Dari para ibu, pria dan anak-anak mulai memperhatikan setibanya dia. Zhi Yang berdekam menunjukkan rasa hormat kepada mereka semua. Salah satu dari mereka memajukan langkah. Pria paruh baya mencoba memberanikan diri untuk menyapa dirinya.
"Tuan muda ingin mencari siapa?" tanya pria itu spontan.
"Apa kalian bisa menunjukkan rumah tuan Zhou Yi Hong?" tanya Zhi Yang mulai tak basa-basi.
Si pria itu mendongakkan dagunya perlahan, membulatkan bibirnya membentuk O. Zhi Yang mendekati si pria itu sembari merunduk hormat. "Apa kau bisa mengantarkanku secara diam-diam?"
"Baiklah, akan kutunjukkan jalan rumahnya," putus dari pria itu memiringkan posisi badannya.
Zhi Yang sudah membukakan penutup wajahnya sembari mengikuti langkah pria tersebut. Menuju rumah dimana seorang pria yang ia kenal itu. Masih terasa kesejukan di sepanjang jalan. Zhi Yang memperhatikan hutan kecil yang dikelilingi oleh tanaman bamboo kecil.
Beberapa anak panda meraup mulut yang dipenuhi dengan daun bamboo. Zhi Yang melebarkan senyuman ketika salah satu si anak panda yang menggemaskan menghampiri sang induknya.
"Dia lucu sekali!" puji Zhi Yang menoleh, lalu memfokuskan kembali perjalanannya.
Pria itu menuruni anak tangga batu menuju bawah bukit. Dari ujung penglihatan, dirinya sudah ditampakkan dengan sebuah gubuk panjang. Dipenuhi dengan banyaknya anak panda beserta induknya.
Pria paruh baya yang memberi arah itu berhenti sambil membalikkan badan menghadap Zhi Yang. "Sebentar saya panggilkan tuan Yi Hong," putusnya.
Zhi Yang tidak bisa memajukan langkah, dan hanya berdiam diri menunggu kehadiran dari sang tuan rumah. Dari balik pintu papan terbuka dengan lebarnya. Seorang pria yang sepantar dengan pria itu keluar dari pintu.
Dia menatap dan memperhatikan Zhi Yang dengan pandangan curiga. Zhi Yang berdekam hormat mengarah pria itu. Sementara pria penunjuk jalan itu bergegas meninggalkan Zhi Yang bersama pria itu.
Pria itu terus menatap Zhi Yang, berjalan maju untuk melihat dengan jelas. Zhi Yang pun melepaskan sanggul rambut yang terikat. Rambutnya menjulur jatuh melurus, sehingga wajahnya lebih terlihat dari masa lalu.
Pria itu mencelang ketika menatap jelas wajah Zhi Yang. Pasti sudah mengenal Zhi Yang lebih dulu, setelah dirinya menampakkan diri dengan wujud sepuluh tahun.
"Paman Yi Hong," sapanya merunduk hormat.
"Kau??" tunjuk pria yang ada di depannya.
Yi Hong dikagetkan dengan kehadiran Zhi Yang. Lalu, siapakah Yi Hong ini sendiri? Kenapa Zhi Yang mengunjungi si paman tersebut?
"Zhi Yang," sebut Yi Hong menegakkan segala penglihatannya. Dengan cekatan dirinya meraih tangan Zhi Yang untuk memasuki rumah. "Sebaiknya jangan di sini!" cegahnya.
Zhi Yang tertarik oleh tangan si paman menuju dalam rumah. Beberapa wanita sedang mengerjakan sesuatu dari dalam rumah terpelangah dengan kehadiran Zhi Yang. Salah satu wanita sontak berdiri tegak dengan sepasang bola mata terkejut.
"Zhi Yang," sebut si wanita itu menghampiri. Wanita itu bahkan melupakan sayur yang terbuyar ke lantai. Dia lebih mendahulukan seorang tamu yang masuk ke rumah itu.
"Bibi Sui," sahut Zhi Yang memegangi tangan yang disebut dengan bibi tersebut.
"Kau sudah dewasa," ucap si bibi Sui itu.
Zhi Yang menatap haru tanpa harus mengucap banyak. Dirinya malah meranggul, tersenyum sembari melirik pelan ke arah si paman Yi Hong. Yi Hong mengelak sesaat ketika wanita di sampingnya mengajak hangat kepada Zhi Yang.
"Mari kita duduk dahulu!" ajak si bibi.
Zhi Yang terenyuh dengan sambutan dari wanita dan si paman tadi. Dua orang gadis duduk dengan memperhatikan raut Zhi Yang yang begitu mempesona.
"Kalian berdua, inilah anak dari tabib hebat dahulu!" ungkap si bibi. Memperkenalkan diri Zhi Yang dengan penuh percaya dirinya.
"Aku juga seorang tabib, Bi," seloroh Zhi Yang menimpalinya.
Si bibi menoleh spontan, melenturkan senyuman yang seakan menolak dari pernyataan dirinya. Zhi Yang yang terbawa alur dari suasana hangat akhirnya meruntuh sejenak. Si bibi meredupkan pandangan dengan nuansa kesedihan.
"Kenapa kau malah memilih itu lagi?" keluh bibi Sui.
"Bibi, kau tidak mengizinkanku duduk," ucap Zhi Yang berkeluh kesah.
"Oh, maafkan bibi soal itu," sahut bibi Sui membungkuk, merentangkan tangannya untuk bergabung menduduki di antara meja panjang. Sebuah papan yang melintang lebar, memberikan celah untuk duduk lebih nyaman dan luas.
Zhi Yang duduk dengan tenang, dan kembali melirik wajah sang bibi penuh tanda kewaspadaan.
"Mereka tidak bisa kuselamatkan, waktu terlalu menyiksa diriku, Bibi," gusar Zhi Yang merundukkan pandangan.
Bibi Sui memegangi tangannya sambil menatap lemah. "Zhi Yang, untuk sementara waktu kau tidak boleh keluar dari jalur Kaisar, ini sangat membahayakan dirimu," pintanya. Bibi Sui mengkhawatirkan seorang gadis yang baru saja bertemu ini.
Dari sekian tahun yang menjadi pemisah jarak dan waktu adalah penghalang nomor satu. Zhi Yang tidak bisa berbuat banyak untuk kisah di masa lalunya.
"Aku ingin masuk istana," putus Zhi Yang.
"Hah?! Itu sangatlah berbahaya!" keluh bibi Sui.
"Aku tidak mengizinkannya," lanjut bibi Sui.
Zhi Yang menggelengkan kepalanya berulang-ulang kali. "Aku ingin membersihkan nama Huang, tidak semua bermarga Huang itu buruk," tuturnya. "Ada sesuatu yang aneh dari perbuatan mereka pada keluargaku, tidaklah mungkin ayahku memberikan racun kepada salah keluarga mereka," keluhnya berlanjut.
Meskipun berbahaya, dia harus melakukan sesuatu untuk membebaskan nama baik keluarga Huang.
"Aku ingin menunggu sayembara pengobatan. Aku harus mengambil kesempatan itu," putus Zhi Yang mantap.
"Bagaimana dengan namamu dan wajahmu?" tanya bibi Sui cemas.
"Dia sudah memiliki nama baru dan mengubah identitasnya," ungkap Yi Hong tiba-tiba menghampiri.
Zhi Yang terpengah saat suara itu jelas memberikan penjelasan. Mereka yang melihat sungguh sebuah kejutan.
"Apa benar?" sambung bibi Sui.
"Ya, itu memang benar, Bi!" pungkas Zhi Yang.
Nama dan marga, rupa dan penampilan. Dari mereka yang tidak akan menyadari akan hal tersebut. Maka, Zhi Yang harus pintar-pintar mencari kesempatan untuk memasuki istana.
Yi Hong merundukkan pandangan menatap Zhi Yang.
"Kurasa, ibumu masih hidup!" ungkap Yi Hong.
Zhi Yang lebih dikejutkan dengan pernyataan yang dulu katanya terkena hukuman mati. "Apa benar?"
"Dia diampuni karena bukti masih terlalu kurang, dia diasingkan di negeri yang sangat jauh. Kami bahkan tidak mengetahui dimana tempat itu berada," beber Yi Hong.
"Bagaimana dengan ayahku? Apa benar kabar yang kami dapatkan selama ini adalah benar?" tanya Zhi Yang mulai beranjak. Dirinya menatap Yi Hong dengan memelasnya. Suatu pengharapan untuk mendengar sang ayah harus hidup.
Yi Hong hendak melontarkan satu patah kata, tetapi bibi Sui menggeleng untuk mencegahnya berbicara. Yi Hong meruntuhkan pandangan sambil menutupi kedua matanya.
Zhi Yang pastilah memahami dengan pernyataan tanpa kata-kata. Tidak ada yang lebih dari menyakitkan dari sebuah kabar duka. Dirinya merasa pasrah dengan menerima apa adanya.
Zhi Yang menduduki kembali secara perlahan lalu bergumam. "Aku harus membongkar dari semua kesalahan itu."