Chereads / Janji Masa Lalu / Chapter 12 - Bab 12 || Malu

Chapter 12 - Bab 12 || Malu

"Baru kemarin di sindir-sindir kapan nikah, eh sekarang nikah beneran," sindir Bagas.

Acara pernikahan Lexi dan Ben sudah berakhir sejak sore hari, para keluarga dari pihak Lexi berkumpul di rumah wanita itu. Belum menyudahi selebrasi atas sahnya hubungan antara Lexi dan Ben baik secara hukum dan agama.

Sebenarnya, Lexi sudah sangat lelah dan ingin dengan cepat masuk ke dalam kamarnya dan beristirahat. Akan tetapi, karena masih banyak para sanak saudaranya di rumahnya saat ini. Lexi tidak bisa pergi begitu saja dan meninggalkan semua orang untuk tidur terlebih dahulu.

"Bagus dong, bukan memang itu maunya kalian semua agar aku menikah dengan cepat."

"Ya, memang benar juga sih. Tapi Kak, kamu tidak terpaksa menikah dengan Kak Ben karena paksaan dari keluarga bukan?"

Bagas sebenarnya sangat penasaran dengan alasan apa yang membuat kedua orang itu dapat menikah dengan cepat. Bagas sendiri memang sudah mengena Ben sejak lama, bahkan beberapa saudara Lexi yang lainnya juga kenal dengan pria yang sekarang menjadi suami Lexi tersebut.

Keduanya telah bersahabat sejak lama sekali, hingga ada saat di mana Bagas sudah tidak lagi heran melihat keberadaan Ben di rumah Lexi. Ketika Bagas datang berkunjung ke rumah kakak sepupu nya tersebut, karena memang sedekat itulah hubungan keduanya.

Tapi sekarang mereka berdua memutuskan untuk menikah setelah bersahabat dalam waktu yang sangat lama. Bagas turut senang mendengar berita saat keduanya memutuskan untuk mengubah hubungan mereka dari seorang teman biasa menjadi teman hidup.

"Kamu pikir dia menikahi aku secara terpaksa," balas Lexi menatap Bagas dengan mata melebar dan geram atas pertanyaan yang di lontarkan nya, seolah meragukan pernikahannya bersama Ben.

"Jangan marah, aku `kan bertanya dan hanya ingin memastikan saja. Jadi bukan karena terpaksa bukan?" Bagas mengulangi kembali pertanyaannya kepada Lexi untuk mendapatkan jawaban yang di inginkan nya keluar dari mulut Lexi. Bagas tidak takut dengan tatapan menakutkan yang Lexi berikan kepadanya, seolah itu adalah hal biasa yang sudah sangat sering dia lihat.

"Bukan paksaan, itu semua murni karena kemauan kita berdua."

Bagas menepuk pundak Lexi dengan keras, hingga membuat wanita itu memekik. Ben yang sedari tadi tidak memperhatikan keduanya dan sibuk berbicara dengan Papah Adi, yang tidak lain adalah orang tua Lexi bersama dengan beberapa kerabat dekatnya.

Melihat ke arah Lexi yang sedang berbicara dengan Bagas, terlihat jika Bagas sangat puas sudah membuat Lexi kesal hingga wanita itu memukul Bagas tanpa rasa ampun sama sekali. Membuat keduanya saat ini menjadi pusat perhatian orang-orang yang kebanyakan dari mereka adalah para saudara Lexi dan Bagas sendiri.

"Kamu lihat mereka Ben, Lexi bisa saja berusia kepala tiga tapi kelakuannya masih tidak berbeda dengan anak remaja berusia belasan tahun. Jika Papah tidak tahu jika Lexi adalah seorang Dokter, tidak akan ada yang menduga jika dengan tingkahnya yang seperti ini Lexi memiliki pekerjaan yang sangat di kagumi seperti itu," keluh Papah Adi memperhatikan Lexi yang sedang mengejar Bagas sambil memegang bantal sofa untuk memukul adik sepupu nya tersebut.

"Aku tahu itu, Pah. Hal ini juga yang membuat aku menyukai Lexi, karena wanita itu tidak pernah peduli dengan ucapan orang lain tentang dirinya dan selalu tampil dengan kepribadian aslinya tanpa pencitraan, tanpa memikirkan status atau usianya sama sekali. Aku suka Lexi dengan semua yang ada di dalam dirinya."

Ben sudah mengubah panggilannya terhadap Papah Adi, dari yang sebelumnya memanggil dengan sebutan Om Adi menjadi Papah Adi. Sebuah perubahan yang sangat besar, hingga Ben yang masih belum terbiasa terkadang kesulitan untuk memanggil mertuanya tersebut. Karena Ben sendiri sudah sangat terbiasa dengan sebutan 'Om'.

"Ternyata Papah tidak salah memberikan restu kepadamu untuk menikahi Lexi, kamu memang pantas untuk Lexi."

"Terima kasih, Pah."

"Oh, iya. Ini sudah sangat larut. Lebih baik kita semua sekarang kembali ke kamar masing-masing. Papah tahu jika semua orang pasti merasa sangat lelah dan ingin segera beristirahat."

Papah Adi memberitahu semua orang untuk menyelesaikan obrolan mereka dan segera pergi untuk beristirahat di kamar masing-masing. Dia sangat paham jika mereka semua pasti sangat lelah, setelah melalui acara pernikahan ini sejak pagi hingga sore. Bahkan di malam hari mereka semua juga masih berkumpul seperti ini.

"Kamu juga perlu istirahat, Ben. Ajak Lexi juga, Papah sangat tahu jika dari semua orang yang ada di sini, kalian berdua adalah orang yang paling merasa lelah. Kembalilah ke kamar Lexi dan segera beristirahat." Papah menepuk pundak Ben dan pergi terlebih dahulu kembali ke dalam kamarnya bersama dengan sang Istri.

"Tuh Kak, kamu sudah di tunggu Kak Ben untuk melakukan malam pertama," goda Bagas sebelum kemudian pergi seribu langkah dengan cepat, meninggalkan Lexi yang sudah siap dengan sandal nya ingin melempar Bagas dengan benda yang sudah berpindah ke tangannya tersebut.

"Bagas …nyebelin banget ya kamu. Awas saja, habis kamu besok denganku." Lexi membanting sandal di tangannya dan memakainya kembali di kaki.

"Sudahlah jangan marah-marah terus dengan Bagas, kamu pasti lelah bukan. Ayo kembali ke kamar dan istirahat." Ben menenangkan Lexi yang masih merasa kesal kepada Bagas dan membujuknya untuk segera istirahat karena hari yang semakin larut.

"Bagas-nya ngeselin, Ben," adu Lexi dengan wajah cemberut.

Ben jadi merasa gemas sendiri dengan tingkah Lexi yang berubah dalam waktu sekejap, ketika mengadukan perilaku Bagas kepada dirinya. Padahal wajah Lexi ketika menghadapi Bagas tadi terlihat sangat marah. Namun ketika berhadapan dengan Ben, Lexi seolah berubah menjadi kucing yang menggemaskan.

Membuat Bagas ingin sekali meremas kedua pipinya dengan kencang dan menciumnya.

"Iya, kamu bisa membalas dan memberikan Bagas pelajaran kepadanya besok. Sekarang, kita istirahat terlebih dahulu." Ben merangkul Lexi, membawanya ke kamar gadis itu.

Saat sampai di dalam kamar, seolah baru menyadari jika Lexi hanya berduaan saja dengan Ben sekarang. Perkataan Bagas kepada dirinya beberapa saat yang lalu tentang malam pertama Lexi dengan Ben, seketika membuat wajah Lexi memerah malu.

Ben adalah orang yang pertama kali menyadari perubahan wajah istri barunya.

"Lexi, kenapa wajah kamu sangat merah. Kamu demam?" tanya Ben dengan nada khawatir memegang dahi Lexi cepat memastikan jika wanita itu dalam keadaan baik-baik saja.

"Aku baik-baik saja dan tidak demam." Lexi menurunkan tangan Ben dari dahinya.

"Lalu, kenapa wajah kamu sangat merah seperti itu?" tanyanya kembali, Ben masih belum menyadari jika perubahan wajah Lexi bukan akibat sakit tapi karena perasaan malu Lexi.

"Kamu ini tidak peka sekali!"

"Memangnya ada apa?" Ben benar-benar bingung, tidak tahu dengan maksud Lexi sama sekali.

"Aku malu karena kamu ada di dalam kamarku dan kita hanya berdua saja, memangnya kamu tidak merasa malu juga," ungkap Lexi menatap Ben dengan wajah yang semakin memerah.