Setelah mampir sebentar ke minimarket dekat apartemenya, Gina berjalan menuju lift apartemen di lantai dasar. Tangan sebelah kanan memeluk paper bag penuh dengan 4 bungkus ramen,1 bungkus sosis, 1 bungkus nugget, beberapa botol bir dan satu cup besar es krim 3 rasa.
Setelah masuk ke dalam lift Gina segera memencet lantai 8 tempat tinggalnya.
Selama di dalam lift Gina masih mencium aroma Vanila lembut yang samar. Keluar dari lift hingga sampai di depan pintu, Gina mengendus dirinya sendiri.
"Hmmm? wanginya yang lengket, hidung aku yang kecanduan atau sugesti otak ku aja?"
Pikir Gina sambil menolehkan kepala nya ke kanan dan ke kiri sebelum dia masuk kedalam.
Apartemen itu tidak lah besar, sederhana saja. Hanya saja Gina memang pandai mendekorasi ruangan hingga terlihat dan terasa nyaman.
Setelah masuk ke dalam langsung disuguhi ruangan bercat putih tulang dengan karpet bulat besar putih berbulu yg lembut di tengah ruangan. Di ujung ruangan itu, terdapat ruang tamu sekaligus ruang keluarga dengan sofa panjang berwana coklat muda lembut yang memunggungi dinding sebelah kiri dan di sampingnya ada dua buah jendela yang dipisahkan dinding.
Di jendela sebelah kanan, Gina menggantung tanaman rambat hijau yang menyegarkan mata. Dinding di antara kedua jendela itu terdapat tergantung patung ikan hias di bagian atas, jam dinding putih simple di bagian tengah, serta foto Gina dan Merry di bawah yang juga terdapat hiasan dream catcher tepat di atas sebuat meja coklat dengan alas senada.
Di seberang sofa ada perapian kecil yang hangat dengan televisi di bagian atasnya, di sebelah kiri perapian terdapat lemari dinding berukuran sedang tempat Gina menaruh koleksi novel dan album musik dibagian bawah dan tengah, 3 snowglobe, dan dua buah kaktus kecil cantik di bagian atas.
Di depan lemari itu terdapat sebuah sofa single seater empuk berwarna abu tua yang nyaman, agak menyamping kearah sofa panjang coklat di seberangnya.
Di atas sofa panjang itu lampu tumblr warm white bermotif salju digantung berbentuk tirai-tirai cantik. Meja panjang coklat dengan alas warna senada yang berumbai di lengkapi dengan karpet bulu coklat kotak di tengah - tengah.
Gina segera menuju dapur yang di batasi dinding tempat perapian. Dia langung meletakan semua bahan bahan yang sudah dia beli. Merapikan semuanya sambil bersenandung ceria.
"Hari kemarin gajian, hari ini kencan dengan lelaki super tampan yang wangi. Betapa beruntungnya aku." Pikir Gina senang.
Tiba - tiba Gina teringat kejadian sebelum naik bus tadi dan segera merogoh tas nya mencari ponsel.
"Wah hampir lupa kasih kabar." Gumamnya.
Gina langsung mengetik pesan:
'Hai kak, ini Gina :) Aku sudah sampai dengan selamat di rumah. Terima kasih untuk hari ini.'
Dan dikirim ke kontak bernama 'Kak Verrill P.'
Setelah mengirim pesan singkat itu Gina langsung tersenyum sendiri dan memegang pipinya yang merah.
"Ah, masa sih secepat itu aku kasmaran?" Gumam Gina, menggeleng-gelengkan kepalanya dan melanjutkan pekerjaanya kembali.
Beberapa detik kemudian ponsel nya berbunyi. jantung Gina hendak meloncat keluar dari tubuhnya. Terlalu bersemangat dan gugup.
"Yah, kirain dari dia ternyata sms operator. Ih bikin gugup aja." Gerutu Gina saat melihat pesan yang muncul.
Saat hendak menaruh ponsel nya keatas meja makan, tiba-tiba benda itu bergetar lagi dan kali ini pesan dari orang yang di nantikan Gina.
'Hai Gina, syukurlah. Terima kasih juga sudah mau bertemu hari ini. Can't wait till our next date.'
Membaca pesan itu bibir Gina tersenyum sangat lebar hingga terasa sampai ke telinganya.
Ting ting....
Bel rumah berbunyi. Gina sudah tau siapa yang datang, dengan semangat dia membuka pintu.
"Yeeey perawat cantik ku datang yuhuuu.." Sapa nya seketika membuka pintu.
Seorang perempuan muda cantik dengan rambut coklat bergaya bob sebahu, memeluk paper bag dengan tangan kanannya tersenyum lebar di depan pintu.
"Yeeeey, finally, after two weeks ya." Jawabnya bersemangat.
"Yuk masuk." Ajak Gina memberi jalan. Merry langsung menuju dapur dan meletakan paper bag di atas meja makan.
"Waaah sampai sini lelah jadi hilang hahaha padahal di Rumah sakit tadi penat banget." Ucap Merry, melepas sweater merah maroonnya.
"Mandi dulu gih ganti baju, aku siapin makan malam." Ujar Gina yang ternyata sedari tadi sedang menggoreng sosis dan nugget.
"Okay Ma'am." Jawab Merry dengan memberi tanda 'ok' dengan jarinya.
Gina segera memasak air untuk merebus ramen, tak lupa mengiris daun bawang sebagai sayur pendampingnya.
Setelah sosis dan nugget selesai, Gina lanjut memanggang beberapa potong kecil daging yang ada di kulkas.
Ketika air sudah mulai mendidih, Gina memasukan bumbu sayur lalu ramen, irisan daun bawang, tteokboki, dengan telur bulat sempurna di atasnya lalu didiamkan sampai ramennya matang.
Gina tak lupa memasukan keju mozzarella lalu menutup pancinya dalam keadaan api yg sudah padam tapi masih panas.
Di atas meja kini sudah ada sepiring kecil sosis nugget goreng, satu mangkuk sedang daging panggang, satu panci kecil isi dua bungkus ramen pedas mozarella, dan beberapa kaleng bir. Saat semua makanan sudah disajikan, Merry juga sudah selesai mandi dan menuju dapur.
" Waaaaaaw enak banget wanginyaaa." Puji Merry, perutnya berbunyi.
"Kayanya perutku udah konser deh." Sahut Gina.
"Konser kamu gak laku. Ramean konser ku hehehe.." Jawab Merry sambil mengelus perutnya, keduanya tertawa.
Beberapa detik kemudian, yang terdengar hanyalah seruput mi, dan tegukan bir.
"Gila enak banget, thanks loh udh dimasakin, Gin." Ujar Merry sambil mengunyah sosisnya.
"Santai lah, kaya orang lain aja. " Jawab Gina.
"Oya, tadi kamu beli es krim,burger sama bir? Aku juga beli banyak loh." Lanjutnya sambil menunjuk paper bag yg dibawa Merry.
"Hehe iyaa siapa tau perlu tambahan." Jawab Merry sambil menyerang tteokboki dan keju dengan sumpitnya.
"Hahaha, kita cuma berdua, makan kaya satu keluarga besar ckckckckck." Gina menggelengkan kepalanya sambil mengambil beberapa potong daging panggang.
"Tapi senang kan? Tenang aja selama kita rajin olahraga, gak bakal gendut. Jamin deh." Merry mengunyah sambil memonyongkan mulutnya.
"Iyaaa deh yang suka nge gym.." Rayu Gina. "Eh iya, makasih loh udah ngatur kencan buta nya buat aku." Lanjut Gina sambil tersenyum malu - malu.
"AH IYA! itu dia yang mau kita bahas, gimana-gimana? Ayooo ceritaaaa..." Saking semangatnya Merry sampai menjatuhkan tteokboki nya,
"Eh, belom lima menit." Ujar Merry sambil mengambilnya lagi dengan cepat. Gina hanya bisa tertawa melihat tingkah konyol sahabatnya itu.
"Selesai makan deh, biar santai gak ada yang jatuh dan gak ada yang tersedak." Jawab Gina.
Selesai makan dan beres-beres mereka berdua duduk dengan malas di sofa empuk di depan televisi yang menayangkan reality show, Gina terkekeh - kekeh melihatnya.
"First impression?" Tanya Merry matanya masih menatap layar televisi.
"Cakep pake banget, suara nya itu loh manly pokoknya." Jawab Gina.
"Wah, keren doong, trus trus.." pinta Merry.
"Hmmmm... Dia wangi banget. Vanilla lembut tapi segar, sampai-sampai pas sudah disini depan pintu aku masih sugesti nyium aromanya." Gina tersipu malu.
"Wah, udah kasmaran aja kamu." Jawab Merry. "Orangnya gimana? Baik gak?" Lanjutnya.
"Ya pasti lah, mana ada kencan pertama langsung jahat ada-ada aja. Dia tu lembut banget, suaranya dalam tapi kalo ngomong halus banget, senyum nya itu loh bikin meleleh." Gina tersenyum sambil memegang kedua pipinya yang merah.
"Uh uh... Trus..?" Merry mulai mengerutkan dahinya. Masa sih sahabatnya yang sangat dikenalnya ini mudah terpesona dengan lawan jenis? Ini gak biasa pikirnya dan suara cowo itu gak seingatnya biasa saja.
"Teruus, dia itu tinggiiii banget. Kepala ku aja ni hampir sedada nya aja, segini nih. Ada kali ya 180 cm, hmmm gak gak lebih kayanya..." Gina bercerita sambil mempraktekan perbandingan tinggi Verrill dan dirinya.
"Hah? Tinggi banget masa sih? Masa sih?" Merry yang mulai penasaran menegakkan badannya dan menatap Gina tak percaya.
"Iyalaaah, kan tadi aku jalan di samping dia waktu keluar restaurant. Trus tu ya, rahangnya tegas banget, hidungnya mancung sempurna, matanya biru dan yang paling menawan senyum kotaknya... Waah.. aku habis ketemu pangeran kayanya." Jawab Gina sambil menatap langit langit, tersenyum.
Merry, berpikir, mata biru? Senyum kotak? Ini Gina ngomongin siapa sih? Tapi Merry menahan pertanyaannya.
"Gin, waktu ketemu kamu dia manggil kamu gak? Manggil nama kamu?" Tanya Merry semakin serius.
"Iya dong, 'Hai, Gina ya? Gina Hollen?' gitu, wah pas noleh ke arah suara itu kayanya banyak kupu - kupu di perutku, hahahaha" Gina bercerita.
Tapi dia tau nama Gina, nama lengkap nya bahkan, pikir Merry dalam hati.
"Tapi dia kasian, dia kan sampai duluan tuh, pas mesan minuman waiter nya gak sengaja kesenggol dan minumannya tumpah ke bajunya. Makanya aku sempat agak lama nyari. Ternyata dia ganti baju." Gina bercerita sambil memonyongkan bibirnya, dia kembali meningingat betapa serasinya kemeja warna biru langit itu dengan Verrill.
"Oohhh gitu... Trus kalian ngobrol apa aja?" Tanya Merry, yang sudah bisa menebak, pasti orang ini bukanlah orang yang Merry pasangkan untuk Gina.
"Banyak, kerjaan, hobi, yaaah seputaran itu lah. Tapi aku gak bilang tempat tinggal ku tepatnya dimana, jadi dia ngantarin aku aja tadi ke halte bus."Jawab Gina.
"Kok gak naik taksi aja?" Tanya Merry penasaran.
"Mau nya gitu, tapi tu ya aku gak enak dia ternyata udah bayarin semuanya. Kalo aku naik taksi lagi nanti dia lagi yang bayarin." Gina memonyongkan bibirnya lagi.
"Oh iya pas dia pegang tangan aku di halte bus, aku sadar jari - jari dia tu panjang dan cantik banget, jadi minder sama jari sendiri." Lanjut Gina sambil melihat jari - jarinya yang sebenarnya terawat dan lentik.
"Oohhh..."
Merry menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia ingin bertanya siapa nama cowo itu, tapi jika bertanya begitu apa Gina langsung ketakutan? Mengetahui kalo pria yang ia temui bukan orang yang dimaksud Merry.
Lagi pula Daniel gimana sih? Sudah janjian tapi kok Gina nya malah sama orang lain. Merry menggerutu dalam hatinya. Merry memang ingin jadi mak comblang untuk Daniel teman kerja nya dengan Gina. Dia merasa Daniel orang yang baik dan Gina butuh teman lain selain dirinya.
Ketika melihat Gina yang sedang kasmaran itu tersenyum bahagia. Merry memutuskan untuk menyimpan saja dulu masalah ini dan dia akan selidiki diam-diam siapa yang ditemui Gina. Dia berharap orang itu bukan orang jahat. Gina, adalah orang yang sensitif. Dimana dia bisa merasakan jika orang lain ingin berniat jahat.
Sepertinya pria itu orang baik pikir Merry. Dia sudah lama tidak melihat Gina tersenyum karena lawan jenis.
"Eh Mer, Merryyyy... Lagi mikir apa sih!" Tegur Gina.
"Eh, ya lagi membayangkan rupa cowo itu lah!" Merry pura-pura sewot,
"Jangan sampai lupa sahabat sendiri ya kalo ada cowo!" Lanjutnya, lalu tersenyum.
"Aku senang kalo kamu bahagia. Apapun pilihanmu asal itu bikin kamu senang dan enggak merugikan orang lain, aku bakal dukung kamu terus." Timpalnya.
Gina menatap lekat-lekat sahabatnya itu, "Iya aku harus bahagia, kita, kita harus bahagia. Dia belum pasti jadi pacar aku. Aku belum kenal, masih baru ketemu satu kali dan aku juga masih belum yakin sebenarnya mau berhubungan sama orang lain lebih dekat selain kamu... Aku cuma.. kagum sama pesona orang itu."
Ungkap Gina. Dia memandang kosong kearah jendela. Tirai nya yang tipis berhembus terkena angin malam.
"Iya, kamu harus tetap hati-hati, tapi jangan menutup dirimu terlalu lama. Kamu harus bisa lebih membuka diri. Gak perlu sampai pacaran. Cari teman aja. Masa bergaul cuma sama aku doang. Rugi loh manusia di dunia banyak yang unik - unik. Aku memang langka dan satu satunya sih." Merry memasang muka sombong dan mengibas rambutnya.
"Iya memang, termasuk manusia langka dan harus dilindungi biar enggak punah ahahahahahha..." Gina dan Merry tertawa terbahak-bahak.
Merry terbangun disamping Gina, ternyata kedua nya tertidur di sofa. Suara tertawa dari televisi yang masih menyala mengagetkan nya. Merry melirik jam 2.15 pagi. Mereka tidur dengan posisi kepala di masing2 lengan sofa.
Gina masih tertidur pulas. Merry bangun dan beranjak menuju dapur. Sambil meminum segelas air putih dia berpikir tentang Pria yang ditemui Gina pagi ini.
"Verrill P? Siapa? Kaya familiar namanya.." pikirnya dalam hati. Tadi dia sempat melihat nama kontaknya di ponsel Gina saat sahabatnya itu menunjukan riwayat pesan mereka.
Merry tau, saat dia memberitahu akan mengatur kencan buta untuk Gina, anak itu sedang tidak terlalu fokus, hanya melamun saja sambil menyesap jus alpukatnya.
--------------------
"Jadi, dia itu teman kerja aku. Udah 8 bulan pindahan kesini, orangnya ramah banget loh, cepat akrab sama yang lain juga. Anak nya baik juga. Pokoknya oke deh jadi teman baru. Gimana Gin, Gin?" Tanya Merry.
"Eh, iya iya deh." Jawab Gina seadanya. Matanya masih menatap kosong ke arah meja, sedotan jus masih melekat dibibirnya.
"Ya! Oke fix sabtu depan di resto Jepang itu ya." Kata Merry lagi beberapa saat kemudian sambil mengetikan sesuatu di ponselnya. Lalu memberikan nomor ponsel Daniel untuk Gina.
---------------
Merry mengingat lagi kejadian seminggu yang lalu itu. Ah, pantas saja Gina tidak heran atau tidak menanyakan apapun soal pekerjaan Verrill yang berbeda dengan deskripsi Merry saat itu. Merry dengan hati - hati kembali ke ruang tamu dan mengambil ponsel nya yang tergeletak di atas meja.
'Daniel. Kamu gak ketemu Gina ya? Kemana aja? Senin kita ketemu ada yang mau aku tanya.'
Merry mengirim pesan untuk Daniel. Dia menatap Gina yang masih tertidur pulas, kaki nya kini ditekuk dan bersandar ke sofa.
"Gina.. kuharap kamu gak ketemu sama orang yang berbahaya."