Chereads / MY FATE IS YOU / Chapter 10 - Kesalahan Kecil**

Chapter 10 - Kesalahan Kecil**

Gina dengan berat melangkah kan kakinya dan menaiki anak tangga.

Jalan masuk itu tidak terkena sinar matahari, karena dua gedung yang mengapitnya.

Udara terasa lebih lembab dan tangga itu menghitam karena lumut.

'Benar-benar menyeramkan' pikir Gina.

Untuk mengurangi rasa gelisah nya dia mulai menghitung anak tangga yang dilaluinya.

"1,2,3,4,5,6.....23! Hah..hah... Wah sekalian olahraga kaya gini." Akhirnya Gina sampai diatas dengan terengah-engah.

Perpustakaan ini... tidak seperti perpustakaan. Tapi...lebih mirip toko barang-barang antik.

Gina mulai berjalan ke arah pintu masuk saat dia menyadari seperti ada orang yang mengikutinya. Saat menoleh kebelakang dia tidak melihat siapapun. 'Ah kayanya aku sudah terlalu paranoid'.

Kling kling kling...

Bunyi bel kecil di atas pintu kaca dengan kusen kayu jati yang dibuka Gina.

Berjalan ke arah meja resepsionis, Gina memperhatikan ruangan yang tidak bisa dibilang besar itu.

Berantakan. Buku bertumpuk, berserakan di lantai, di rak dinding, bahkan ada yang sampai menyentuh langit - langit yang rendah. Satu-satunya sofa panjang yang usang di dempetkan ke dinding seberang ruangan.

Dindingnya terbuat dari bata merah yang membuat udara menjadi lebih sejuk daripada di luar. Ruangan ini berbau buku-buku tua, lumut, dan udaranya lembab.

"Selamat datang di Dalton's Library, ada yang bisa saya bantu, Nona?"

Jantung Gina hampir meloncat keluar dari tubuhnya.

Seorang wanita tua berusia sekitar 50 tahun dengan rambut yang hampir keseluruhannya putih tiba-tiba muncul di meja resepsionis yang tadi kosong.

"I..iya.." hampir saja dia mengumpat.

"Ehm.. Saya mau mengambil dokumen milik Pak Adrian Lee?"

Gina yang terbata akhirnya bisa mengatasi keterkejutannya.

Wanita berambut hampir putih semua dengan gaya nyentrik dan berkaca mata tebal bingkai hitam itu memperhatikannya, dari atas sampai bawah. Sampai-sampai Gina ikut melihat dirinya juga, apa ada yang salah dengan penampilannya?

"Adrian Lee? Ya, ikut saya ke sebelah sini, Nona." Ucap wanita itu sambil mengisyaratkan tangannya agar Gina mengikuti. Gina sempat melihat pergelangan tangannya, ukiran meliuk dari kelingking ke pergelangan tangan hingga menghilang dibalik lengan bajunya. Kalau memang itu tato yang sama. Itu pasti ular yang meliuk.

'Hmmm... Apa aku gak salah liat?'.  Pikir Gina dalam hati.

Mereka masuk ke pintu berwarna kayu yang ada di sebelah meja resepsionis. Pintu ini terbuat dari... Baja?

Masuk kedalam ternyata ada anak tangga meliuk yang menuju kebawah, Gina menghitungnya. 58 anak tangga! Lebih banyak dari yang tadi di jalan masuk kesini, pikir Gina.

Di ujungnya tangga itu ternyata ada pintu baja lagi. 

Setelah pintu dibuka, pemandangan disana membuat Gina ternganga. Apa kalian pernah menonton film kartun 'Beauty and The Beast'?

Persis. Tapi kali ini lebih besar. Rak-rak buku yang luar biasa tinggi hingga langit-langitnya. Berderet deret rak buku. Lampu gantung yang indah dengan cahaya kekuningan yang cantik. Meja-meja baca panjang dan pendek bagi yang ingin duduk sendiri. Indah sekali, pikir Gina.

Tapi... Kemana semua orang?

Wanita itu melihat kekaguman di mata Gina.

"Ah.. indah bukan? Perpustakaan pribadi milik V Group memang hanya boleh dikunjungi oleh orang-orang tertentu, dan hari - hari tertentu.

Selain perpustakaan, ruangan selanjutnya adalah percetakan yang sudah berjalan selama 75 tahun."

Wanita itu menjelaskan dengan bangga, lalu menatap Gina, entah apa yang dipikirkan Gina, dia seperti melihat rasa iba yang terpantul di mata wanita itu terhadapnya.

Walaupun wanita ini sudah menginjak usia lanjut, Gina bisa melihat sisa kecantikannya di setiap garis halus kerutan di wajah itu.

"Dokumen yang kau cari ada di baris 28, rak 70. Map spiral merah."

"Baik terimakasih, Ms. Rena." Gina tersenyum ramah, sempat melihat papan nama di sweaternya.

"Gadis yang sopan dan baik, kalau urusan mu sudah selesai segera tinggalkan tempat ini. Disini tidak baik untuk gadis polos sepertimu." Tutupnya dan berjalan kembali keatas lalu menutup pintu baja itu kembali.

Gina masih terheran-heran mendengar kalimat yang di ucapkan Ms. Rena saat dia mendengar langkah sepatu wanita itu mulai menaiki tangga naik keatas.

Apa yang berbahaya?

Ternyata ini perpustakaan yang indah. Tapi perasaan ku masih mengatakan lebih baik aku cepat pergi dari sini.

Tapi sebelumnya, Gina mau mengabadikan tempat ini, karena tidak sembarangan orang boleh kesini dan menikmati ruangan penuh pengetahuan yang indah ini. Dia mengambil ponselnya, membuka kamera.

"Hmm?? Gak ada sinyal ya disini?"

Selesai memotret menggunakan kamera ponselnya, Gina menuruni empat anak tangga lagi dan selagi mencari baris yang dimaksud dia menerka-nerka novel apa saja yang ada disini? Wah pasti novel-novel fantasi keren. Setelah mendapati baris 28 dia langsung masuk dan ternyata rak 70 ada di paling ujung.

Map spiral... merah... Ah! Itu dia, oh tinggi sekali, Gina berusaha menggapainya tapi tak berhasil. Dia mengacak pinggang dan memonyongkan bibirnya berpikir, "Disini ada tangga kan?"

"Kenapa lama sekali?"

Gina terkejut, tak perlu menoleh ke belakang, dia sudah tau kalau itu suara berat milik Adrian Lee.

'Dia ada disini? Bukannya ke luar kota bertemu klien penting? Oh tidak...'

Kecurigaan dan kewaspadaan Gina semenjak diperintahkan oleh Adrian  ketempat ini mulai terbukti.

Dia menoleh ke belakang, Adrian Lee, duduk di pinggir meja baca yang ada di belakangnya, kedua tangan kekar itu terlipat di depan dadanya.

"Pak Direktur." Gina berusaha menjaga nada suara nya agar tetap tenang.

"Saya pikir anda masih di luar kota dan membutuhkan saya mengambil dokumen anda, sepertinya saya salah."

"Tidak, kamu tidak salah. Keputusan mu datang kesini sudah tepat."

"Karena Bapak ada disini, dokumennya silahkan ambil sendiri. Saya permisi." Gina baru akan berbalik melangkahkan kakinya terdengar suara Adrian yang mengancam.

"Pergi dari sini dan besok jangan datang lagi ke kantor, atau tetap disini tetap bekerja besok. Pilih mana?

Gina tersentak. Air matanya sudah menyeruak. Ya Tuhan, kenapa jadi begini?

"Sebenarnya apa yang Bapak mau?"

Matanya basah, Gina tetap berdiri tegak waspada.

"Temani aku, kemarilah, ada buku yang harus aku cari. Kau tidak terburu-buru kan?" Adrian tersenyum, tapi bagi Gina lebih tampak seperti menyeringai.

"Baiklah, tapi setelah itu ijinkan saya pulang."

"Tidak masalah." Jawab Adrian cepat.

Tiba-tiba Gina menyesali keputusannya.

"Kemarilah bantu aku menyortir beberapa buku ini."

Adrian berbalik membelakangi Gina, membuka setumpuk buku-buku tebal yang ternyata ada di atas meja.

Gina dengan waspada berjalan lambat ke arahnya. Gina tidak mau dekat-dekat dengan orang ini, jadi dia berjalan agak jauh ke sampingnya. Saat itu juga kecepatan tangan Adrian yang tak bisa dilihatnya menarik tangan Gina dengan kuat. Gina yang kaget langsung meronta memukul tangan Adrian. Kedua tangan Adrian dengan kuat memegang kedua bahu lengannya, sampai Gina meringis kesakitan.

"Kenapa kau susah sekali dijinakan? Apa yang membuatmu begitu istimewa?" Adrian berusaha menatap lekat-lekat mata Gina yang sedang berusaha menghindari tatapannya.

"Ah.. sak..it... Lepas!! Lepaskan aku!"

Gina meronta, memukul mukul dada Adrian, saat itu juga dia mencium Gina dengankuat dan dengan gairah yang sudah tidak bisa dibendung lagi.

Gina dengan sekuat tenaga menutup bibirnya yang sedang di serang oleh Adrian. Dia merasa bibir nya dihisap ada benda lunak, basah yang kuat berusaha membuka mulutnya.

Gina tidak bisa mengelak, tangan Adrian yang satu lagi berpindah dari lengannya ke rahang Gina dan memencetnya hingga rahangnya terbuka. Sakit sekali. Gina menyerah dan membuka mulutnya, mengambil napas, yang langsung menjadi kesempatan Adrian memasukan lidahnya dan menjelajahi setiap bagian yang bisa dicapainya, menghisap, menjilati semuanya.

Refleks pertahanan dirinya, Gina menggigit lidah Adrian yang masih bergelut didalam mulutnya. Membuat Adrian melepaskan ciuman itu dan melemparnya dengan keras kebelakang.

"Perempuan jalang!!"

BBUUKK!!!

Gina terlempar.

Bagian belakang kepalanya membentur lemari buku. Dia merosot jatuh, beberapa buku diatas jatuh menimpa kepalanya, bahkan ada satu buku yang tebal dan berat jatuh menimpa perutnya.

Ujung bagian bawah sampul yang tebal seperti menusuk perut Gina.

"Uhuk uhuk uhuk!" Dia merasa hampir hilang kesadaran saat dia ditarik bangun oleh Adrian.

"Perempuan sialan! Berani sekali kau melukaiku, kau pikir kau siapa?"

Adrian melotot membentaknya, tampak darah mengalir dari sudut bibirnya.

Ujung bibir Gina terangkat.

"Sa..yha mengundurkhan di..rhi.." Gina berusaha berbicara dan mengambil napas. Kepalanya berdenyut, dadanya sesak, perutnya sakit sekali.

Gina bisa merasakan sesuatu mengalir di belakang kepala menuju lehernya.

"Apa kau pikir dengan mengundurkan diri aku akan melepaskanmu? Aku akan mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku bertahun-tahun yang lalu!" 

SRAAAKK!!

Adrian membuka paksa dan merobek kemejanya. Kini bagian depan Gina telihat jelas dan hanya dilindungi oleh bra saja.

"Jangan..." Ucapnya lemah, dia hampir tidak bertenaga lagi sambil berusaha menutup dada yang tidak tertutup kain dengan tangannya.

aAdrian kini tidak memegangi nya lagi. Dia melepaskan Gina, bermain-main dengannya. Tampak seperti kucing sedang mempermainkan tikus yang sudah tidak berdaya.

"Apa salahku padamu hingga begini?" Gina akhirnya bisa menangis terisak, rasa sakit yang luar biasa hampir membuatnya tidak bisa bicara dan menangis. Di berjalan mundur terseok-seok kebelakang.

"Apa yang sudah aku perbuat? Aku tidak punya urusan denganmu biarkan aku pergi kumohon."

"Tentu saja kita punya urusan yang belum selesai sayang, jangan menolak kau bisa lebih parah dari itu." Adrian menghampirinya pelan, tersenyum menyeringai siap menerjang Gina lagi.

"Hei, apa yang kalian lakukan? berhenti disana!"

Tiba-tiba sebuah suara menghentikan langkah kaki Adrian.

Gina menoleh ke belakang. Selanjutnya yang Gina dengar hanyalah suara tembakan pistol.

DOR!!

BRUUUKK!!

Orang yang tadi berteriak di belakang mereka, kepalanya mendongak ke belakang seperti dihantam sesuatu. Jatuh terhempas ke lantai, seperti boneka yang kehilangan penyangganya. Dengan cepat darah merah pekat di bagian belakang kepalanya menyebar seperti danau yang meluap. Ada lubang bekas peluru tepat di tengah dahinya.

Gina terkesiap. Dia mati. Dia mati. Oh Tuhan...

Dia menoleh cepat  ke arah Adrian di depannya yang masih mengacungkan pistol kearah Pria itu.

"Heh, mengganggu saja. Jadi sampai dimana kita tadi?"

Pistol itu kini mengarah ke Gina.

"Sayangku kemarilah."

Seluruh badan Gina gemetar. Dia awalnya ragu, menatap pistol itu, lalu maju dengan pelan ke arah Adrian. Berusaha membuat wajahnya sedatar dan setenang mungkin.

"Kau cantik sekali, aku memang mengagumi mu dari dulu. Tidak heran dia menjagamu dengan hati-hati. Tapi kali ini dia melakukan kesalahan kecil bukan?"

Adrian membelai wajah Gina dengan tangannya yang besar dan kasar.

Dia mendesis kesakitan, kedua pipinya terlihat sudah agak membiru akibat tekanan tangan Adrian sebelumnya.

Apa yang sedang dia katakan? Gina tidak mengerti. Adrian menarik Gina hingga menempel ditubuhnya, meraba bokong Gina, dengan pistol mengarah ke wajah gadis itu.

Cuuihh!!

Gina meludahi wajah Adrian.

"Aku bukan perempuan murahan yang bisa kau perlakukan seenakmu. Aku lebih baik mati daripada harus melayani nafsu bejatmu itu!"

Gina tersenyum menyeringai. Dia sudah lemah, dia tidak mau kejadian itu terulang lagi. Sudah cukup. Dia lelah.

PLAK!!

Adrian menampar wajah Gina dengan punggung tangannya dengan sangat keras, DUK!

Kepalanya menghantam ujung meja di samping kiri.

Gina jatuh, terlentang di lantai. Telinganya berdenging, pandangannya buram, bumi ini sepertinya berputar, kepalanya seperti terbakar, pipinya terasa kencang, ada sesuatu yang mengalir disudut mulutnya, hidungnya...

"....hah??!!! Bera.....kau!!... Wala.....kau mati...ku te...bisa....nikmati...tubuhmu!!"

Suara orang itu berdenging, menggema..

Gina merasa kakinya dibuka.

Lepaskan aku, biarkan aku pergi.

"Uh...uh..." Dia tidak bisa berbicara, suaranya tidak bisa keluar. Dia masih bisa merasa roknya dirobek.

Lambat laun terdengar banyak langkah kaki berderap.

"Gina??Gina!! Gina!!"

Bau vanilla lembut yang samar itu sangat familiar.