"Ajeng itu orangnya sangat baik. Dia pasti sama sekali tidak terpaksa membantumu. Bahkan Ajeng pasti senang karena dia bisa dengan puas membully ku, dengan keadaanku yang seperti ini," tutur Vino.
"Vino," panggil Lea.
"Hm? Kenapa sayang?"
"Aku … hmmm, mulai hari ini … aku akan menjadi istrimu yang sesungguhnya."
***
Ben berdiri di depan cermin, pada wastafel kamar mandinya. Tangannya meraih cermin tersebut untuk mengusap embun yang menghalangi pandangannya, menutupi tubuhnya yang terlihat atletis.
Ia menunuduk, mengepal tangannya kuat. Ingin rasanya Ben meninju cermin itu untuk meluapkan emosinya yang sedang membara, karena sebuah paksaan untuk dirinya melupakan Lea.
"Aku perlu waktu untuk move on darinya," gumam Ben, tidak ingin memperlihatkan kegalauan hatinya, meski pada dirinya sendiri.
Ia menuntaskan mandinya dan segera bersiap untuk pergi ke kampus. Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, dimana ia harus bergegas karena satu jam lagi kelasnya akan berlangsung.
***
