Chereads / You Must Die / Chapter 18 - Penolakan Cinta Part 3

Chapter 18 - Penolakan Cinta Part 3

Aku pun memutuskan untuk bersembunyi di bawah kasur. Tak lama seseorang keluar dari dalam kamar mandi. Kakinya yang tak asing lagi di mataku membuatku yakin jika ia memanglah Rico. Perlahan ia berjalan menuju lemari pakaiannya. Dan kau tau? Dia mengganti pakaiannya. Untung saja aku tak bersembunyi di sana dan memilih untuk menyembunyikan diri di bawah kasur, kalau tidak? Bisa pingsan aku melihatnya. Hihi…

Setelah mengganti pakaiannya, ia berjalan menuju tempat tidur dan duduk di sana. Aku bisa melihat jelas kakinya yang penuh dengan bulu itu. Aku pun mulai mengeluarkan pisauku yang sengaja aku bawa di tas. Dan aku menusukkan pisau itu tepat di kaki Rico hingga menembus kaki. Rico menjerit kesakitan bersamaan dengan darah yang mengalir dari kakinya. Aku pun keluar dari tempat persembunyianku. Ia terkejut melihatku ada di sana. Aku hanya tersenyum sinis melihat keterkejutannya itu.

"Terkejut?" Itulah pertanyaan yang aku lontarkan kepadanya. Ia menatapku dengan tajam sembari mengerang kesakitan. Tak lama aku tertawa melihat keadaannya.

"Sialan!" gerutunya.

"Sialan? Siapa yang kau maksud sialan? Aku kah? Bukannya kata sialan lebih cocok untukmu?" tanyaku bertubi-tubi. Rico hanya diam sembari memegangi kakinya. Aku mengeluarkan guntingku yang ku simpan di dalam saku jaket. Lalu aku menodongkan gunting itu ke arah Rico dan berjalan mendekatinya. Ku lihat ia mulai memundurkan tubuhnya.

"Kenapa mundur? Takut? Masa sama gunting aja takut?" tanyaku.

"Pergi lo wanita sialan!" ucapnya kepadaku. Aku terkekeh pelan mendengar ucapannya.

"Ya ampun, yang pantas disebut sialan itu elo kali Ko. Bukan hanya sialan sih, elo lebih pantas lagi kalau disebut lelaki pengecut. Kenapa? Masa karena hanya ditolak cintanya, lo sampai tega ngebunuh orang tua seorang gadis yang udah tolak cinta lo. Kan gue udah bilang, orang tua gue belum bisa ngizinin gue buat pacaran dan kalau lo emang cinta sama gue, tunggu gue satu tahun lagi. Apa salahnya sih nunggu satu tahun lagi? Ya lagian lo juga gak akan mati kan? Lagian kita bakal tetap bersama kan sampai satu tahun ke depan. Kenapa lo sampai tega ngebunuh orangtua gue karena hal sepele kayak gitu? Apa lo udah gak punya hati? Atau jangan-jangan lo juga udah gak punya otak? Lo udah gak bisa berpikir jernih gitu? Iya? Ckckck…"

Aku terus menerus mengeluarkan segala isi hatiku yang selama ini aku pendam. Aku tak menyangka jika hari ini aku akan mengutarakan isi hatiku tepat di depan orang yang mulai ku benci ini. Ia hanya menunduk mendengar segala curahan hatiku. Tak ada satu pun kalimat yang keluar dari mulutnya. Samar-samar malah aku mendengar isakan tangisnya. Apa dia menangis? Seorang lelaki seperti dia menangis? Hahaha lucu sekali.

Aku pun terkejut saat tiba-tiba saja ia tertawa jahat. Ia mendongkakkan kepalanya dan terlihatlah wajahnya yang memerah dengan air mata yang mengalir. Kenapa dia ini? Apa dia sudah gila? Ia menangis tetapi ia juga tertawa. Ah aku rasa memang ada yang tak beres dengannya.

"Udah gila lo ya?" tanyaku.

"Hahaha… Iyaa lo benar, gue udah gila karena lo. Gue rela melakukan itu semua demi lo, Sheryl. Gue ngebunuh kedua orang tua lo biar lo bebas berpacaran sama gue. Gue udah gak bisa nunggu setahun lagi. Udah lama gue suka sama elo, tapi nyatanya, apa yang telah gue lakuin ternyata sia-sia. Lo malah ngebenci gue karena hal ini. Lo emang cewek yang gak bisa ngehargai usaha laki-laki!" kata Rico membuatku terkejut. Apa? Dia melakukan itu semua hanya demi untukku? Apa dia sedang bercanda?

"Denger baik-baik ya, Rico. Kalau gue disuruh memilih antara orang tua gue atau memilih lo, yaa udah pasti gue lebih milih kedua orang tua gue lah. Secara gue hidup di dunia ini karena mereka. Gue bisa kayak gini juga karena mereka. Mereka juga selalu ada saat gue butuh. Dan elo? Elo Cuma lelaki yang gak punya hati nurani. Jujur, gue emang ngerasa nyaman dan bahagia kalau deket sama lo, tapi apa itu semua udah cukup buat gue? Ya nggak lah, Ko. Apalagi sekarang gue udah tau sifat asli lo tuh kayak gini, jadi jangan berharap gue bakal jadi pacar lo!" balasku panjang lebar. Ia terlihat kaget dengan ucapanku.

"Jadi lo gak mau jadi pacar gue?" tanya Rico sembari mencoba berdiri. Pisau yang masih menancap di kakinya terlihat tak menyulitkan gerak gerik Rico. Ia terlihat tak kesakitan karena luka di kakinya itu. Melihat hal itu membuat aku terkejut. Bagaimana bisa ia tak merasa sakit di bagian kakinya? Bukankah pisau itu sudah menancap hingga menembus kakinya itu?

Aku yang terkejut masih terdiam sembari memperhatikan kaki Rico, namun tak lama aku kembali berucap menjawab petanyaannya itu, "Semua cewek juga gak bakal mau punya pacar seorang pembunuh!"

Ia terlihat kesal dan dengan cepat ia mendekatiku. Aku pun terus menodongkan gunting itu tepat ke arah wajahnya dan aku juga mulai memundurkan tubuhku karena Rico terus mencoba untuk mendekatiku.

"Jangan deket-deket, kalau nggak…"

"Kalau nggak apa? Lo mau bunuh gue? Silahkan, Ryl. Gue gak takut!" Rico menantangiku. Aku pun dengan cepat menusukkan gunting milikku itu ke arah perut Rico, namun ada yang aneh. Aku juga merasakan sakit luar biasa di perut sampingku. Saat aku melihatnya, ternyata sebuah pisau telah tertancap di perutku. Aku pun hanya bisa mengerang kesakitan, begitupun dengan Rico. Aku melihatnya mencoba untuk mencabut gunting yang menusuk perutnya. Dan aku kembali terkejut karena di pisau yang tadi ku tusukkan di kakinya sudah hilang. Aku yakin, pisau yang kini menusuk perutku pasti pisauku yang tadi kutusukkan di kaki Rico.

Tubuhku pun mulai melemas. Pandanganku juga mulai kabur. Samar-samar aku melihat Rico yang mendekatiku dan aku kembali merasakan sakit yang luar biasa di perutku. Aku masih bisa melihat jika Rico menusukkan gunting itu ke perutku. Aku kembali lagi menjerit kesakitan. Darah segar terasa mengalir keluar dari dalam tubuhku. Aku kehilangan banyak darah dan aku sudah tak kuat lagi menahan rasa sakitku ini. Aku memutuskan untuk memejamkan kedua mataku dan mencoba untuk tak merasakan sakit di perutku ini. Namun yang ku lakukan ini percuma, aku tak bisa memejamkan mata, tak bisa juga mencoba untuk tak merasa sakit. Aku terbaring sembari memegangi perutku yang mengeluarkan banyak darah.

Ku buka lagi mataku untuk melihat Rico. Aku terkejut saat ia sudah berada di atas tubuhku. Dengan jelas aku melihat ia membuka celana dan menunjukkan alat kelamin miliknya. Aku menjerit karena terkejut, ku pejamkan kembali mataku ini. Aku merasakan Rico membuka kakiku dengan lebar, aku berusaha untuk menghentikannya. Namun percuma, tubuhku sangat lemas karena darah yang terus berkurang. Dengan kasar ia membuka pakaian bawahku hingga saat aku kembali membuka mata, bagian bawah tubuhku sudah tak mengenakan apapun. Aku tak bergerak karena semakin aku bergerak, perutku akan terasa sangat sakit dan darah yang keluar semakin banyak. Aku hanya bisa pasrah dalam keadaan seperti ini, hanya menangis yang bisa aku lakukan. Tak lama aku merasakan sesuatu yang terasa keras menyentuh alat kelaminku, lalu memasukinya secara kasar. Aku tersentak kaget, ku buka mata ini untuk melihat apa yang terjadi. Rico memperkosaku dalam kondisiku yang sudah sekarat ini. Tak ada yang bisa aku lakukan hingga akhirnya, aku sudah tak kuat menahan rasa sakit tubuh dan hatiku ini. Untuk kesekian kalinya, aku memejamkan mata dan semuanya pun terasa gelap. Aku merasa penderitaan ini telah berakhir.

SELESAI!!!

***

[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]

Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.