"Ada pasien gawat darurat, dari informasinya mengalami luka trauma di kepala yang cukup parah."
Merry memberikan informasi pasien untuk dr. Philip.
"Oke, siapkan semuanya."
Ambulans datang. Dokter, perawat, semua telah bersiap untuk menangani pasien kali ini.
"Kayanya bukan orang biasa deh, tuh liat bodyguard nya aja banyak banget." Bisik Vera ke arah Merry.
"Iya.. liat aja sampe dr. Philip yang turun tangan langsung nanganin ini."
Merry balas berbisik.
Pintu ambulans itu terbuka. Tenaga medis yang berada di dalam dengan sigap mengeluarkan tandu pasien yang di sambut langsung oleh 2 dokter dan 2 orang perawat... Termasuk Merry.
Itu adalah kejadian 2 jam yang lalu.
Saat ini Merry duduk tak berdaya di depan ruang ICU. Gina sudah melewati masa kritisnya. Gina mendapat benturan sangat keras di dua bagian kepalanya dan mengalami geger otak ringan. Belum luka lain, seperti wajahnya yang lebam, bahu lengannya, bagian kanan perutnya, paha kanannya..
Merry mengingat semua luka di tubuh Gina. Dia memejamkan matanya, menahan kesedihan, syok, amarah dan kekecewaan yang sangat kuat terhadap dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga Gina.
"Kemungkin dia gak akan bisa mengingat kejadian hari ini, atau bahkan sampai dua hari yang lalu."
dr. Philip menjelaskan kepada Merry yang masih memejamkan matanya...
'dan siapa sih cowo ini?' pikir Merry.
dr. Philip tidak hanya sedang berbicara dengannya.
Didepan Merry berdiri seorang lelaki tinggi, punggungnya sangat lebar hingga dr. Philip pun hampir tidak telihat, dari belakang.
"Thanks, Phil. Aku gak tau gimana lagi tadi." Suaranya berat, sedih.
"Never mind... Aku akan membantu sebisanya, sekarang kita harus berdoa supaya Gina cepat pulih."
Mereka akrab, pikir Merry
"Ya.."
"Kalau gitu aku balik ke ruang ku dulu ada yang harus aku kerjakan. Verrill, jangan sampai drop. Kalau kamu mau jaga dia kamu harus sehat, jangan kehilangan akal sehatmu, berpikirlah setenang mungkin dalam mengambil keputusan. Dia butuh kamu sekarang."
"Oke, thanks Phil." Verrill menepuk bahu dr. Philip pelan dan menganggukkan kepalanya.
Tunggu dulu... VERRILL?? Verrill .P? Teman kencan Gina???
"Jadi kamu yang namanya Verrill?" Merry bertanya dengan nada menuduh setelah dr. Philip pergi.
Verrill menoleh, Merry sekarang duduk tegak menatapnya dengan waspada. Verrill bisa melihat kecurigaan dan amarah di matanya.
Gadis ini, sahabat Gina. Mereka berdua dari dulu memang tidak bisa dipisahkan. Sepertinya Merry orang yang bisa dipercaya, pikir Verrill.
"Ya, perkenalkan saya Verrill, Verrill Pierce."
"Baiklah Tuan Pierce, Aku punya banyak pertanyaan, tapi untuk saat ini jawaban yang sangat ingin kudengar adalah apa yang terjadi pada Gina hingga dia mengalami hal seperti ini."
Merry melipat kedua tangan didepan dadanya. Raut wajahnya nya yang demikian membuat Verrill mengangguk berpikir dia sangat peduli pada Gina.
"Baiklah aku akan menjelaskan yang ku tahu hingga situasi ini dan tolong panggil aku Verrill saja."
"Katakan." Ucap Merry tidak sabar.
"Aku menemukan Gina sudah terkapar di lantai perpustakaan Dalton Pinggir kota. Orang- orangku juga membekuk Adrian Lee yang sedang berada di sana. Gina sudah tak sadarkan diri saat aku menemukannya."
Verrill yang kini sudah duduk di samping Merry, bersender dan menundukan kepalanya. Terdengar jelas penyesalan dalam suaranya.
"Adrian Lee?"
"Atasan Gina."
"Ah ya, Gina pernah berkata padaku tentang itu. Maksudku dia yang melakukan itu semua pada Gina?"
"Ya."
"Atas dasar apa?"
"Atas dasar dia ingin melakukan hal yang tak senonoh padanya."
Suara Verrill mengecil. Dia tak tega.
Merry menunduk menangkup kan kepalanya. Kenapa terjadi lagi? Apakah kejadian itu belum cukup menimpa Gina? Kenapa Tuhan tidak adil pada gadis baik seperti dia?
Kenapa Gina tidak pernah menceritakan apapun padanya? Apa dia yang selama ini tidak memperhatikan Gina?
"Apa yang terjadi dengan si brengsek itu sekarang?"
"Sudah ditangani oleh pihak berwajib."
"Apa kau yakin? Dia orang yang punya kekuasaan, mudah baginya untuk lepas kapan saja."
"Tidak akan. Aku jamin."
Merry mengerutkan keningnya
"Lalu siapa kau?"
"Bukankah aku sudah bilang?"
"Ck, yang akan kencan dengan Gina saat itu. Kau tau itu bukan seharusnya kalian berdua yang bertemu. Apa maksudmu? Apa yang kau lakukan?"
"Kau sahabat baiknya, sudah sangat lama. Berapa tahun? 10 tahun? Apa Gina sebegitu depresinya mencari pasangan hingga kau mempertemukannya dengan sembarang orang?"
Apa? Tidak, bukan itu maksud Merry. Dia hanya ingin Gina bertemu dengan orang lain selain dirinya. Tidak perlu sampai mencari pasangan...
"Apa maksudmu?
"Daniel, pria itu. Apa kah kau tidak mencurigainya terlebih dahulu?"
"Dari mana kau tau namanya? Curiga apa?"
Merry semakin bingung kini dia duduk sedikit menyamping kearah Verrill.
"Tidak kah kau tau dia adalah orang suruhan Siska Alliston? Lebih tepatnya kekasihnya."
"Apa?!"
Alliston. Mendengar namanya saja membuat Merry bergidik. Salah satu sepupu Gina yang psikopat itu.
-----------------------------
Tepatnya 2 Minggu yang lalu setelah kencan Gina dengan lelaki yang ternyata bukan Daniel:
"Apa kalian ada yang melihat Daniel?"
Merry bertanya dengan rekan kerjanya, setiap mereka yang ditemuinya. Tapi jawabannya sama.
Tidak ada.
Ini sudah 3 hari.
"Dia sudah gak keliatan dari Minggu pagi setelah selesai shiftnya." Doni akhirnya memberi jawaban lain selain kata 'Tidak'.
"Oya? Berarti dia gak masuk udah 3 hari?"
"Yap."
"Aku menerima surat pengunduran dirinya." dr. Philip berjalan ke arah mereka.
"Namanya Daniel Riccardo kan?" Lanjutnya, berdiri bersama mereka.
"dr. Philip." Merry dan Doni berkata bersamaan.
Terkejut.
Sang pemilik rumah sakit ini menghampiri mereka secara langsung, tidak jarang, dr. Philip memang sangat ramah dan sering mengobrol bersama di sela waktu sibuk mereka.
"Ya benar, dia mengundurkan diri?"
Merry terkejut.
"Ya, alasan pribadi."
Merry tidak habis pikir, Daniel tidak membalas pesannya. Bahkan memblokirnya. Apa yang salah
--------------------
Setelah Verrill mengatakan Daniel adalah kekasih Siska Alliston, akhirnya Merry mengerti kenapa dia tiba-tiba menghilang, dia sengaja ingin bertemu dengan Gina atas permintaan perempuan itu tapi dihalangi Verrill.
"Apa kau tau dimana Daniel sekarang?"
"Tentu saja, orangku sudah menanganinya dan lain kali, jangan percaya begitu saja dengan orang asing."
"Lalu bagaimana denganmu?"
"Aku adalah pengecualian untuk Gina."
"Bagaimana kau bisa menjamin hal itu?"
"Menurutmu?"
Laki-laki ini. Sangat mengintimidasi, pikir Merry. Tidak salah Gina terpesona. Tapi Gina juga punya insting yang kuat terhadap orang lain. Merry tau Gina tidak menganggap Verrill berbahaya. Tapi bagaimana jika terjadi lagi...
"Tunggu, bagaimana kau tau tentang kami?"
"Pertanyaan mu seharusnya di ubah menjadi 'apa yang tidak ku tau tentang kalian'...."
"Apa kau penguntit?"
"Apa otak mu hanya bisa mencerna sampai disana saja?"
"Hei!"
"Intinya, aku ingin menjaga Gina. Hal-hal yang harusnya aku lakukan bertahun tahun yang lalu. Aku tidak ingin sampai hal ini terjadi lagi."
Apa maksudnya? Pikir Merry. Dia sudah mengenal Gina sejak kapan?
Verrill beranjak dari tempat duduknya. Berdiri, menatap Merry kebawah.
"Ada urusan yang harus aku selesaikan saat ini. Aku percayakan Gina padamu."
"Tentu saja, kau pikir aku siapanya?"
"Bukan aku yang hampir membuat Gina bertemu dengan orang utusan Alliston."
Merry terdiam itu benar. 'Itu juga salahku. Gina... Maafkan aku...'
Verill beranjak berjalan meninggalkan Merry.
"Hei, tapi kau ini sebenarnya siapa?"
"Bukankah aku benar-benar sudah mengatakannya? Aku V.e.r.r.i.l.l"
Dia mengeja namanya sendiri, menyeringai dan pergi. Berjalan tegap dengan satu tangan di sakunya. Laki-laki itu punya pesona yang kuat....Tapi menyebalkan!
"Hah? Apa? Dia itu manusia bukan sih? Jangan-jangan sebenarnya alien sudah mulai menguasai bumi dan memata-matai kita. Contohnya adalah orang tadi, hiii.." Merry meracau.