Zhi Yang masih terbaring pingsan, ketika dirinya melihat sosok pria tanpa rupa yang sempurna. Namun, bola mata merah itu memancarkan suasana seram sekaligus menakutkan.
Akan tetapi, nona Zhi Yang tak kuasa menguatkan ketakutan yang baru saja terjadi. Hingga membuatnya tersungkur dari kejutan yang tidak terduga.
Beberapa pria melewati penjara kayu sembari menatap nona Zhi Yang. Dua pria saling menoleh, "Hei, ada apa dengan gadis itu?" tanya salah satunya.
"Eh, biarkan saja! Tuan melarang kita untuk menegur pelaku," sahut dari salah satunya.
"Kalau begitu, ayo kita pergi saja!"
Keduanya memutuskan untuk bergegas dari hadapan Zhi Yang yang terbaring lemah tak berdaya. Bukan karena sebuah hantaman keras ataupun sebuah pukulan. Akan tetapi, penampakan menyeramkan membuatnya tertegun jatuh.
***
Di balik ujung pedesaan, masih terlihat dua pria terhormat mengelilingi rumah si target pembunuhan tersebut. Zhao Yang melirik wajah Jing Mi untuk diberikan sebuah pengarahan. "Kita harus bertemu dengan pria tadi," putusnya.
"Hm," sahut Jing Mi tegas.
Zhao Yang membalikkan badannya bersama dengan Jing Mi yang selalu siap siaga.
"Tuan," lirih dari seorang wanita.
Sontak, keduanya terkinjat lalu berbalik. Seorang wanita paruh baya menghampiri Zhao Yang dengan penuh ketakutan.
"Kau pelayan di rumah ini?" tanya Zhao Yang keheranan.
"Ya, hanya aku yang tersisa. Ceritanya panjang," ungkap wanita itu.
Zhao Yang memperhatikan raut cemasnya dengan bercucuran deras dari keringat yang menyelinap di balik pipi dan keningnya.
"Kita harus mencari tempat, di sini mungkin berbahaya," usul Jing Mi.
"Ya, kau benar!" sahut Zhao Yang tegas.
Akhirnya, dengan sebuah usulan dari si pengawal Zhao Yang. Mereka pun menyelinap keluar dari sana. Dimana sebuah investigasi baru saja dikerahkan oleh beberapa pasukan tim bersama si hakim itu sendiri.
Ketiganya mulai membungkukkan tubuh sambil melindungi diri tanpa harus menampakkannya.
"Ayo cepat!" seru dari si hakim memasuki pintu si rumah korban.
Zhao Yang mulai memperhatikan si pelayan bersamaan dengan Jing Mi yang hanya mengangguk yakin. Ketiganya beranjak dan hendak meyakinkan kepergian selanjutnya.
"Aku bisa menunjukkanmu tempat tinggal orang-orang tadi," putus Jing Mi dengan tegasnya.
"Hm, ayo!"
Ketiganya berjalan menyusuri pasar hingga menyelinap di balik beberapa bangunan tinggi layaknya ruko-ruko panjang.
Langkah Jing Mi berhenti pada satu titik bukit, dimana dirinya akan mengarah ke tempat balai desa bukit, yakni tempat tinggal para Tabib.
"Ayo!" ucap Zhao Yang memajukan langkah.
Ketiganya mulai mengiringi langkah menuju sisi bukit, sedangkan si pelayan wanita itu berusaha semampunya untuk mengikuti kedua pria tersebut.
Pada akhirnya, perjalanan pun dihentikan ketika mereka memandang satu tempat tinggal yang sudah dikelilingi oleh tembok pagar setengah badan.
"Di sana, Tuan," sebut Jing Mi.
"Ayo kita cari," putus Zhao Yang.
Ketiganya mulai memasuki ruang halaman depan, dimana duduk sambil berbicara tentang wanita itu—Zhi Yang.
"Siapa kau?" sapa dari salah pria kepada mereka.
Beberapa pria beranjak lalu memperhatikan sisi terhormat dari pria tersebut.
"Kami ingin mencari pria yang tadi," ungkap Zhao Yang kepada mereka.
"Tunggu!" seru dari salah pria di balik punggung yang berdiri.
Terlihat tiga pria dan satu orang wanita itu sebagian dari si pelayan dari Zhi Yang. Akan tetapi, Zhao Yang sontak terbelalak ketika dirinya menatap raut yang mungkin ia kenal itu.
Namun, Zhao Yang merasa pusing ketika pikirannya harus terbawa sebuah ingatan. Salah satu tangannya memegangi perlahan badan kepala.
"Hah, Tuan. Anda baik-baik saja?" tanya Jing Mi khawatir.
Zhao Yang mendongakkan wajahnya ke depan untuk memperlihatkan bahwa ia baik-baik saja. "Ya, aku baik-baik saja," sahutnya. "Mungkin, dia hanya mirip di sepuluh tahun yang lalu," gumamnya dalam hati.
"Kaukah itu, Tuan? Tuan berada di biro keamanan tadi," sebut dari Shan Mi penasaran.
Zhao Yang mengangguk perlahan, sembari membalikkan badan menatap wanita yang ada di dekatnya. "Kita mulai darimu," sebutnya.
Si pelayan wanita itu memajukan langkah tepat berdampingan dengan Zhao Yang untuk memberikan satu kepastian.
"Nona Wu Yang terperangkap pada pelaku itu," ungkap si wanita itu.
Sontak, semua orang terpelangah ketika dirinya mengungkap apa yang terjadi.
"A-apa maksudmu?" lontar Shan Mi terheran sekaligus bingung.
"Hei, dia ini kan pelayan dari rumah nenek itu," sebut Fei Ong menunjuk.
"Nona Wu Yang lebih dulu masuk ke dalam. Padahal nona ingin memeriksa kondisi penyakitnya yang masih terbilang lumayan dari sebuah kesembuhan. Tapi, dia terperangkap pada pria itu," beber si wanita.
"Hei, kalau kau sudah mengetahuinya. Kenapa kalian tidak bersaksi untuk dirinya?!" seru Shan Mi kesal.
"Hanya aku yang tersisa," keluh si wanita gemetar.
Zhao Yang melihat gerak-gerik si pelayan itu terasa gemetar sekaligus takut. Ia pun mulai meminta si pelayan budak itu untuk memundurkan langkahnya.
"Hanya dia yang tersisa dari pelayan yang sudah dibawa oleh pelaku itu," sambung Zhao Yang merelainya.
"Jadi, bagaimana dengan kebebasan nona nanti, Tuan?" tanya Shan Mi khawatir.
"Dengan pelayan ini," sebutnya menunjukkan.
"Hah?!" sergah si wanita itu gemetar. Wajahnya mendongak cepat dengan keringat dingin yang menyelinap ke seluruh kening dan pipinya.
"Aku akan segera dihukum oleh si pelaku," ungkap si wanita.
"Tenang saja! Aku yang akan bertanggung jawab. Aku akan membebaskanmu dari pria itu," putus Zhao Yang dengan bijak.
"Terima kasih, Tuan muda! Kau orang yang sangat baik," ucap si pelayan budak tersebut.
Zhao Yang menganggukkan kepala sembari melirik senyum ke arah semua orang.
***
Tiba di sebuah dinding mewah, dengan tempat tidur yang nyaman. Dirinya terbaring dengan sangat nyaman. Zhi Yang dengan rupanya yang sangat tua dengan kerutan menumpuk di bagian di bawah mata, di balik kening.
Terbaring dengan sangat lemah. Seseorang memasuki pintu kamar ruangan masa depan itu mendekati Zhi Yang.
Ibunya duduk menghampiri sembari menatap khawatir dari rupa si putri sulungnya.
"Anakku, kenapa dirimu malang sekali??" lirih QianFan menutupi dua bola matanya.
Salah satu tangannya meraba perlahan di bagian lengan Zhi Yang. Jemarinya mulai bergerak ketika merasa sentuhan hangat dari sang ibunda tercinta.
"Ibu," lirih Zhi Yang membukakan matanya.
Kini, penglihatan Zhi Yang mulai sadar kalau ia sudah berada di masa sekarang kembali. Dirinya menatap curiga sekaligus tak percaya dengan apa yang sudah terjadi padanya.
"Ibu, aku di mana?" tanyanya mulai curiga.
Seluruh penglihatannya benar-benar dikejutkan kalau ia kembali pada masa sekarang. Tubuhnya terangkat perlahan di hadapan ibunya yang mulai bersorak bahagia.
"Zhi Yang, kau baik-baik saja?" tanya sang ibu membelai rambut si putrinya.
Zhi Yang menatap raut sang ibunda yang dipenuhi dengan rupa tangis lagi sendu memilukan.
"Kau ada di kamarmu," ungkap si ibunya.
Zhi Yang terbelalak ketika dirinya meraba seluruh tubuhnya benar-benar nyata. Bahkan kedua tangannya meraba pipi dengan mata memelotot lebar.