Setelah mendengar ucapan Sea, Alice pergi ke Restoran tempat di mana Felix bekerja.
Sesampainya di sana, benar apa yang dikatakan oleh Felix, dan hari ini Alice sudah mulai bekerja.
Si Pemilik Restoran sangat baik, begitu pula para pegawai yang bekerja di sana, mereka banyak membantu Alice.
Memang restoran itu tidak terlalu besar, tapi Alice sangat bersyukur karna baru saja pindah di kota ini, tapi dia langsung mendapatkan pekerjaan, yang setidaknya cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari selama tinggal di sini.
***
"Hay, Alice, bagaimana dengan hari pertamamu bekerja? Apa ada kesulitan?" tanya Felix.
"Hari ini menyenangkan, dan aku juga tidak mengalami kesulitan, aku senang sekali, seluruh karyawan di sini baik-baik, terutama kau, Felix," puji Alice.
Wanita cantik dengan senyuman manis itu, tampak berbicara sambil cekatan merapikan seluruh piring-piring yang ada di atas meja.
"Syukurlah, aku senang mendengarnya," ujar Felix.
***
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, tiba waktunya untuk pulang.
Alice mulai menuntun sepedanya, berbarengan dengan Felix.
"Eh, kau langsung ingin pulang?" tanya Felix.
"Ah, sepertinya aku mau pergi berbelanja kebutuhan dulu," jawab Alice.
"Oh, mau kutemani?"
"Ah, tidak perlu, kau, 'kan juga capek, istirahat saja," ujar Alice.
"Tidak apa-apa, biar aku antarkan," Felix tetap mengotot ingin mengantarkan Alice, sehingga Alice pun memperolehkannya.
"Baiklah kalau begitu,"
Mereka berdua sama-sama menaiki sepeda mereka masing-masing, dan tiba-tiba saja ada selembar kertas terbang yang terbawa angin.
Kertas itu melayang dan mendarat tepat di wajah Alice, hingga membuat Alice hampir saja kehilangan keseimbangan dan nyaris terjatuh.
Akhirnya Alice berhenti, lalu melihat kertas apa yang baru saja mendarat di wajahnya itu.
"Kenapa?" tanya Felix.
Alice tak menjawab pertanyaan Felix, dan dia memungut kertas yang sempat mendarat di wajahnya itu.
Lalu terpampang gambar seorang wanita dengan tulisan 'Orang Hilang' dan hal yang membuat Alice terkejut adalah wajah dari si Wanita itu.
Wanita itu adalah orang dengan keterbelakangan mental dan seorang tuna wicara yang bertemu dengannya tadi pagi.
"Sebenarnya, ada apa, Alice?" tanya Felix sekali lagi.
"Ini, Felix, orang ini adalah orang yang bertemu denganku tadi pagi," jelas Alice.
"Benarkah?" tanya Felix memastikan.
Dan Alice mengangguk.
"Lalu di mana kau bertemu dengannya?" tanya Felix.
"Di depan rumahku," jawab Alice.
"Ayo kita pergi ke rumahmu saja, Alice! Hari ini tidak usah belanja, nanti kita pesan makanan siap saji saja. Kita harus memastikan apakah wanita ini masih di sekitar rumahmu atau tidak, karna kasihan sekali pasti keluarganya sedang mengkhawatirkan wanita itu!" tukas Felix. Dan Alice pun menyetujuinya.
"Baik, Felix, ayo ke rumahku sekarang, aku yakin dia masih berada di rumah Sea. Karena tadi pagi Sea, yang akhirnya menolong wanita itu. Aku tidak bisa membantu karena sedang buru-buru untuk berangkat bekerja," jelas Alice.
"Sea? Siapa dia?"
"Ah, dia adalah tetangga samping rumahku,"
"Owh, jadi wanita itu bernama 'Sea' yasudah ayo kita segera ke sana! Barang kali tetanggamu itu belum mengetahuinya jika wanita yang ia tolong sedang dicari oleh keluarganya," ujar Felix.
Sesampainya di rumah, Alice segera mendatangi rumah Sea bersama Felix.
Tok! Tok!
Ceklek!
"Hai, Sea, selamat sore?" sapa Alice.
"Hai juga, selamat sore, kau baru pulang?" tanya Sea.
"Ia, aku baru pulang, dan kenalkan ini temanku, namanya Felix," Alice mengenalkan Felix kepada Sea, tapi ternyata, mereka sudah saling mengenal.
"Halo, kita bertemu lagi," sapa Sea dengan ramah.
Alice sedikit tercengang, "Kalian sudah saling kenal?" tanya Alice seraya melihat Felix, dan sesaat lagi dia melihat Sea.
"Tentu saja, dia ini, 'kan pemilik rumah yang kau tinggali," jelas Felix.
"Hah, benarkah?" Alice kembali heran.
"Jadi kau belum mengetahuinya?" tanya Felix kepada Alice.
"Tidak, ya Tuhan, Sea! Kenapa kau tidak bilang sejak awal, kalau rumah ini adalah milikmu?" tanya Alice kepada Sea.
Sea pun hanya tersenyum, "Kau tidak bertanya kepadaku, jadi aku ya diam saja," ujarnya dengan nada berkelakar.
"Astaga, kalau begitu, aku langsung saja membayar uang sewanya bulan ini kepadamu. Tadinya aku pikir akan menitipkan kepada Felix. Aku mengira jika si pemilik rumah ini tinggalnya cukup jauh," ucap Alice. Lalu Alice meraih sesuatu dari dalam sakunya. Dan ternyata sebuah amplop coklat yang berisi sejumlah uang, yang tadi pagi ia sempatkan diri untuk mengambil dari ATM.
"Ini, tolong di terima," ucap Alice seraya menyodorkan amplop itu kepada Sea.
Tapi dengan sopan Sea menolaknya.
"Sudah, simpan saja uangmu," ucapnya.
"Hah! Bagaimana bisa begitu? Ini adalah uangmu, dan kau harus menerimanya!" tukas Alice.
"Kau tak perlu membayarnya, Alice, dan dengan kehadiranmu yang mau mengisi rumah itu saja, aku sudah cukup senang. Lagi pula kau baru saja mendapatkan pekerjaan, kau harus menyimpan uangmu baik-baik untuk bertahan hidup di sini, sampai kau mendapat gaji dari pekerjaanmu," tukas Sea.
"Benarkah?" Alice tampak terharu mendengarnya. Dia kembali menaruh uang itu ke dalam saku, walau sebenarnya dia merasa tidak enak. Tapi ini adalah permintaan Sea. Alice langsung memeluk Sea dan berkali-kali mengucapkan terimakasih.
"Terima kasih, Sea, kau wanita yang baik, semoga Tuhan, selalu memberkatimu," tukasnya.
Felix juga merasa senang melihat kedekatan Sea dan Alice. Sekarang dia merasa tenang karena Alice tinggal di rumah ini, Alice sudah menemukan seorang tetangga sekaligus teman yang baik seperti Sea.
"Eh, ngomong-ngomong, kau ada perlu apa datang kemari?" tanya Sea.
"Astaga!" Alice menepuk keningnya sendiri.
"Aku ingin bertanya tentang wanita bisu yang tadi pagi!" ujar Alice yang tampak heboh sendiri.
"Ada apa dengan wanita itu?" tanya Sea.
Dan Alice segera mengeluarkan kertas yang tadi ia temukan di jalan.
"Lihat ini!"
Sea hanya melihatnya sekilas, ekspresinya biasa saja, tak ada sedikit pun rasa kaget atau syok, padahal tadi dia sempat berbincang dengan wanita itu.
Seharusnya dia akan kaget karna melihat jika wanita itu adalah orang hilang.
"Kau tidak kaget?" celetuk Alice.
"Ah ... yah, aku kaget, padahal tadi pagi dia sempat kutolong, dia kelaparan dan aku memberinya makan. Tapi setelah itu dia ... pergi," Jelas Sea, bicaranya seperti dibuat-buat, rasa panik dan kagetnya tidak terlihat alami.
"Astaga! Kenapa kau membiarkannya pergi, Sea?" tanya Alice yang begitu menyayangkan tindakan Sea.
"Aku sudah berusaha melarangnya, tapi dia yang mengotot ingin pergi!" tegas Sea.
"Aishh!"
***
Karena orang yang sedang ia cari sudah tidak ada , akhirnya Alice mengajak Felix pulang ke rumahnya.
Dan di saat itu Sea masuk ke dalam rumahnya lagi.
Dia tersenyum sambil membawa satu keranjang buah-buahan lalu dia masuk ke dalam ruang bawah tanah.
Perlahan-lahan Sea berjalan menuruni tangga, lalu dia menghidupkan lampu di ruang itu.
"Selamat sore semuanya? Apa kalian baik-baik saja?" sapa Sea dengan ramah.
To be continued