Semakin redup dari sinar jingga yang berada di ujung penglihatan. Terlihat langkah seorang gadis menyoroti seluruh jalanan dengan jarak pandangan lesunya. Diikuti oleh beberapa pengikut setianya.
Tiga dari pelayan setia dan satu sebagai saksi mata. Sementara yang terbebas menjadi budak sudah pergi menyusul dari tuan mereka. Siapa lagi, kalau bukan tuan Zhao Yang itu sendiri.
Zhi Yang hendak membungkukkan badannya hendak gontai perlahan melemah. Dimana penglihatan terus mendahuluinya menuju kepulangan.
Jembatan penyeberangan telah terlihat dari depan matanya, sedangkan empat dari mereka sudah mendahului dirinya dengan pandangan bahagia. Zhi Yang menghentikan langkahnya sembari membalikkan penglihatan ke balik punggung.
"Wu Yang," lirih Shan Mi ke arahnya.
Sontak, kepalanya terkinjat sambil memutar ke sumber suara yang memanggil. Nadanya terpanggil oleh seruan hangat dari seorang yang paling dikenalnya.
"Ayo, kita harus segera kembali, Nona," ulang Shan Mi lagi.
"Hm," sahut Zhi Yang meranggul sepi.
Dirinya mulai menegakkan posisi untuk memajukan langkah mengiringi jembatan penyeberangan. Saat mata yang hendak melirik dan berjumpa, itulah yang ia inginkan untuk mengucap yang terakhir kalinya.
Bahkan, perasaan menutup dirinya pada satu kenangan yang tidak bisa terlupakan. Zhi Yang mempercepat langkahnya melewati gerbang tanpa pintu.
Dalam hati ia bergumam.
[Sebaiknya, aku melupakan masa lalu. Aku harus kembali ke kota itu lgai, untuk sebuah penyelidikan.]
Lanjutnya lurus dalam melangkah.
***
Di antara matahari yang telah tenggelam. Kini, berganti malam dengan cahaya bulan yang menyinari kegelapan. Zhao Yang duduk dengan memperhatikan satu buah kotak yang masih dibaluti dengan kain berwarna biru muda.
Tangannya mulai menurunkan kotak kecil, sebuah hadiah yang diberikan untuknya dari Zhi Yang. Teman kecil yang saling tidak mengetahui satu sama lain.
Kotak kecil mulai terlihat, terbuat dari papan kayu yang sudah memiliki cat berwarna cokelat tua.
Sebuah hiasan patung kecil berbentuk naga putih. Keramik kecil yang memperlihatkan sisi kemenarikan dari warna serta bentuknya.
Zhao Yang meninggikan benda tersebut tinggi-tinggi. Tatapannya seakan melirik menyeluruh ke seluruh bagian tubuh keramik kecil tersebut.
"Oh!" sergah Zhao Yang menurunkan keramik tersebut sembari melirik ke bagian bawah.
Sebuah gulungan kertas terlihat di ujung kaki. Dengan cekatan, Zhao Yang menarik lalu meletakkan keramik itu ke samping tempat duduknya.
"Apa ini?" gumamnya sambil membuka gulungan.
Sebuah pinyin mandarin tertata rapi setelah kertas merentang luas. Mata Zhao Yang mulai melihat jelas dari beberapa deret kata dari sebuah puisi milik Zhi Yang.
[Matahari bersinar, seperti rembulan yang redup, bahkan seperti pancaran silau kehangatan. Matahari hanya terduduk manis, tetapi menunggu.]
Zhao Yang kembali menurunkan kertas lalu mulai berpikir. Memiringkan kepalanya, hingga tersenyum pelan di antara kesepiannya.
Pria tampan itu bahkan menunjukkan kegilaannya pada sebuah kata-kata. Bukan surat kecil, tetapi hanya berupa petunjuk. Zhao Yang membuka lengan baju, hingga memperlihatkan pita yang pernah menjadi pemberian dari Zhi Yang di masa kecilnya.
Meletakkan kembali kertas kecil, lalu membuka perlahan pita yang bergambar burung pipit tersebut. Matanya menyoroti dengan jelas, barisan bordir tangan yang begitu halus dan rapi.
Burung pipit dan bunga sakura kecil.
"Ini mungkin buatannya. Tapi, aku sudah tidak pernah menemukannya. Apa aku melupakannya untuk yang terakhir kalinya?" ucapnya sambil melirik kertas puisi santai yang diberikan oleh gadis tersebut—Wu Yang.
Atau yang lebih dikenal dengan teman kecilnya itu—Zhi Yang.
Zhao Yang menggulungkan pita yang selama ini mengikat pergelangan tangannya. Menyimpannya ke dalam kotak dari pemberian si gadis itu. Menutupnya, tetapi membiarkan hadiah tetap berada di luar.
Zhao Yang kembali melirik keramik berbentuk naga sembari gulungan kertas secara bersamaan.
"Jika aku tidak bisa menemukan masa kecilku, maka aku akan mencoba untuk mengenalmu," putus Zhao Yang berbicara seorang diri.
"Wah, tuan benar-benar memiliki keputusan yang sempurna!"
Tiba-tiba saja, Jing Mi memunculkan dirinya di balik punggung si tuannya. Zhao Yang terlonjak hingga membalik cepat dengan memperlihatkan dua mata yang mendelik lebar.
"Oho!" geram Zhao Yang merasa sedikit kesal.
Jing Mi menegakkan tubuhnya hingga terlihat gagah. Sembari membungkuk, ia pun mengambil posisi duduk di samping sang tuan berada.
Di tempat yang sama, di atas meja panjang yang memiliki luasnya untuk bersantai. Keduanya saling menatap sambil melirik benda pemberian dari Zhi Yang.
"Kau sudah melupakan gadis kecil itu?" tanya Jing Mi penasaran.
"Zhi Yang?" sebut Zhao Yang.
"Kau bahkan mengingat dengan jelas namanya," sahut Jing Mi menyahut.
"Hm, aku tidak tahu keberadaannya saat ini. Tapi, aku harap kami dapat bertemu segera mungkin," harap Zhao Yang.
"Aku ingin bertanya pada Tuan," usul Jing Mi merundukkan pandangan.
"Apa yang ingin kau tanyakan padaku?"
Zhao Yang mengernyitkan dahinya.
"Apa kau yakin kalau Zhi Yang masih hidup? Dia bahkan tidak bisa kita temukan hampir di setiap daerah." Jing Mi memulainya.
Zhao Yang berpikir keras untuk menjawab dari pertanyaan ini. Dirinya mulai memiringkan tubuhnya sambil mendengus panjang.
"Huuuft … apa yang harus aku jawab?" gerutu Zhao Yang dengan napas panjang.
"Mudah saja," sebut Jing Mi.
Zhao Yang mulai meliriknya kembali.
"Tuan hanya perlu melakukan dua hal, yang pertama; tuan harus menyimpan barang dari orang yang baru dikenal, kedua; tuan harus melupakan dari keduanya," usul Jing Mi.
Zhao Yang mengerutkan keningnya, seakan tak mengerti yang diucapkan oleh si pengawal setianya.
"Hei, apa maksudmu?" gerutu Zhao Yang mengerutkan kening.
"Intinya, tuan harus melupakan kedua-duanya demi kemajuan negeri," pungkas Jing Mi beranjak dengan sebuah penghormatannya.
"Hei, kenapa kau ini? Kenapa kau melarangku untuk menemukan wanita itu?" keluh Zhao Yang memperlihatkan gigi yang mulai merapat.
"Tuan, aku hanya menyarankan. Akan tetapi, jika tuan ingin meminta dukungan dariku, maka aku pasti akan membantu sepenuhnya," tutur Jing Mi memberi hormat.
Dari kedua pria yang saling memandang. Namun, satu tak berani menatap lurus, dan yang satu malah menatap tajam. Pribadinya terungkap, kalau misi perjalanan adalah seorang gadis.
Diiringi sebagai petugas yang melakukan tugas negara. Zhao Yang mengernyitkan dahi lalu beranjak tegak.
Menegak lalu menatap Jing Mi berada. Menyenderkan kedua tangan ke balik punggungnya, sambil merunduk tegas.
"Ehem! Maafkan aku, aku tahu kalau kita sudah melewati batas. Kedatangan kita ke sini bukan tujuan sebenarnya, melainkan malah saling berhenti pada misi," tutur Zhao Yang menyadari.
"Kita akan melupakan masa lalu, dengan gadis baru itu," putusnya lagi.
Jing Mi menaikkan pandangan dengan sangat meninggi. Pandangannya dipenuhi dengan sebuah ketegasan yang melekat.
"Tuan mulai menyadari semua ini, terima kasih atas kemurahan hatimu, Tuan!" ucap Jing Mi merunduk.
Zhao Yang menepuk pundaknya sekali, "Sudah lupakan! Besok, siapkan keberangkatan kita kembali ke Chang'an."
"Siap, Tuan!" tegas Jing Mi melebarkan senyuman.