Chereads / MY FATE IS YOU / Chapter 14 - Dia Lebih Unggul

Chapter 14 - Dia Lebih Unggul

"Aku gak tau kalau apartemen ini punya asuransi kebobolan kaya gini".

Ini yang ada di pikiran Merry saat duduk di sofa barunya.

Saat dia sampai ke unit apartemen lamanya semua barangnya hancur berserakan dimana – mana.

Menurut Tuan Yuko dan dua orang petugas kepolisian yang sudah ada di sana, orang yang melakukan ini seperti sedang mencari sesuatu.

Beberapa perhiasan Merry hilang, tapi dia tidak masalah. Yang aneh adalah orang ini merusak semuanya. Baju - baju, dress, sepatu, tas, cermin rias Merry yang pecah, boneka, kasur sofa, semua sudah dalam keadaan tercabik – cabik. Siapa yang melakukan itu?

Semua barang elektronik masih utuh.

Merry hanya diam sepanjang Tuan Yuko menjelaskan bahwa dia akan dipindahkan ke unit yang baru dan barang – barang yang akan di ganti sebagai bagian dari asuransi. Merry menganggukkan kepalanya dan mengucapkan terima kasih.

Saat masuk ke unit apartemen itu ada tiga orang lelaki yang perawakannya seperti bodyguard yang menjaga Gina di rumah sakit.

Mereka sedang memindahkan barangnya masih bisa diselamatkan. Setelah selesai, mereka pamit dengan sopan.

Dan sekarang Merry duduk di sofa yang lebih empuk dari pada miliknya yang sebelumnya, mencoba mencerna segala kejadian yang terjadi dari hari kemarin saat Gina menelpon.

Merry lega Gina sudah sadar dan sepertinya Verrill ada disana. Iya Pria itu! Apa dia bilang? Apa yang tidak ku tahu tentang kalian? Hah, yang benar saja. Jadi kami berdua Gina selama ini ada yang menguntit?

Merry meraih ponsel nya dan membuka pencarian daring, lalu mengetik nama Verril Pierce.

"Holy Shit!"

Jadi dia yang namanya Tuan V dari V group?

"Gila pantesan familiar  sama nama Pierce nya.." Merry menepuk keningnya.

"Gina tau gak ya? Dia kadang Oon nya kebangetan sih mana gak peka lagi."

Merry beranjak dari sofa, menuju kamar mandi.

"Aaah lupaaaa, baju – baju aku kan semuanya pada disobekin." Merry berteriak menjambak rambutnya, frustasi.

Ding Dong

"Hmmm? Siapa? Masa Tuan Yuko lagi?"

Merry bergegas kearah pintu dan mengintip melalui lubang pintu. Seorang wanita muda, dari pakaiannya dia kurir online.

Merry membuka pintu ragu –ragu.

"Atas nama Merry?" wanita itu memegang sebuah box coklat berukuran sedang.

"Iya…. Ada apa ya?"

"Ada kiriman paket atas nama kakak, ini silahkan tanda tangan dulu."

"Oke… Makasih ya.."

Setelah menerima paket nya Merry menutup pintu.

Dia tidak langsung membukanya. Mengingat beberapa kejadian aneh yang menimpa dia Gina akhir-akhir ini. Lagi pula tidak ada nama pengirim di paket itu.

"Gak mungkin bom kan?" Merry ngelantur

Akhirnya dia mencoba membuka pelan – pelan. Kotaknya tidak berat, tapi tidak ringan juga. Apa isinya?

"Hah? Baju?"

Di dalam box itu ada slip dress berwarna baby blue dengan kerutan dan tali di bagian tengah, lengkap dengan blouse putih.

Astaga ini cantik sekali pikir Merry. Dia mengangkat dress itu dan mencobanya di depan tubuhnya.

"Eh, kayanya ukuran aku deh."

Ternyata tidak hanya itu saja, ada dua lembar baju lagi , satu celana pendek dan satu jeans panjang. Semua bergaya kasual.

"ini ukuran aku semua ya?" Merry masih memeriksa baju – baju itu. Merry melihat brandnya.

"Aku gak ngerti. Tapi ini kayanya mahal, bahannya bagus sih."

Siapa kira – kira? Gina? Tapi dia kan tidak memberitahu Gina apa detail barang – barangnya yang rusak. Gina juga masih belum tau unit baru apartemen nya.

Verrill…. Si alien itu. Apa yang dia bilang? Apa yang tidak aku tau tentang kalian? Cih sombong sekali, sekarang Merry tau kenapa dia berkata begitu. Pasti dia yang memberitahu Gina.

"Eh tapi syukur deh, aku kan emang perlu." Merry membawa sepasang baju dan celana panjang bergaya kasual itu ke kamar mandi.

"Yah, Gina… gak sekalian sama pakaian dalam ya? Alah udahlah…" Merry tertawa memasuki kamar mandi.

Philip Keenan, sedang berjalan di trotoar paving taman gedung VIP saat dia melihat gadis itu datang ke arahnya. Rambut pendeknya nya yang di ikat satu ke belakang menyisakan rambut – rambut kecil yang jatuh di dekat telinganya menampakkan lehernya yang jenjang mulus,poninya yang jatuh di kening nya, pipinya yang chubby, perawakannya yang mungil, kulitnya kuning langsat bersih dan yang paling Philip suka dia tidak seperti perempuan lain yang terlalu kurus, dia justru berisi. Bisa dibilang montok. Philip tersenyum, gadis itu sempurna sekali benar – benar tipe nya. Ah, baju itu benar benar cocok. Dia tidak salah pilih.

"Oh halo dr. Philip selamat siang." Merry tersenyum ketika dia sudah mendekati Philip yang sepertinya tersenyum  ke arahnya?

"Siang, Merry." Philip masih tersenyum, cewe ini benar – benar manis pikir Philip. Dia menahan tangannya untuk tidak mencubit kedua pipi gembul yang merona itu.

"Gimana apartemen mu?" lanjutnya.

"Ah, iya. Semuanya sudah di selesaikan. Saya pindah di unit yang baru."

"Syukurlah. Emm Merry...?"

"Ya?" Merry menatap Pria cantik di depannya. Kenapa ada Pria cantik seperti dia? Bikin iri aja. Batin Merry.

"Bisa gak kita kalo ngomong gak formal aja. Aku gak boleh berteman sama kamu ya?"

Philip mengatakannya sekali lagi. Dia memasukan kedua tangan ke dalam kantung jas dokter panjangnya.

"Eh? Bukan begitu dr. Philip…" Philip menatap Merry melipat mulutnya, lesung pipi kecil muncul di sudut bibirnya. Imut sekali. Merry tertawa.

"Hahahaha.. iya iya oke. Bukan gitu, aku Cuma gak mau di anggap gak sopan sama atasan sendiri." Merry tidak tau kenapa dia tertawa.

Padahal tidak ada yang lucu, ada yang imut saja di depannya. Dia merasa telinganya panas.

"Nuh gutu dung...(Nah gitu dong)" Philip berbicara sambil memonyongkan bibirnya. Merry tertawa sampai air mengalir disudut matanya.

Astaga kenapa dia lucu sekali?

Merry mengusap air matanya. Kalau di ingat – ingat ini pertama kalinya dia tertawa sejak dua hari lalu.

"Aku senang akhirnya ada yang ketawa lagi."

"O ya?"

"Iya lah, Tempat ini jadi sepi dan menyeramkan karena gak ada suara ketawa kamu yang menggelegar."  

"Ih emang aku ketawa gitu." Merry cemberut pura – pura marah.

"Kalo menggelegar bukannya jadi kaya setan?".

Kali ini Philip yang tertawa. Merry melihatnya di bawah sinar matahari yang mengintip di balik celah dedaunan. Tulang pipinya yang tinggi, garis tawa nya indah sekali. Merry merasa ada perasaan hangat di hatinya ketika melihat pria ini tertawa karenanya… atau bersamanya?

"Ya, tapi kan bukan berarti kita gak bisa berteman dong?" Kali ini Philip menemani Merry berjalan sepanjang taman. Mereka kemudian duduk di bangku taman yang ada dibawah pohon Mahoni yang besar dan rindang.

"Iya sih…" Merry menatap danau buatan kecil di depan mereka, ada dua bebek kuning yang lucu sedang membersihkan dirinya.

"Gak apa – apakan kita duduk disini dulu? Kamu mau menjenguk Gina?"

"Iya gak apa – apa, aku juga mau istirahat duduk sebentar. Ada si Verrill kan yang masih nemanin?"

"Iya, Verrill sudah di sini dari sebelum Gina bangun." Mereka berdua mengobrol sambil melihat kearah danau.  Angin lembut yang bertiup pelan sebenarnya membuat kedua nya mengantuk.

"Dia baik banget sama Gina. Oya Kakak udah kenal lama ya sama Verrill Pierce itu? Kayanya kalian akrab…"

Philip mau tidak mau tersenyum. Dia memanggil ku kakak, ucap nya riang dalam hati. Benar juga aku 4  tahun lebih tua darinya.

"Iya kami udah temenan dari kecil."

"Oh… Pantes…" Merry benar-benar mengantuk, suaranya makin lama makin kecil.

"Oh iya.. kan kita udah temenan nih aku ambil cuti satu hari ya kak, kayanya badan aku remuk semua..."

Biarin aja kaya orang gak tau diri, batin Merry, dia memang sudah tidak sanggup jika harus masuk bekerja shift malam ini.

"Ya boleh dong teman. Lagian kasian pasien juga kalo yang ngerawat gak maksimal kaya kamu sekarang."

"Oke, thanks kak.." Merry memberi tanda O.K dengan jarinya. Philip menoleh melihatnya tersenyum.

"Tapi jadinya kita dua jadi gak sopan kalo kaya begini…"

"Hah? Apanya?"  Philip melihat sekeliling.

"Kita dari tadi ngeliatin mereka berdua mandi tau, hahahha…" Merry tertawa menunjuk dua bebek kuning yang sekarang saling membersihkan diri itu dan beranjak berdiri.

Philip yang mendengar itu hampir saja terjengkal karena tertawa.

"Hahahahaha dasar kamu. Ya udah gih datangin Gina sana, waktu istirahat udah habis nih aku mau balik juga." Philip masih tertawa. Gadis ini lucu sekali.

"Hehe oke deh… makasih kak udah nemanin sebentar.." Merry tersenyum tulus.

"Anytime!" Philip membalas senyumnya .

Walau ingin cepat bertemu dengan Gina, tapi entah mengapa Merry merasa tidak rela meninggalkan Philip. Dia ragu –ragu berjalan pelan lalu membalikkan badannya. Ternyata Pria itu masih disana,melihatnya sambil tersenyum.

"Loh kok belum jalan?"

"Iya ini baru mau jalan, liat kamu dulu.."

Seketika Merry merasa banyak kupu –kupu di perutnya, wajahnya panas.

"Yeeeee,,, ada – ada aja. Udah sana gih." Merry tidak bisa menahan senyumnya, dia melambaikan tangannya seakan menyuruh Philip pergi lalu dengan cepat berbalik kearah yang berlawanan.

"Tapi kamu suka kan bajunya?"

"Hah?" Merry berbalik lagi, alisnya mengerut.

"Bajunya cocok sama kamu. Daah.." Philip pergi dengan cepat setelah mengatakan kalimat yang membuat Merry bengong.

Tapir kemudian dia tersadar dan berjalan cepat menuju ruangan Gina.

Tak jauh dari tempat itu, Doni memperhatikan. Dia tersenyum. Tersenyum pahit lebih tepatnya.

"Aku bukan saingan nya. Dia tentu saja lebih unggul."