Chereads / MY FATE IS YOU / Chapter 12 - Gadisku

Chapter 12 - Gadisku

8 jam berlalu sejak percakapan Merry dan Verrill.

Merry menjaga Gina dan sudah 4 jam tanpa beranjak dari sisi Gina.

Perasaan cemas, rasa bersalah, amarah campur aduk semua dirasakan oleh Merry. Sampai sebuah ketukan pelan di pintu terdengar, dengan cepat dia menghapus air matanya. Pintunya membuka pelan.

"Nona Merry. Ada dua orang rekan mu ingin masuk. Mohon dikonfirmasi siapa dan tujuannya."

Seorang Pria tinggi kekar, berjas hitam, rambut pendek klimis, berbicara padanya dengan sopan. Iya, dia adalah bodyguard. Ada dua orang  bodyguard yang ditinggalkan Verrill untuk menjaga ruangan Gina.

Yang bisa masuk tanpa melaporkan diri ke dua orang berbadan kekar menyeramkan itu hanyalah Merry dan dr. Philip, selebihnya boleh masuk jika Merry memberitahu siapa mereka dan tujuan mereka masuk.

"Oke, aku akan melihatnya."

Merry beranjak dari samping Gina, tak lupa mengelus lembut tangannya.

"Sebentar ya Gin."

Doni dan Vera menunggu di luar dengan canggung.

"Kalian akan melakukan pemeriksaan?"

"Ya." Jawab kedua nya serempak.

"Kami juga membawakan mu makanan."

Vera mengangkat satu paper bag berukuran sedang yang sedari tadi sudah digendongnya.

Merry menoleh ke arah bodyguard itu.

"10 menit." Pria tinggi dan kekar itu membukakan pintu untuk mereka.

"Tapi kamu kan harus makan juga Mer. Semenjak Gina datang kamu gak ada istirahat, gak ada makan juga." Vera membujuk Merry yang duduk disamping Gina.

"Iya aku makan kok." Jawab Merry masih menatap Gina. Rasa bersalah yang kuat memenuhi hatinya.

"Iya, kamu harus makan. Gak ada yang jagain Gina kalo kamu sakit." Doni selesai menulis perkembangan Gina dan mengelus bahu Merry.

"Thanks banget ya kalian berdua, kita doain aja Gina cepat sadar dan pulih."

"Amin." Jawab keduanya serempak.

Merry membuka paper bag yang dibawa oleh Doni dan Vera. Merry tersenyum, ada ayam Goreng lalapan dan kuah sup di dalamnya beserta secarik kertas:

"Ini ide Doni, katanya favorit mu. Selamat makan."

Sudah menjadi rahasia umum di antara kalangan rekan satu shiftnya, Doni menyukai Merry sejak lama.

Entah, Mery masih belum menanggapi perasaan Doni. Dia merasa masih cukup nyaman dengan dirinya saat ini dan masih belum ingin menambah orang lain dihidupnya.

Ponselnya bergertar saat dia menyuap sesendok sup hangat, makanannya usah hampir habis.

Panggilan masuk

Tn. Yuko, Landlord

"Halo"

"Halo, Nona Merry apa anda masih di rumah sakit?"

"Ya, Tuan Yuko, ada apa? Apa ada masalah?"

"Ya, sebenarnya ada… begini, Nyonya dari unit 14 menelponku karena ada suara berisik dan gaduh dari lantai atas unitnya. Aku datang memeriksa dan sepertinya unit apartemen mu di masuki oleh orang lain. Nona Merry sebaiknya anda pulang dan melihat ini, di dalam sini tidak terlihat bagus. Aku juga sudah memanggil polisi."

Merry terdiam, dia sudah terlalu banyak kaget dan syok hari ini, dan rumahnya lagi? Ada apa dengan hari ini? Merry hampir tidak bisa berkata-kata.

"Baik, saya segera pulang. Terima kasih Tuan Yuko."

Merry menyudahi makannya. Membersihkan sisanya dan berjalan ke arah ranjang Gina.

"Gina, Ada apa sih sama kita hari ini? Rumah aku kayanya dibongkar orang gak tau siapa…. Aku pulang sebentar ya, nanti aku temanin kamu lagi. Tenang aja yang jagain kamu banyak kok."

Merry berusaha tenang, mengusap air mata yang meluap sedikit air di ujung matanya dan mengelus tangan Gina dengan lembut. Dia harus pergi sebentar, Gina kamu harus cepat pulih.

"Aku titip Gina. Aku pulang sebentar… ada.. ada yang harus aku lakukan." Terbata Merry harus menguatkan hatinya, menjernihkan pikirannya. Dia mengabaikan tatapan bingung dan curiga dua bodyguard itu.

Ketika sudah berjalan sampai belokan lorong rumah sakit yang tak jauh dari ruangan Gina, Merry yang tidak fokus berjalan hampir saja menabrak seseorang.

"Maafkan saya Tuan." Kata Merry singkat dan langsung mau melanjutkan langkah kakinya yang terasa berat.

"Merry? Kamu mau kemana? Gak apa-apa kan?" Genggaman tangan yang lembut menahan tangannya. Suara berat yang menenangkan itu milik siapa lagi kalau bukan milik…

"dr. Philip..." Merry terkesiap.. matanya yang sendu berkedip – kedip melihat ke arah wajah Pria yang menurut Merry sangat indah itu.

Bahkan di saat sedang terpuruk seperti saat ini, Merry masih sempat saja mengagumi wajahnya.

"Ehm…" Merry berdeham berusaha menenangkan wajahnya yang agak panas.

Dia yakin wajahnya pasti memerah. Dia pasti terlihat sangat berantakan. Sejak Gina masuk rumah sakit kemarin malam, dia segera mengambil cuti untuk menjaga sahabatnya itu. Sedikit pun dia tidak memperhatikan penampilannya. Merry yakin kantung matanya sudah punya kantung mata lagi.

"Ya, Saya baik – baik aja…" dr. Philip sudah melepaskan tangannya.

"Kamu mau kemana? Gina sudah sadar?"

"Belum… dok.. tapi bisakah saya minta tolong?…" Merry menunduk menatap jari – jarinya.

"Hey, ada apa? Tentu aja" Pria itu menatapnya khawatir.

"Saya titip Gina sebentar saja, Saya harus pulang."

"Tentu. Terjadi sesuatu?"

"Anu… " Merry ragu-ragu sesaat.

"Pemilik apartemen tempat saya menyewa memberi kabar, kalau unit apartemen saya dibobol orang…" Gina menghela napas.

"Aku minta salah satu pengawal Verrill temani kamu."

"Tidak, jangan. Tidak perlu. Tuan Yuko sudah memanggil polisi. Mereka harus di sini menjaga Gina."

"Oke…" Mereka bertatapan sebentar, Merry

dapat merasakan kesedihan yang terpancar di mata Pria itu.

Merry tersenyum.

"Terima kasih, Saya pergi dulu."

Merry berjalan meninggalkan dr. Philip yang masih berdiri disana menatapnya hingga tak terlihat lagi.

Dia mengeluarkan kotak hijau bening yang ternyata disembunyikannya disamping tubuhnya sedari tadi. Ayam lalapan dan kuah sup.

"Katanya dia suka ini.." Dia menatap makanan itu tersenyum.

"Dia bahkan tidak mau repot – repot berbicara santai denganku, selalu dengan sikap formalnya."

Dr. Philip mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menghubungi salah satu kontak yang ada di sana.

"Halo, Verrill? Periksa untuk ku sesuatu… ya…Gadis ku sepertinya sedang dalam masalah…"