Chereads / Suami Pengganti (Terpaksa Menikahi Calon Kakak Ipar) / Chapter 19 - Sekali Pergi, Dia Tidak Akan Kembali

Chapter 19 - Sekali Pergi, Dia Tidak Akan Kembali

Semenjak mengeluarkan semua kemarahannya pada Hans, kini giliran Almira yang harus memijat pelipisnya yang mendadak berdenyut sakit karena Daffa yang terus menggerutu sambil mencak-mencak.

"Astaga Daffa! Tidak bisakah kamu berhenti bertingkah seperti anak kecil!" kesal Almira yang benar-benar sudah tidak tahan lagi menghadapi tingkah kekanakan Daffa.

"Siapa yang bertingkah kayak anak kecil, hah? Ini semua karena kamu, Almira! Untuk apa kamu memijit aku dengan gaya yang aneh sampai harus duduk di atas punggungku? Hans jadi mengira aku lemah, kan? Padahal aku sangat kuat untuk sekedar membuat kamu lemas! Tapi ini masalahnya beda lagi! Kamu menganiaya aku! Tentu saja aku tidak kuat kalau harus di pijit sambil menopang berat tubuhmu itu," geram Daffa dengan wajah yang semakin kusut.

"Astaga, Daffa! Asisten kamu itu kan enggak tahu apa yang terjadi dan apa yang kita lakukan! Untuk apa kamu mencak-mencak enggak jelas kayak gini, Hem? Udahlah, biarkan orang berkata apa yang penting kamu tidak seperti yang mereka bilang," ucap Almira mencoba meredam emosi Daffa.

"Karena dia tidak tahu itulah jadi dia harus tahu. Dia tidak boleh menganggap aku lemah dan tidak sanggup memuaskan istriku sendiri! Yang ada nanti aku akan dibully, terus kamu di rampas oleh mereka!" gerutu Daffa tidak sadar dengan perkataan yang terucap dari bibirnya.

"Oh jadi, kamu marah-marah seperti ini intinya karena takut aku tergoda lelaki lain, begitu? Kamu tenang saja, Daffa, dengan suami sendiri saja aku tidak tergoda apalagi dengan lelaki lain. Kamu tenang saja, aku akan setia selama menjadi istrimu, Hem!" ucap Almira sambil menepuk bahu Daffa.

"Heh, bukan seperti itu maksudku, Almira! Aku …."

"Ya, aku mengerti Daffa, Sayang. Kalau begitu ayo kita mulai bekerja. Kamu tidak berminat kan, dipecat dari kantor milikmu sendiri seperti yang terjadi padaku? Jadi, ayo bekerjalah dengan rajin," ucap Almira memotong perkataan Daffa.

Wanita itu langsung keluar dari ruangan suaminya tanpa membiarkan laki-laki itu kembali bersuara. Tentu apa yang Almira lakukan itu membuat Daffa semakin merengut kesal.

"Astaga! Kalau saja gak ingat dia itu istriku, sudah aku lahap habis dari tadi! Berani sekali dia membuat harga dirimu jatuh di depan bawahanku sendiri! Awas saja kamu Almira! Saat waktunya tiba nanti, aku yang akan membuatmu memohon untuk berhenti!" gerutu Daffa dengan tatapan yang begitu tajam ke arah menghilangnya sang istri. Sepertinya, Daffa benar-benar dendam kesumat pada wanita itu saat ini.

Tak ingin apa yang Almira katakan benar akan terjadi, segera Daffa duduk manis di kursi kerjanya lalu mulai menyibukkan diri dengan tumpukan berkas di atas meja. Sejenak, kekesalannya pada Almira harus Daffa singkirkan supaya fokus dengan pekerjaannya.

"Huft, wanita itu benar-benar sulit aku singkirkan dari dalam sini," gerutu Daffa sambil memukul-mukul kepalanya dengan pensil.

Entah kenapa akhir-akhir ini memang Almira selalu saja mengganggu konsentrasi Daffa hingga membuat Daffa kadang mengabaikan pekerjaannya.

"Seandainya dia tahu aku sering memikirkan nya seperti ini, pasti dia akan semakin besar kepala. Huft, menyebalkan!" gumam Daffa geleng-geleng kepala berharap kembali bisa mengusir bayangan wanita cantik yang seakan menari di kepalanya.

****

Sementara di lain tempat, tepatnya di depan perusahaan Chandra Group, seorang lelaki tampan tampak berdiri sambil mendongak menatap bangunan megah di hadapannya.

Sudah lebih dari satu jam dia berdiri di sana menunggu orang yang dirindukannya datang. 

Namun, hingga jam kerja di mulai, orang itu tak kunjung datang juga.

"Kamu kemana, Almira? Bukannya rencana kita waktu itu, kamu hanya akan mengambil cuti satu Minggu saja? Kenapa sekarang kamu belum masuk juga? Apa kamu begitu bahagianya hingga menambah waktu cuti kamu untuk bisa bermesraan dengan Kak Daffa?" gumamnya penuh tanya.

Hatinya sakit, bagaikan teriris sembilu kala mengingat sang kekasih menjadi milik orang lain dan orang itu adalah kakanya sendiri. Namun, semuanya sudah terlanjur terjadi hingga yang biasa Rian lakukan adalah mencoba meyakinkan Almira agar mau meninggalkan Daffa dan kembali lagi padanya.

Sayang, sepertinya keadaan tidak berpihak padanya. Hingga sampai saat ini pun dia belum bisa kembali bertemu dengan si pujaan hati.

"Almira, aku akan berusaha untuk terus menemuimu. Aku yakin kesempatan itu akan datang untuk aku bisa berbicara berdua denganmu. Aku hanya ingin kita bersama-sama lagi seperti dulu. Merajut asa tanpa ada orang lain diantara kita," gumam Rian dengan helaan napas berat.

"Loh, Rian! Kamu ngapain di sini?" 

Suara itu mengangetkan Rian. Laki-laki itu langsung menoleh ke belakang dan mendapati Violla, salah satu sahabat dari Almira ada di sana.

"Vio aku ingin menemui Almira. Apa kamu bisa membantuku?" 

Bukan pertanyaan, tapi apa yang Rian katakan lebih ke permintaan.

Violla langsung mendengus kesal mendengar perkataan Rian. Sebagai sahabat dari Almira, tentu dia merasakan kemarahan yang sama dengan sahabatnya itu kepada laki-laki bernama Rian ini.

"Apa kamu sudah tidak punya rasa malu lagi, Rian? Apa kamu lupa dengan apa yang sudah kamu lakukan pada sahabatku? Sekarang kamu datang ke sini dan meminta untuk bertemu dengan Almira? Apa kamu sudah tidak waras?" sakras Violla benar-benar tak mampu menahan emosinya.

"Ayolah, Vio! Aku datang ke sini bukan ingin ribut denganmu. Aku ke sini hanya untuk bertemu dengan kekasihku saja. Aku …."

"Kekasih? Kekasih yang mana, Rian? Dia buka lagi kekasihmu tapi kakak iparmu! Dia adalah Almira Daffa Eldaz sekarang, bukan lagi Almira kekasihmu!" ucap Violla begitu menohok.

"Tidak! Dia kekasihku dan sampai kapanpun hanya akan menjadi milikku! Aku tidak akan membiarkan orang lain memiliki Almira termasuk kakakku sendiri!" tegas Rian dengan mata yang sudah memerah karena amarah.

"Sadar, Rian! Kamu sendiri yang pergi meninggalkannya! Kamu sendiri yang membuat Almira terpaksa menikahi kakakmu! Kamu sendiri yang sudah membuat luka yang begitu menganga di hati Almira! Bahkan belum juga sembuh luka karena kamu tinggalkan, kamu sudah kembali menabur garam dengan memamerkan kemesraan mu dengan seorang jalang! Lalu, untuk apa kamu datang ke sini, hah? Luka seperti apa yang ingin kamu tambahkan di hati Almira! Apa kamu belum puas menyiksa batinnya? Apa kamu benar-benar sudah tidak mempunyai hati lagi hanya untuk sekedar memiliki rasa iba padanya, Rian?" geram Violla sambil mendorong dada Rian, membuat laki-laki itu mundur beberapa langkah.

"Vio, aku benar-benar tidak bermaksud untuk melukai hati Almira. Aku hanya …."

"Vio! Untuk apa kamu berbicara dengan orang gila? Ayo kita masuk!" ajak seseorang di belakang tubuh Violla.

Violla berbalik dan langsung menganggukkan kepala.

"Dengar ya, Rian! Sekali kamu meninggalkan Almira, maka selamanya kamu akan kehilangan dia!" sakras Violla segera berlalu tanpa mau mendengar pembelaan dari Rian lagi.

Violla saja yang hanya sahabat dari Almira merasa begitu sakit saat mengingat apa yang sudah Rian lakukan, apalagi Almira sendiri. 

Jadi, sudah bisa dipastikan kalau Almira tidak akan Sudi kembali pada lelaki tidak tahu diri itu lagi.