mencampur air minumnya dengan sambal. Sementara itu Rico hanya tertawa puas melihat Angel yang marah.
Setelah jam keempat selesai, baru Rico mau meminta maaf sama Angel. Itu pun aku yang menyuruhnya untuk meminta maaf. Untung saja Angel itu gadis yang pemaaf, jadi mereka pun berteman lagi. Aku cukup senang bisa berteman dengan Rico. Dibalik kejahilannya, dia itu punya rasa gak enak hati sama orang yang dijahilinya. Tapi ya udah lah, itu urusan dia, bukan urusanku. Hihi.
25 September 2010
Rico mengajak aku, Angel dan beberapa teman lainnya untuk berkunjung ke rumahnya. Rumahnya sangat bagus dan rapi. Aku saja sampai betah berada di rumahnya. Ternyata dia anak orang kaya, tetapi orang tuanya tak terlihat sama sekali saat kami berkunjung. Ingin rasanya aku bertanya, tetapi aku malu untuk menanyainya. Aku merasa, aku tak pantas untuk menanyakan hal itu.
Oh iya, Rico juga mengajak kami semua untuk makan malam di sana. Dia bilang, pembantunya sudah memasak segala makanan yang enak untuk kami. Dengan rasa malu, kami pun terpaksa menuruti kemauannya. Hhhmm… ternyata masakan pembantu Rico enak juga. Teman lelakiku yang bernama Jerry saja sampai menambah dua kali. Hahaha… dia memang anak yang suka makan banyak, tetapi tubuhnya tidak pernah berisi. Hihi…
1 Oktober 2010
Lagi-lagi Rico mengajak aku untuk berkunjung ke rumahnya. Namun kali ini ia tak mengizinkanku untuk mengajak satu pun temanku. Ia bilang, ia punya kejutan hanya untukku. Dengan ragu dan terpaksa, aku pun hanya mengiyakan ucapannya. Ia terlihat begitu senang. Lalu ia pun membawaku ke rumahnya dengan menaiki mobil mewah miliknya.
Sesampainya di rumah Rico, kembali lagi aku disuguhi makanan dan beberapa cemilan yang sangat lezat. Namun aku sangat malu untuk memakannya. Padahal Rico terus menerus menyuruhku untuk memakan apa yang ia sajikan di hadapanku. Sungguh, jika ada teman-temanku, aku tak akan semalu ini. Aku benar-benar salah tingkah di hadapannya, bahkan aku sering kali membuat kecerobohan-kecerobohan kecil yang semakin memperlihatkan kesalahtingkahanku di hadapan Rico. Ahh, kenapa harus seperti ini sih?
Ada apa dengan diriku ini? Apa aku mulai menyukainya? Tidak-tidak, aku hanya mengaguminya saja, aku tak boleh menyukainya. Aku ingat, diumurku yang baru saja menginjak 16 tahun ini, kedua orang tuaku tak mengizinkanku untuk berhubungan dengan lelaki. Mereka hanya mengizinkanku jika aku sudah menginjak 17 tahun. Aku tak boleh menyukai Rico, jangan sampai hal itu terjadi.
23 September 2010
Sudah satu minggu ini aku dibuat bahagia oleh tingkah Rico yang semakin hari semakin memperhatikanku. Bukan hanya memberikan perhatiannya, Rico juga sering sekali menunjukkan keromantisannya di hadapanku dan teman-temanku. Bahkan aku sampai dibuat malu karena tingkahnya itu. Kenapa dia jadi seperti ini? Apa ada yang salah dari dirinya? Atau kesalahan itu datang dari diriku? Ah entahlah.
Hari ini dia memberikan aku sebuah buket bunga mawar yang sangat indah. Ku taruh buket bunga itu di atas tempat tidurku. Selama membuat diary ini, aku terus memandangi buket bunga itu. Ahh… Lagi-lagi aku harus tersenyum sendiri mengingat kejadian hari ini.
Tadi pagi, setelah jam istirahat berbunyi, Rico mengajakku ke kantin. Dia juga membelikan aku sebotol minuman dan tak lama, ia pergi entah kemana. Lalu tiba-tiba saja, terdengar suaranya yang berteriak memanggil namaku. Aku memandangi seluruh penjuru kantin dan ternyata Rico tengah berdiri di atas kursi tepat di depan pintu masuk kantin. Dia memegang buket bunga mawar itu dan dia bilang bahwa bunga itu untukku. Semua orang menyoraki kami dengan kata cie. Angel berteriak jika pipiku saat itu tengah memerah menahan malu. Tentu saja aku merasa malu.
Dan yang lebih membuatku terkejut lagi adalah ia menghampiriku dan berlutut di hadapanku. Itu semua membuatku semakin merasa malu. Orang-orang kembali menyoraki kami. Oh Ya Tuhan, aku sungguh malu diperlakukan seperti ini. Bukannya aku tak suka, hanya saja aku tak mau jika mereka menyorakiku dengan kata cie. Aku yakin, kata cie ini akan terus berlangsung selama aku bersekolah di sini.
15 November 2010
Hari ini, tepatnya malam ini adalah malam bersejarah yang pernah aku lalui. Malam yang paling buruk di dalam hidupku. Malam yang tak akan pernah aku lupakan. Kau tau? Rico menyatakan cintanya di sebuah café. Dan lagi-lagi ia berbuat seenaknya. Dia menaiki panggung kecil yang berada di café itu. Dan dia menggunakan microphone untuk menyatakan cintanya padaku. Oh My God, lagi-lagi aku harus mendengar kata cie..cie…ciee… dari beberapa teman yang sengaja diundang oleh Rico. Bahkan beberapa tamu di café itu pun mengatakan hal yang sama.
"Sheryl, kita udah lama berteman. Rasa saling peduli pun muncul, bahkan rasa cinta aku pun bermunculan buat kamu. Udah lama aku ingin mengatakan hal ini, tapi aku ragu. Aku takut kamu gak suka sama aku. Aku juga takut kalau kamu tolak cinta aku. Tapi apapun keputusannya nanti, aku gak akan marah sama kamu. Kita bakal tetap berteman apapun keputusan kamu. Jadi, apa kamu mau jadi pacar aku?"
Itulah yang dikatakan Rico di hadapan semua orang. Aku langsung kaku seketika. Aku tak bisa menjawab apapun yang dikatakannya. Jujur, aku juga mulai menyukainya. Perhatian, ketampanan dan apapun yang ia tunjukan itu membuatku semakin menyukainya. Namun aku kembali teringat oleh peringatan kedua orang tuaku yang belum memperbolehkan aku untuk menjalin kasih dengan lelaki manapun. Ingin aku menjawab ya, namun keadaan yang harus mengatakan tidak.
Aku tak menjawab ucapannya itu, aku langsung berlari keluar café, meninggalkan semua orang yang tengah kebingungan. Aku mendengar suara Rico yang memanggil-manggil namaku. Aku yakin dia tengah mengejarku. Tak lama, genggaman keras memberhentikan langkahku untuk berlari. Aku membalikkan tubuhku dan ternyata Rico lah yang memegang pergelangan tanganku. Dia berhasil mencegahku untuk berlari.
Ia mempertanyakan alasanku meninggalkannya dan aku menjawab dengan sesungguhnya. Aku menjawab dengan apa yang sebenarnya terjadi. Namun entah mengapa, raut wajahnya malah berubah drastis. Ia terlihat marah dengan mata yang mulai memerah. Aku yakin, dia pasti kesal dengan jawabanku. Apa yang salah? Bukannya dia bilang akan menerima apapun keputusanku? Kenapa dia terlihat marah seperti itu?
Tanpa berbicara lagi, dia pun pergi meninggalkanku sendirian. Dia pergi dengan mobil mewahnya. Apa yang akan dilakukan lelaki itu? Ah, semoga saja dia tak bunuh diri…
***
Bersambung...
[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]
Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.