Alice berjalan gontai seraya menuntun sepedanya.
Dia baru saja pulang dari restoran. Wajahnya tampak lelah, dan keringat bercucuran.
"Baru pulang?" tanya Sea yang tiba-tiba muncul di hadapannya.
"Eh, Sea! Bikin kaget saja!" tukas Alice.
"Haha, maaf, sepedamu kenapa?" tanya Sea.
"Rantainya putus," jawab Alice.
"Lalu kenapa tidak kakau bawa ke bengkel saja?"
"Tanggung, Sea, tadi sudah hampir sampai rumah, nanti biar aku telepon Felix, saja," ujar Alice.
"Ah, begitu ya?"
"Iya, aku masuk dulu ya, Sea! Aku sangat lelah ingin mandi dan tidur, bye, Sea!" Alice melambaikan tangannya.
"Bye," ucap Sea.
Alice memasuki rumah dan meninggalkan Sea yang masih tetap berdiri di halaman rumahnya.
Perlahan Sea, menyeringai.
"Aku butuh anggota keluarga baru," ucapnya.
Lalu muncul seorang pria yang tampak ragu-ragu memasuki halaman rumah Alice.
Sea sedikit curiga melihatnya.
Dan tanpa ragu Sea mendekati pria itu.
"Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?" tanya Sea.
"Ah, selamat sore juga, Nona," ucapnya.
"Ada perlu apa Anda ke rumah tetangga saya?" tanya Sea dengan santai tetapi sorot matanya begitu tajam seakan menghunjam.
"Perkenalakan, Nona, nama saya Archer, saya adalah kaka ipar dari, Alice Nelson," ucapannya.
Lalu Archer memberikan sebuah paper bag kepada Sea.
"Oww," Sea mengangguk pertanda mengerti.
"Maaf, Nona, apa boleh saya meminta tolong kepada, Anda, agar memberikan paper bag ini kepada, Alice?" ucapnya.
Sea mengernyitkan dahinya, "Kenapa, Anda, tidak memberikan yang secara langsung?"
"Saya buru-buru, Nona," jawab Archer.
Archer bekerja sebagai kru dalam pembuatan film.
Dan kebetulan sekali hari ini timnya sedang bertugas di kota London, lokasi shooting mereka tak jauh dari tempat tinggal Alice.
Oleh karena itu, Archer menyempatkan diri untuk melihat wajah Alice, meskipun hanya sesaat, dan memberikan sesuatu untuk Alice. Sengaja dititipkan kepada Sea, karena kalau dia bertemu dengan Alice langsung.
Pasti Alice akan marah kepada Archer.
Sejak awal, Alice sudah menentang perasaan Archer terhadapnya.
Mengingat statusnya yang masih suami sah dari Bella sang kakak.
Tapi Archer tak menyerah, dan dia tetap berusaha mendekati Alice dengan cara pelan.
Archer yakin, jika dia terus memberikan perhatian kepada Alice, maka perlahan-lahan hati Alice akan luluh dan mau menerima perasannya ini.
Sea pun langsung menerima peper bag dari tangan Archer.
"Baik, aku akan memberikannya kepada, Alice," ucap Sea sambil tersenyum tipis.
"Terima kasih, Nona," ucap Archer. Lalu Archer pun meninggalkan tempat itu.
Dan setelah Archer menjauh, Sea membuka Paper bag-nya.
Ternyata isinya beberapa kotak kue coklat dengan berbagai varian. Archer tahu jika Alice sangat menyukai coklat.
Serta terdapat selembar kertas yang bertuliskan seluruh curahan hati Archer.
Sea pun menertawakannya.
Dia benar-benar tak sopan sudah membaca surat yang seharusnya untuk Alice, dan tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Alice.
Setelah puas membaca tulisan Archer yang penuh dengan kata-kata puitis dan rayuan gombalnya untuk Alice, Sea kembali menaruh surat itu ke dalam paper bag lagi.
Dia mengetuk pintu rumah Alice, hendak memberikan paper bag itu kepada Alice.
"Ada apa, Sea? Aku baru saja selesai mandi," pungkas Alice.
"Ini," Sea menyodorkan paper bag kepada Alice.
"Ini apa?"
"Entalah, seorang pria bernama Archer menitipkan benda ini untukmu," jelas Sea.
"Hah?! Sungguh?"
"Iya, kau ingin istrirahat, 'kan?"
"... iya, tapi kalau kau ingin mengobrol denganku tak masalah," ujar Alice.
"Tidak ... aku harus bertemu keluargaku," sahut Sea.
"Benarkah?"
"Ya, bye, Alice," Sea melambaikan tangannya.
"Bye ...."
Sea tersenyum seraya membalikkan badannya dan perlahan senyuman itu berhenti dengan sorot kedua mata yang dingin.
Dia menoleh lagi ke arah Alice, dan pintu rumah Alice sudah tertutup.
Sesampainya di dalam rumah, Sea menuliskan sesuatu di dalam secarik kertas. Lalu dia memasukkan dalam sebuah amplop berwarna merah jambu.
***
Esok harinya, jam menunjukkan pukul 8 pagi, Alice sudah berangkat bekerja.
Lalu Archer kembali datang, ke rumah Alice.
Lagi-lagi dia bertemu dengan Sea.
"Halo, Tn. Archer, selamat pagi," sapa Sea.
"Hai, selama pagi juga, Nona," sahut Archer dengan sopan.
"Pasti, Anda sedang ingin bertemu dengan Alice, ya?" tanya Sea.
"Benar, apa dia ada di rumah?"
"Alice, baru saja keluar, Tn. Tapi dia menitipkan ini untuk, Anda," Sea menyodorkan surat yang ia tulis kemarin kepada Archer.
"Alice menulis surat untukku?" Archer menggaruk-garuk kepalanya sendiri.
"Ia, benar. Nampaknya Alice menyukai kue-kue pemberian dari Anda, Tn. Archer," ucap Sea. Dia sangat fasih dalam berbohong, sampai Archer pun mempercayainya.
"Wah, terima kasih," Archer tampak sangat bahagia menerima secarik kertas dari Sea, dia mengira jika Alice yang benar-benar menulisnya.
Tak sabar lagi rasanya untuk segera membaca surat itu.
Sambil berjalan menuju lokasi shooting.
Archer mulai membuka surat dengan amplop merah jambu itu.
'Archer, aku suka dengan kue pemberianmu, aku mau kau datang ke rumahku nanti malam ya,' tulisan dalam surat itu.
Betapa bahagianya hati Archer, setelah membaca surat tersebut.
"Apa benar ini tulisan, Alice?" ucapnya.
Agak sulit dipercaya, tapi apalah daya, Archer sudah terlanjur menyukai Alice.
Satu harapan dari Alice membuatnya tak mau lagi menghiraukan hal yang tak mungkin sekalipun.
***
Jam istirahat telah tiba, Alice membagikan kue-kue pemberian dari Archer kepada semua teman-temannya.
"Hey, kalian! Aku punya sesuatu!" ujar Alice.
Felix mendekatinya, "Kau bawa apa, Alice?" tanya Felix.
"Tolong bagikan kepada teman-teman yang lain," ujar Alice seraya menyodorkan paper bag kepada Felix.
Tapi sebelum memberikan paper bag itu dia sudah mengambil surat dari Archer telebih dahulu.
Disaat teman-teman tengah asyik menyantap kudapan pemberiannya, diam-diam Alice merobek-robek surat pemberian dari Archer tanpa membacanya terlebih dahulu. Karena Alice memang sudah tahu kalau isinya pasti hanya sebuah coretan kata-kata mutiara dan gombalan dari Archer.
Tak sudi dia membacanya, Alice sudah muak dengan lelaki semacam Archer yang tak jauh beda dengan Carlos.
"Dasar, Hidung Belang! Kalau saja kau bukan suami dari kakakku, pasti aku sudah menggantungmu hidup-hidup," gumam Alice seraya merobek-robek kertas itu dengan kasar, lalu dia membuang serpihan kertas ke dalam tong sampah.
***
Sementara itu, Sea tengah berada di ruang bawah tanah, dia sedang merapikan benda-benda yang berantakan.
Tak lupa dia juga mengobrol dengan para mayat-mayat koleksinya.
"Livy, bagaimana kabarmu? Apa kau sudah mulai betah tinggal di sini?" Sea memegang rambut mayat yang bernama Livy, lalu dia beralih kepada mayat anak kecil yang bernama Clara.
Clara adalah putri kandung dari Sea.
"Iya, Sayang ... Ibu ada di sini, kau pasti sangat bahagia ya, karena memiliki anggota keluarga baru?" Sea membelai rambut mayat anak kecil itu.
"Livy, anak yang baik, meski dia tidak bisa bicara, dan Ibu sangat yakin jika dia akan menjadi kakak yang baik untukmu, Clara,"
To be continued