Negeri yang mirip dengan papan catur ini, Zhi Yang terus berjalan berliku-liku mengelilingi pasar raya di setiap jalanan. Keramaian menghantui kota Chang'an masa itu. Tiba-tiba dirinya berhenti pada sebuah rumah makan kecil yang ada di sudut jalanan.
Dalam kantong ikan kecilnya terlihat beberapa koin untuk menjalani hidup. Namun, pandangan matanya mengarah dimana orang-orang mulai memasuki rumah kecil tersebut. Dengan segala keberaniannya, ia pun langsung menjajah rumah makan tersebut.
Satu langkah tiba di depan pintu, terpampang jelas para manusia berdesak-desakan untuk mendapatkan porsi makanan. Zhi Yang mulai mengantre di antara banyaknya orang tersebut.
Satu per satu orang mulai memesan, kemudian pergi ke meja makannya. Sekarang, giliran Zhi Yang untuk memesan apa yang akan dimakan olehnya.
"Kau mau apa, Tuan muda?" tanya si pelayan wanita kepadanya.
"Aku minta bubur darah sapi saja," pintanya perlahan.
"Baiklah, tunggu sebentar!" sahut si pelayan.
Zhi Yang mulai melirik ke segala ruangan yang sudah dipenuhi dengan banyaknya umat manusia. Satu meja kecil kosong menjadi pilihan dirinya, berada di sudut ruangan. Kakinya melangkah untuk mendapati kursi istimewa tersebut.
Sayangnya, satu orang pria berpakaian kumuh lebih dahulu duduk menduduki kursi itu. Raut kecewanya mengukir diri karena tidak bisa mendapatinya lebih dulu. Kini, Zhi Yang mulai memusingkan pencarian.
"Tuan muda, kau mungkin butuh tempat duduk?" tawar seseorang dari balik punggungnya.
Sebuah meja yang sudah diisi dengan satu keluarga besar menawarkan dirinya untuk duduk. Zhi Yang merundukkan pandangan hormat sembari menutup malu.
"Apa kalian tidak keberatan?" tanya Zhi Yang ragu-ragu.
"Lihatlah sekeliling? Tidak ada bangku kosong lagi," sahut dari salah satu wanita tua kepadanya.
Dengan penuh semangat ia segera merebut kursi yang masih tersisa satu tersebut. "Terima kasih," ucapnya hangat.
Satu meja makan kini dipenuhi dengan banyaknya pesanan. Namun, Zhi Yang hanya berupa semangkuk bubur darah sapi. Dilihatnya mereka sangat berbeda dari dirinya. Salah seorang wanita yang duduk di samping dirinya mengapit satu lembar daging kepada dirinya.
"Ini untuk tuan muda, makanlah!" sebut si wanita paruh baya itu.
Zhi Yang meranggul hormat seraya mengucap, "terima kasih, Nyonya!"
"Tidak masalah," sahut si wanita itu melempar senyuman hangat.
"Nah, mari kita makan bersama!"
Zhi Yang memperhatikan satu per satu orang yang ada di sini. Dari mereka yang hendak menduduki kursi berusaha membisikkan sesuatu ke depan wanita tua itu. Ternyata, dia sudah lebih dari 70 tahun. Merayakan hari jadi bersama keluarga besarnya.
Zhi Yang terus melahap buburnya bersama daging pemberian dari si wanita tadi. Tanpa menunggu lama, ia pun menghabiskan dari sisa terakhir di mangkuk. Kini, sudah terlihat bersih dan mengenyangkan.
"Terima kasih sudah memberiku tumpangan makan," pungkas Zhi Yang beranjak.
"Oh, iya sama-sama," sahut dari wanita tua itu.
Zhi Yang akhirnya bisa lebih lega setelah mengisi perut kosongnya. Sementara perjalanan masih akan terus berlangsung hingga berhari-hari. Perlengkapan di balik punggung telah siap menemaninya untuk mengobati siapa saja.
Langkahnya mengguyur ruangan menuju pintu keluar. Pandangan matanya mulai menerawang ke seluruh penglihatan kota ramai dan megah ini.
Zhi Yang menghentikan langkahnya, dimana satu lorong menuju kepulangan tempat semasa ia kecil.
***
Suara jeritan terdengar dari ujung jalanan ketika Shan Mi terus mengejar dirinya.
"Nona, jangan terlalu cepat larinya!" seru Shan Mi tak menyerah untuk mengejarnya.
Zhi Yang melihat dirinya kecil di masa itu dengan baju hanfu berlari cepatnya.
"Hahaha," kekehnya si Zhi Yang kecil.
***
Tiba-tiba, dirinya terperanjak bahwa ia sedang melamunkan masa lalu. Kepalanya menggeleng sesaat, kemudian memasuki lorong jalanan tersebut. Akhirnya, yang ia rindukan sudah di depan mata. Langkahnya terhenti di depan gerbang tinggi yang dikelilingi dengan pagar tembok kokoh.
Namun, tidak ada yang terdengar suara menanti hanyalah sebuah kekosongan berdebu. Dengan memberanikan diri, ia pun mendorong gerbang yang sudah sedikit tertutup tersebut.
Kini, ia sudah menjajahi halaman depan rumah yang dipenuhi dengan taman tidak terurus. Dari beberapa bangunan rumah yang berderetan ini sangat kumuh dan kotor. Zhi Yang mengelilingi halaman pertama, dimana dijadikan pertemuan untuk pengobatan.
Di sudut dinding pagar masih ada pintu menuju rumah belakang. Zhi Yang memberanikan dirinya untuk memasuki gerbang yang sudah terbuka sedikit tersebut. Penampilan kedua dari halaman rumah yang sebenarnya. Berlumut, usang, dipenuhi dengan sarang laba-laba.
Zhi Yang mulai menerawang masa lalunya dari depan pandangan.
***
Zhi Yang kecil kembali hadir di depan ibunya yang sedang memarahinya.
"Zhi Yang, dari mana saja kau ini? Kami mencarimu ke mana-mana, tetapi kau menghilang begitu saja? Beraninya kau lari ketika aku sedang marah padamu?!" jerit ibunya dengan emosi membuncah.
"Ibu, kenapa ibu memarahiku? Aku baru saja kembali, kenapa ibu mendorongku begini?" keluh Zhi Yang memperlihatkan tegangnya.
"Zhi Yang, jangan lari kau!!" seru ibunya berhenti tiba-tiba.
Zhi Yang terpelangah ketika menatap dua bola mata yang indah itu berada tepat di hadapannya. Keduanya sama-sama terjatuh dan tertimpa oleh tubuh Zhi Yang. Si anak lelaki membeliak tegang ketika tubuh Zhi Yang sudah di atas tubuhnya.
Shan Mi mendelik terkejut sembari beranjak sambil membantu keduanya berdiri. Shan Mi membungkukkan tubuhnya di hadapan anak muda tersebut.
"Hah? Maafkan aku, Tuan muda Zhao Yang," sebut Shan Mi penuh dengan kekhawatiran.
***
Lalu, dia mengingat kembali masa ketika dirinya pertama kali bertemu dengan Zhao Yang kecil. Zhi Yang merundukkan pandangan lesu, menarik kembali posisi tubuhnya untuk meninggalkan seisi halaman rumah yang sudah terlihat kotor.
Dirinya tak sanggup melintasi segala penjuru rumahnya. Kenangan lama terus mengukir hidupnya semasa ia di dinasti ini. Zhi Yang keluar dari gerbang terakhir dengan nada meringis bersama kekalutannya.
Kemudian berjalan melintasi lorong tidak untuk kembali lagi.
Namun, di balik punggungnya berada terlihat seorang pria agak tua sedang mengawasi dirinya diam-diam. Akan tetapi, Zhi Yang bahkan tidak menghiraukan siapa dan di mana?
[Aku harus mencari tuan Yi]
Pikirnya dalam hati.
Dengan segala langkah menuju orang yang dikenalnya di waktu kecil. Ia pun bergegas pergi menuju pencarian seseorang.
Dari tengah hingga ke ujung papan catur, dirinya berdiri di ujung jalanan menuju hutan. Desa kecil yang ingin ia cari. Langkahnya menyusuri hutan kecil yang ditumbuhi dengan banyaknya pohon bamboo. Beberapa anak panda melintas dan berayun-ayun di setiap tiang pepohonan.
Zhi Yang terus melirik dan memperhatikan di segala penglihatannya dengan kehangatan. Akhirnya, yang dicari cepat ditemukan. Desa kecil tiba di depan matanya. Dari banyaknya gubuk reok dipenuhi dengan luasnya perkebunan.
Zhi Yang terus melangkah menuju desa terpencil tersebut. Dirinya berhenti sambil melihat semua orang yang hendak menyambut dirinya tiba.