Chereads / The Sun and The Curse / Chapter 28 - Now in Chang'an.

Chapter 28 - Now in Chang'an.

Kedua mata Zhi Yang memelotot tajam lalu menaikkan alis secara spontan. Namun, tak menghentikan Zhao Yang untuk segera menarik kain penutup wajahnya.

"Itu, di sana!" tunjuk Zhi Yang mengacung tinggi.

Sontak, Zhao Yang terkinjat saat mendengar seruan dari pemuda yang tidak dikenalnya itu. Tubuhnya terayun bebas sembari memosisikan duduk dengan tegak dan tenang. Di antara pandangan depan mata, ada banyaknya orang yang memperhatikan keduanya dengan mata menjelengar.

"Ehem!" deham Zhao Yang bertingkah seolah-olah tak terjadi apapun.

Hampir saja! Dirinya ketahuan dari penyamaran kali ini. Zhi Yang membelokkan posisi menatap sungai panjang agar tidak memperhatikan dari para awak kapal lainnya.

Sementara Zhao Yang perlahan melirik ke arah yang menurutnya adalah seorang pemuda. Lantas, bertanya dalam hati.

[Siapa pemuda ini?]

"Tuan, sebaiknya Anda duduk di samping saya," usul Jing Mi beranjak.

Dirinya meminta sang tuan untuk menduduki posisi Jing Mi berada, sedangkan ia mengambil posisi si tuannya duduk tadi. Keduanya telah usai berganti posisi. Jing Mi sesekali melirik pandangan ke punggung pemuda yang sedang duduk tenang itu. Lalu, tanpa rasa khawatir, ia pun memalingkan wajah menatap ke depan pandangan.

Perjalanan kini berlangsung, dimana jarak sudah semakin tak terhitung. Zhao Yang melirik salah satu bungkusan kotak yang ada di samping Jing Mi berada. Sebuah kotak sebagai bekal dari kepulangannya. Ia malah tersenyum ketika melirik kotak yang dilapisi dengan kain sutra berwarna hijau muda tersebut.

***

Keadaan yang sangat berbeda dari perairan sungai yang sangat panjang. Di atas bukit masih tampak rumah beraksen kebudayaan Cina. Shan Mi memutar tubuhnya bahkan berkali-kali ke seluruh halaman rumah.

Kedua tangannya mulai resah ketika dirinya tidak mendapati dari salah satu anggota keluarga.

"Haduh, di mana Wu Yang?" keluhnya, sambil memutar-mutar rasa pening yang belum juga kembali.

Beberapa dari mereka berhenti mengerjakan sesuatu akibat kejadian yang tidak mengenakkan di pagi hari. Fei Ong mendekati Shan Mi sambil menepuk bahunya secara perlahan.

"Tenangkan dirimu! Kita sudah berusaha mencarinya ke mana-mana, tetapi tidak juga ketemu," tutur Fei Ong memberi harapan ketenangan.

Shan Mi memutar pinggangnya dengan menaikkan alis meninggi ke arah si tabib tersebut.

"Jika terjadi sesuatu pada nona, maka kita adalah tanggung jawabnya!" seru Shan Mi merasakan keresahan tingkat tinggi.

"Tunggu!" sebut Shan Mi menghentikan segala rautnya. Mematung perlahan, lalu mengacungkan salah satu tangan menatap pria yang ada di depan mata.

"Tidak mungkin," lanjutnya lagi.

Fei Ong disuguhkan dengan perkataan yang tidak dimengerti oleh mereka. Semua orang akhirnya memutar badan lalu beranjak kembali beraktivitas. Kini yang tertinggal hanya dia dan dua pria.

Fei Ong dan Dai Ang. Dua pria yang selalu setia pada si tuan, nona, bahkan sahabatnya itu—Shan Mi.

"Apanya yang tidak mungkin?" tanya Dai Ang mengernyitkan dahi.

Shan Mi memelotot luas ke masing-masing wajah kedua pria tersebut. Lalu, salah satu tangannya menarik kedua dari baju mereka dengan kasar.

"Dia kembali ke tempat kelahirannya," bisik Shan Mi.

Dua pria akhirnya terlonjak dengan kejutan yang diucapkan Shan Mi secara jelas. Dengan sepakat, menengadahkan kepala mendatar ke balik punggung wanita itu.

"Nona!!"

Keduanya menjerit lantang, memperlihatkan kecemasan yang bahkan tidak bisa mengurung niat untuk tidak menghiraukan. Dengan cekatan, kedua pria itu mengangkat kaki menuju pelarian menuju tembok kamar milik nona tuannya.

Masing-masing melawan arus pelarian bersama, demi mencari salah seorang yang paling berharga untuk mereka.

"Nona, apa nona ada di dalam?!" seru Fei Ong cemas.

"Hei!!" tegur Shan Mi mengikuti mereka yang berlari sudah layaknya anak kucing mencari susu.

Kedua pria itu membalikkan badan seraya memperlihatkan raut yang penuh kejutan tersebut.

"Kenapa?" Wajah Dai Ang memucat.

Kedua tangan Shan Mi bersedekap sambil menyipitkan mata.

"Kalian harus mengejarnya," sebutnya santai.

Kedua pria itu saling menatap heran, dengan mengacungkan masing-masing tangan untuk diberikan satu permintaan. Tidak ada yang berani mengacungkan tangan tinggi-tinggi, melainkan hendak saling melempar untuk memutuskan pergi.

***

Kapal layar akhirnya tiba di kota megah bernuansa dinasti Tang masa itu. Kota yang menjadi kebanggaan dirinya bahkan orang banyak sudah di depan mata. Berlabuh senyap di pinggiran Pelabuhan yang begitu ramai.

Negeri yang berbentuk papan catur telah hadir menyambut kehidupan mereka.

Para pedagang mulai wara-wiri berganti posisi. Semua orang disuguhkan dengan beberapa transaksi jual-beli. Zhi Yang mulai mempersiapkan diri untuk segera menuruni kapal di antara orang banyak.

Sementara Zhao Yang dikawal dengan baik oleh salah seorang pengawal setia—Jing Mi.

Dirinya bersembunyi di balik punggung mereka berdua yang akhirnya singgah pada dermaga megah kota ini.

Matanya menerawang ke segala arah demi sebuah keamanan pribadi. Ia pun berhenti setelah napak kaki menuju penglihatan kota tersebut.

[Aku harus mencari teman pamanku dahulu.]

Keputusannya dalam hati mulai tak goyah untuk melangkah. Di satu sisi, matanya malah menatap seorang pria gagah berani. Zhao Yang disambut kental oleh penduduk sekitar dengan ramah.

Senyuman di balik tirai penutup wajah tampak mempesona. Ia pun sempat mematung kagum ketika pandangan mata mulai mengawasi pria bernama Zhao Yang tersebut.

Seketika dirinya terkinjat ketika Zhao Yang tak sengaja menoleh ke arahnya. Sontak, matanya terhenti menatap sesaat, memalingkan wajah menutup mata perlahan.

[Apa dia melihatku?]

Zhi Yang benar-benar dikejutkan dengan pandangan mata Zhao Yang dari jauh.

Deg!

Jantungnya terasa berdegup kencang setelah pertemuan terakhirnya di kapal tadi.

Dari kejauhan, Zhao Yang mendapati penglihatannya pada seorang pemuda di kapal. Matanya memandang lurus mengikuti langkah Zhi Yang yang menyerupai pemuda tersebut. Dalam tatapannya, bahkan tidak menghiraukan orang-orang yang sedang berbincang dengan dirinya.

"Hhmm, Tuan?" tegur Jing Mi sembari menyenggol sedikit dari lengannya.

Sontak, Zhao Yang terperanjak setelah dikejutkan oleh si pengawal pribadinya.

"Oh, ya! Sampai di mana tadi?" sahut Zhao Yang kembali memfokuskan diri pada pria tua yang hangat dalam perbincangannya.

"Kalau begitu, aku permisi dulu, Tuan muda! Kami harus menunggu kapal selanjutnya, untuk menerima barang dari Persia," sahut pria tua berjenggot panjang tersebut.

Zhao Yang menyahut dengan sangat hormat sembari merundukkan pandangan sedikit. "Ya, Tuan!" sahutnya ramah.

Zhao Yang kembali pada penglihatannya di sebelah kiri. Tampak dari kejauhan, si pemuda yang menurutnya sangat aneh telah pergi dari lokasi tersebut.

"Tuan, mari kita lanjutkan perjalanan!" pinta Jing Mi hormat.

"Oh, baiklah!" sahut Zhao Yang mengembalikan tatapannya.

Tidak terduga, kalau Zhi Yang ternyata bersembunyi di balik pohon besar lalu memperlihatkan diri dengan merunduk lesu. Matanya penuh dengan sebuah pengharapan setelah pertemuan.

"Aku tidak akan bisa menerima masa lalu lagi," gumamnya dalam ketegasan.

Wajahnya terdongak perlahan sambil menatap keramaian yang ada di sudut Pelabuhan kota Chang'an.