CHAPTER 23
Be prepared for a variety of reasons, because crimes are in sight.
…
"Jadi?"
"Apa?"
Erica menatap kedua wanita di hadapannya dengan tatapan datar. Atas seizin Sean, ia menemui kedua sahabatnya. Apalagi, ia mengambil cuti mendadak untuk hari ini. Lebih tepatnya perihal mabuk yang membuatnya kesiangan, belum lagi hal romantis yang di berikan Sean untuknya, tentu saja itu tidak bisa di lewatkan, benar?
Vrans pun mengizinkannya mengambil cuti, lagipula memang Erica jarang sekali libur. Lagipula, Erica ini sangat giat dalam bekerja. Dulu, sebelum ada Sean yang menjadi sedikit obat bagi Erica yang gila kerja, wanita itu tak segan-segan masih bekerja di apartemennya seperti hari libur yang kembali di gunakkan untuk mengurusi tumpukan dokumen dan bukannya melepas penat.
"Apa kau bilang? Setelah menari di kerumunan laki-laki dan sekarang kau bilang 'apa' kepada kita?!" Xena berkata dengan heboh namun dalam volume suara yang masih normal, seperti orang berbicara pada umumnya.
Orlin pun ikutan kesal, apalagi melihat Erica yang tampaknya hanya memasang wajah datar tanpa ekspresi. Hei, itu sangat menyebalkan baginya. "Tidak meminta maaf, tidak menjelaskan, dan sekarang baru memunculkan diri setelah berjam-jam hilang. Kau kehilangan akal sehat?"
"Jangan terlalu kasar pada kekasih ku," dan tidak seperti harapan Xena dan Orlin kalau Erica akan berbicara panjang untuk hal ini, justru malah mendengar Sean yang mengeluarkan suara.
Ya, Sean juga ada di antara mereka bertiga. Sean tidak ingin Erica jauh dari pandangannya selagi ia tidak memiliki job untuk mengerjakan pekerjaan kotor yang melibatkan cipratan darah.
Xena cemberut karena Sean memperhatikan obrolan mereka, begiru juga dengan Orlin yang sudah mendumal di dalam hati. Beginilah jika laki-laki ikut masuk ke pembicaraan para wanita. Walaupun tidak ikut mengobrol, pasti menyimak dengan baik.
Erica meringis kecil dengan perkataan Sean, apalagi kini pinggangnya di tarik supaya duduk lebih dekat dengan laki-laki tersebut. Oke, terlihat sekali bagaimana posesifnya seorang Sean, bukan?
"Jangan ikut campur, aku hanya meminta waktu tiga puluh menit dan—"
"Dan sisa dua menit." Sean memotong perkataan Erica, supaya wanita itu mengingat perjanjian mereka.
Dan kini rasanya Erica ingin berteriak kesal. Bagaimana bisa ia memiliki hubungan dengan seseorang yang sangat tepat waktu seperti Sean? Tapi kalau di kilas secara ulang, dirinyalah yang menawarkan diri untuk menjadi wanita penting di kehidupan Sean, gosh.
"Diam, Sean. Lama-lama kau terdengar menyebalkan," dan yang menyahuti ini adalah Xena.
Padahal, mengingat kejadian lampau, Xela sangat takut dengan Sean. Ini bukan takut secara kepribadian, namun takut karena Sean lag yang ingin membunuhnya dengan sangat sadis, bahkan sampai mempersiapkan gudang tua yang penuh akan peralatan membunuh yang membuat Xena trauma kala itu.
Namun seiring berjalannya terapi juga telah melihat perlakuan Sean yang baik, Xena pun kini menatap Sean seolah seperti teman baiknya.
Sean hanya diam, setelah itu meletakkan kepalanya di bahu Erica dengan manja. Sedangkan Erica? Masih duduk tegak seolah tidak merasakan semburat malu kala Sean bersandar kepadanya.
"Sifat kalian seolah tertukar." dan yang berkata seperti ini adalah Orlin.
Sean mendengar, lalu langsung menegakkan tubuh dan mengajak Erica ikut beranjak dari duduk bersamanya. "Udah dua menit yang berarti udah menyentuh waktu setengah jam. Saya punya obrolan dengan Erica, sampai jumpa semua."
"Aku di culik Sean, itu jawabannya." dan Erica pun baru menjawab pertanyaan Xena yang bertanya mengenai kemana perginya ia saat di disko kemarin malam. Dan sekarang ia tengah mengikuti kemana langkah Sean membawanya.
…
"Rapihkan penampilan mu dan aku ingin membawa mu ke suatu tempat."
"Huh? Kau tidak mengatakan apapun kalau kita ingin pergi,"
"Dan aku juga tidak perlu mengunggu persetujuan dari mu. Ganti pakaian, atau aku yang merobek baju mu dan menggantikannya untuk mu."
Erica bergidik ngeri saat melihat aura Sean yang berubah, berubah menjadi sama seperti saat laki-laki tersebut menjalankan misinya. Entah apa Erica melakukan kesalahan, atau memang keadaan genting, namun yang pasti Sean sangat terburu-buru.
Mini dress yang pendeknt satu jengkal di atas lutut ini menjadi pilihan Erica, berwarna merah menggoda dengan di padukan heels berwarna hitam. Seperti yang di ketahui, Erica benci memakai dress. Namun sepanjang penangkapannya yang mengerti situasi, ia akhirnya tau kalau keadaan buru-buru seperti ini dan Sean menyuruhnya untuk bersiap dengan segera, itu artinya ia di haruskan memakai pakaian seperti dress.
Entah mereka akan bertemu dengan kolega besar, atau bahkan teman-teman kriminal Sean, ia tidak tau. Semenjak ia menjadi kekasih Sean, entah kenapa dari dirinya sendiri juga mendorong untuk berpenampilan menarik selayaknya wanita pada umumnya yang terlihat feminim.
"Bagaimana penampilan ku? Sudah kah sempurna?"
Dan hanya dengan waktu 10 menit, Erica telah rapi. Sudah memakai pakaian yang sangat sexy di mata Sean, bahkan dalam waktu sesingkat itu sudah menata rambut dan juga memoles kembali make up di wajahnya agar terlihat lebih fresh.
Sean yang melihat Erica dalam tampilan seperti ini selalu saja membuatnya terangsang, namun ia tahan agar tidak memakan waktu yang lebih lama.
"Aku berjanji akan mengajak mu berhubungan dewasa setelah selesai dari urusan ku."
Erica yang mendengar itu pun langsung saja memukul perut Sean dengan tas jinjing yang ia bawa. "Pembunuh bayaran macam apa yang mesum? Dasar laki-laki buaya darat!"
Erica pun akhirnya berjalan lebih dulu, meninggalkan Sean yang malah menggelengkan kepala karena melihat tingkahnya.
Sean melangkahkan kaki untuk menyusul Erica yang tampak berjalan lebih dulu dan melah meninggalkannya. "Erica! Tunggu aku!"
"Kau bisa berjalan, Sean! Gunakkan kaki mu untuk menyusul ku!" dan terdengar seruan Erica yang membalas teriakan Sean yang menyuruh untuk menunggui.
Semakin kasar Erica —kasar dalam artian cuek, tidak peduli, dan dingin—, maka akan semakin Sean merasa kalau Erica adalah wanita yang sangat sempurna dan spesial.
"Dia semakin menarik di mata ku,"
Begitu langkahnya sampai di lantai dasar, Sean melihat Erica yang seperti berdiam diri, tidak melangkah maju ataupun mundur. Seperti melihat apa yang tersuguh di halaman besar mansion miliknya ini.
"Ada apa, sayang?" Ia bertanya sambil masih melangkahkan kaki menghampiri kekasihnya.
Erica tidak menoleh, ia benar-benar terkejut dengan apa yang ada di luar rumah, seolah menghadang rumah ini. "Kau memesan sistem keamanan rumah selagi kita pergi? Karena ada banyak sekali orang yang mengelilingi rumah kita,"
Mendengat itu, Sean membelalakkan kedua bola mata. Ia buru-buru menghampiri Erica bahkan dengan berlari kecil, lalu melindungi tubuh mungil kekasihnya di belakang tubuhnya.
"James." Sean menggumamkan nama ini dengan kedua bola mata yang berkilat, entah apa yang dilakukan oleh laki-laki yang memiliki pekerjaan kotor sebagai mafia itu.
Erica diam, ia mendengar Sean menyebut satu nama namun ia sama sekali tidak mengenalinya.
"Jadi, dia adalah jalang yang kau maksud, Sean?"
…
Next chapter