Zhi Yang telah menumbuhkan niat dalam diri untuk ke depannya. Tepat di hadapan orang yang mengenal dirinya. Dia memutuskan niat yang seharusnya ia lakukan. Matanya lurus mengarah raut datar paman Yi Hong.
"Bermalamlah di sini, Nona," pinta bibi Sui.
Zhi Yang menoleh, "Apa bibi tidak keberatan?" keluhnya hangat.
"Kami sudah menganggap keluarga Huang seperti keluarga sendiri, mana mungkin kami melupakan jasa ayahmu," tutur Yi Hong membalas.
Zhi Yang berdekam hormat kepada paman Yi Hong. Kedua tangannya memeluk pergelangan tangan membulat di depan perut. Sembari mendongakkan pandangan, kemudian mulai melirik arah pintu keluar.
"Jika berkenan, aku ingin istirahat sejenak," putus Zhi Yang meminta.
"Kalau begitu, biar bibi antar ke kamarmu," putus bibi Sui meraih lengan Zhi Yang untuk mengarahkan jalan. Keluar dari pintu yang memperlihatkan rumah panjang dengan papan penutup berbentuk kisi-kisi geometris.
Aksen kayu berwarna cokelat tua yang dilapisi oleh kertas putih. Keduanya berjalan mengiringi pilar berdiri tegak sepanjang penglihatan. Dari ujung tiba di sudut bangunan tersebut. Bibi Sui membukakan pintu untuk dirinya.
Kini, terbukalah pintu kamar yang tidak seberapa mewah untuknya beristirahat. Zhi Yang mengelilingi penglihatan ke seluruh ruangan nyaman. Bibi Sui mulai membungkuk sembari membalikkan badannya.
"Selamat istirahat, Nona!" pamit bibi Sui meninggalkan dirinya seorang diri di dalam ruangan.
Zhi Yang terpesona dengan tampilan aksen klasik khas dinasti sederhana ini. Ia pun meletakkan bungkusan perlengkapan yang sudah dibalut oleh kain lusuh ke atas tempat tidur. Tepat berada di ujung dinding ruang kamar. Tiba-tiba, ia menoleh ketika mendengar pintunya terbuka oleh satu ekor anak panda lucu.
Sontak, dirinya terperanjak sekaligus hati-hati terhadap binatang yang masih terbilang liar ini. Kedua tangannya meraba beberapa tiang yang ada di setiap dinding ruangan. Si anak panda malah menduduki lantai yang ada di sudut pintu.
Dengan segala keberanian, akhirnya dia memutuskan untuk mendekati si anak panda yang sangat lucu tersebut.
Si anak panda memajukan langkah ke arah dirinya. Zhi Yang memberanikan diri untuk menyentuh dari atas kepala si anak panda tersebut dengan hati-hati.
"Tenang saja, Kak! Dia sudah jinak," sebut dari gadis yang melewati pintu ruangan Zhi Yang.
Sontak, Zhi Yang mengendurkan kembali tangannya sambil menegak lurus menatap si gadis.
"Oohh!" Zhi Yang menawarkan keramahan kepada si gadis itu. Melihat si gadis mendekati si anak panda lalu menariknya keluar dari dalam kamar Zhi Yang.
Sementara Zhi Yang mengikuti langkah si gadis yang masih lebih muda dari dirinya. Zhi Yang terus memperhatikan tingkah si gadis yang terus membelai bulu-bulu anak panda itu.
Seraya membungkuk lalu mulai menggerakkan bibir untuk berbicara.
"Boleh aku mengelusnya?" izinnya.
"Tentu saja, Kak!" sahut si gadis memberi celah untuk diri Zhi Yang.
Tangan Zhi Yang segera menyentuh bulu panda yang memiliki dua warna yang lucu. Warna netral hitam dan putih memberikan keunikan tersendiri.
"Siapa namanya?" tanya Zhi Yang penasaran.
"Liu Fung," sebut si gadis.
"Oh!!" gumam Zhi Yang meranggul. Zhi Yang menoleh spontan mengarah si gadis, "kalau dirimu?"
"Aku You Su," sahut di gadis tersenyum.
Zhi Yang sepertinya memiliki satu teman lagi. Seorang gadis yang lebih muda darinya. Zhi Yang pun beranjak tegak sambil mendengus napas panjang.
"Huuuft … sepertinya aku ingin mencari udara segar," putusnya menatap kagum hutan kecil itu.
"Di sana ada taman untuk si panda," tunjuk You Su kepadanya. Tangan si gadis mengarah sebelah kiri Zhi Yang berada. Sedikit banyaknya hutan bamboo, tetapi terlihat lebih menawan dari hutan belantara.
"Benarkah?" sebut Zhi Yang bersemangat.
"Kalau begitu aku akan ke sana," putusnya bergegas pergi.
Zhi Yang tidak menunggu aba-aba lagi, sedangkan You Su tidak sempat menghentikan pelariannya yang terlalu bersorak senang untuk menikmati taman tersebut.
Zhi Yang melanjutkan langkahnya menuju hutan bambu. Di sekeliling hutan bambu mulai terbentang luas dengan penampilan dari banyaknya panda yang jinak. Dirinya menatap kagum bukan main.
Di tepi ujung jalan ia pun berhenti. Tanpa harus berlari cepat dan mencari tempat lagi, ia pun menduduki tumpukan dedaunan yang mengarah pada taman kecil panda. Seperti ladang panda yang berkumpul di antara hutan tersebut.
Tiba-tiba terdengar suara tawa dan kaki yang melangkah mendekati dirinya. Zhi Yang tidak mengikat rambutnya kini terperanjak sesaat. Dirinya berdiri sambil memperhatikan penampakan pria yang hendak menghampiri taman hutan bambu.
"Wah, banyak sekali, Tuan muda!" puji dari salah pria.
"Untung aku ke sini, aku bisa melihat banyaknya populasi mereka," sahut pria berpakaian lebih menawan dan mencolok. Yang ternyata dia adalah Zhao Yang sendiri.
Zhi Yang tersangkut oleh akar kayu besar hingga terjatuh. Tubuhnya yang terayun membunyikan suara yang sontak membuat Zhao Yang terlonjak.
"Ada seorang wanita berpakain lelaki, Tuan!" tunjuk Jing Mi kepadanya.
Zhao Yang mengerutkan keningnya sembari melirik arah depan dimana Zhi Yang terjatuh. Ia pun tak menunggu lama untuk berdiam diri.
Zhi Yang melihat pria yang mirip dengan Zhao Yang akhirnya ia pun segera bangkit untuk meninggalkan lokasi. Namun, Zhao Yang terus mengejarnya di antara pelarian Zhi Yang.
Zhao Yang menjulurkan salah satu tangan untuk meraih tubuh Zhi Yang yang hampir mendekati itu.
Zhi Yang terkinjat, ketika lengannya berhasil ditarik oleh Zhao Yang itu sendiri. Dengan cekatan dirinya berbalik, sehingga memperlihatkan rupa dari dirinya. Zhao Yang terpelangah lebar ketika dirinya melihat dengan jelas rupa yang sudah dikenalnya itu.
"Kau?" tunjuk Zhao Yang terheran-heran. Matanya menatap dirinya dari atas hingga ke bawah dengan pandangan curiga.
"Sudah kuduga! Pemuda di kapal itu adalah kau," sebut Zhao Yang yang masih menahan pelarian Zhi Yang.
Namun, Zhi Yang sama sekali tak menjawab dari ucapan pria yang pernah menjadi teman kecilnya tersebut. Dengan gesit, Zhi Yang menghempaskan tangan dari Zhao Yang yang sempat menahan dirinya.
"Tunggu!!" seru Zhao Yang kembali menarik tubuh Zhi Yang yang hampir tersungkur ke bawah tanah.
Dengan tangkasnya, Zhao Yang menangkap cepat tubuh Zhi Yang. Keduanya saling menatap dengan penuh kesempurnaan. Mata Zhao Yang kembali menatap masa lalu yang belum ia ketahui ini.
Rambut panjang Zhi Yang menjulur indah dan lurus menutupi lengan baju Zhao Yang yang memanjang jatuh.
"Zhao Yang," sebut Zhi Yang spontan.
Zhao Yang sontak terkesima dengan ucapan Zhi Yang yang menyebutkan namanya itu. Kedua mata itu malah berhenti, hingga Zhao Yang mendirikan tubuh Zhi Yang. Kini, keduanya saling tatap muka dengan menegak.
"Bagaimana bisa kau mengenal namaku?" tanya Zhao Yang terheran-heran.
Zhi Yang terlonjak ketika dirinya tak sadar kalau ia sudah menyebutkan nama pria yang ada di hadapannya itu.