Kehangatan pagi mengalahkah semangat kepergian Zhi Yang di atas tanah berumput hijau memanjang. Sinarnya masih terlalu dini untuk beranjak. Namun, menyinari ujung penglihatan dengan sorotan sendunya.
Masih terlalu pagi, ia meninggalkan tanah kenangan serta pengungsian diri menuju tempat kelahirannya.
Di ujung bukit menuju Pelabuhan yang sudah tak jauh dari pandangan mata. Zhi Yang yang sudah lengkap dengan peralatan berdiri menegak. Kostum lelaki yang ia gunakan kali ini sangat begitu asing.
Wajahnya segera ia tutupi dengan kain lembut yang terbuat dari sutra berwarna putih kecokelatan. Serasi dengan pakaian yang ia gunakan, yakni berwarna cokelat muda. Rambut yang terikat tinggi dengan gulungan berdiri tegak.
Sebuah topi rotan menutupi aksen dirinya. Kedua tangan kini saling menjatuh ke samping tubuh. Dengan tas lipatan, ia pun memajukan langkah dalam kepergian.
[Shan Mi, maafkan aku.]
Dalam hatinya bergumam.
Sorotan mata di balik kain yang tertutup elok menemani perjalanannya. Dia berjalan tidak lagi canggung, apalagi melambat. Celana panjang sudah memudahkan dirinya untuk melangkah.
Namun berhenti.
Zhi Yang membalikkan pandangan ke balik rerumputan yang memanjang di atas bukit.
[Aku akan kembali, aku berjanji!]
Dalam hatinya sekali lagi berkata-kata.
Ia pun kembali berbalik sembari menggenggam tangan bulat-bulat, mengiringi langkah kepergiannya.
Zhi Yang berhenti sembari menatap rerumputan yang dipenuhi dengan bunga Aster putih membentang luas. Salah satu tangannya meraih bunga dengan perlahan.
Warna itu menyejukkan matanya sejenak, lalu kembali melangkah dengan pandangan melurus membawa segala niat yang ia pendam.
Sorotan matahari pagi terus menerobos ke balik-balik bunga Aster bermekaran. Embun terabaikan lalu menetes lenyap. Kering, membiarkan mereka mekar lalu berayun-ayun lambat.
Dari balik punggung Zhi Yang berada, dirinya mulai memasuki area Pelabuhan yang sudah dipenuhi dengan orang-orang. Para pria yang memikul beban di atas pundaknya, seorang ibu-ibu yang merangkul bakul di samping pinggang.
Zhi Yang menatap dan terus melangkahkan kakinya menuju dermaga kota Thianshui. Sorak keramaian pagi mulai berkumpul di satu Pelabuhan tersebut.
Dirinya berhenti tepat di depan seorang pria yang sedang memungut uang masuk ke dalam kapal. Zhi Yang menyerahkan beberapa koin kepada si pria. Bulat, agak persegi di setiap sisi, memiliki lubang di tengah-tengah koin. Namanya adalah koin Tang.
Pria itu mengangguk sambil mengacungkan tangan ke atas kapal. Zhi Yang pun menaiki anak tangga menuju badan kapal yang masih bertengger di pinggir sungai panjang.
Beberapa orang menduduki bagian ujung kapal sambil berkumpul berikut barang. Zhi Yang melirik dan terus mencari posisi yang paling nyaman. Dari ujung penglihatan, sebuah sudut kapal yang masih terlihat kosong.
"Di sana," gumamnya memajukan langkah.
Zhi Yang duduk di atas tumpuan kursi yang memanjang di antara sudut kapal.
"Hei, aku tidak percaya kalau dia melakukan itu," ucap dari salah satu pria baru tiba.
"Kau benar! Yang benar saja seorang wanita cantik dan seorang tabib bisa membunuh seorang nenek," sahut dari pria di samping pria tersebut.
Zhi Yang melirik dan memperhatikan sederet dari pembicaraan mereka.
"Lalu, bagaimana dengan kabar tabib cantik itu?" tanya dari salah wanita kepada pria itu.
"Kudengar dia sudah kembali dengan selamat," sahut pria itu.
"Ada seorang bangsawan berketurunan kerajaan yang membantu dirinya," ungkap dari salah satu pria lagi.
Dari kelima pria dan dua orang wanita itu saling berkumpul membicarakan orang yang ada di hadapan dirinya. Namun, Zhi Yang sama sekali tak memperdulikan apa yang ia dengar. Dari balik tirai lembut menutupi mulutnya, terlihat lukisan senyuman yang mengukir wajah cantiknya.
Ia mendengar, tetapi tidak menanggapi dengan semua pembicaraan mereka. Dalam artian, dirinya sudah aman setelah kejadian yang kurang mengenakkan hati.
"Hah, itu dia orangnya!" sebut dari salah pria.
Dagu Zhi Yang terangkat ke arah yang ditunjuk oleh pria tersebut. Dua pria terhormat memasuki kapal dengan penuh keramahan.
Zhao Yang menampakkan suasana wajah yang begitu bercahaya. Zhi Yang terpengah melihat sosok pria yang baru saja disebut banyak orang.
Dua matanya melebar, tetapi tak berani menyapa.
"Tuan, tuan mau duduk di sebelah mana?" tanya Jing Mi kepadanya.
Zhao Yang melirik di segala ruangan kapal yang sudah terlihat penuh. Namun, pandangan matanya malah melirik ke arah Zhi Yang berada.
"Kurasa di sana! Masih terlihat kosong," sahut Zhao Yang menunjuk ke arah Zhi Yang.
Deg!
Zhi Yang yang duduk seorang diri kini mulai sedikit kurang nyaman. Pria yang menjadi teman kecilnya kali ini berpapasan tanpa menyapa. Akankah Zhao Yang mengenal sosok dirinya kali ini?
"Baik, Tuan!" sahut Jing Mi tegas.
Keduanya berjalan mendekati Zhi Yang yang masih duduk manis di kursi sudut kapal.
Zhao Yang mengambil posisi duduk tepat di samping dirinya berada. Zhi Yang yang masih menatap lurus perlahan melirik ke samping dirinya. Zhao Yang membalas lirikan yang ia lakukan, sehingga keduanya saling menatap tanpa mengenal.
"Hm," sapa Zhao Yang dengan sebuah senyuman.
[Kurasa dia tidak mengenaliku.]
Dalam hati Zhi Yang bergumam.
[Bagus! Ini penyamaran yang luar biasa.]
Lanjutnya dalam hati.
Zhi Yang kembali memperkuat tatapannya ke depan pandangan dengan sebuah ketenangan.
Byuuur!
Tali besar terlepas dari jangkar besar yang sempat menahan kuat. Kapal itu pun mulai berlayar dengan tenang.
Namun, Zhi Yang masih menampakkan keringat dingin yang menetes ke pinggir keningnya.
"Tuan, sebaiknya tuan duduk di sebelah sini," tawar Jing Mi.
Zhao Yang menoleh ke arah pengawalnya, "Hm, tidak usah! Tidak ada orang jahat di sini, kau tenang saja!" kelitnya lalu menatap ke hadapan kembali.
"Ehem!" deham Zhi Yang mendengus kurang nyaman.
Zhao Yang menoleh ke arahnya dengan menaikkan alis. "Oh, maafkan pengawalku soal tadi. Dia tidak ingin aku terluka," sebutnya basa-basi.
Zhi Yang tak menjawab, tetapi meranggul agar tidak terlihat kasar maupun sombong.
Zhao Yang terus menatap dan memperhatikan Zhi Yang dengan saksama. Dari atas hingga ke bawah, tubuhnya memang tak seperti lelaki pada umumnya. Akan tetapi, pakaiannya mirip seorang pria.
"Kau asli Thianshui?" tanya Zhao Yang penasaran.
Zhi Yang tak menjawab, tetapi masih fokus ke pandangan menyamping.
Tiba-tiba, kapal mulai bergoyang kuat ketika memasuki sungai yang melebar dan membentang luas. Sontak, Zhao Yang kembali terdorong hingga menyentuh tubuh Zhi Yang secara tidak sengaja.
"Akh!" rintih Zhao Yang mendorong tubuh Zhi Yang yang tersungkur ke badan kapal. Kini, keduanya saling menatap lurus. Dua bola mata saling mengedip tak beraturan, Zhao Yang menatap penuh lalu mengerutkan kening seakan mengenal siapa dia.
"Kau menekan tubuhku terlalu kuat," keluh Zhi Yang datar.
Dirinya mengubah suara agak mengental, sehingga tidak mudah diketahui oleh mereka. Namun, Zhao Yang masih saja melirik lalu ingin menarik dari tirai yang menutupi wajahnya.