Noda di baju Patrick sangat mencurigakan. Briella menyipitkan matanya dan menatap noda itu dengan saksama. Sepertinya itu adalah noda lipstik.
Semoga saja Briella salah. Setahu Briella, Patrick tidak memiliki kekasih. Ia baru saja putus. Untuk itulah, kenapa pria itu mengajaknya ke pesta prom.
Jika Patrick sudah memiliki kekasih, lantas mengapa ia tidak pergi saja dengan kekasihnya?
Berbagai pikiran mengganggu isi kepala Briella. Ia tidak ingin memikirkannya lagi. Sekali lagi, ia menekankan pada dirinya sendiri bahwa ia tidak benar-benar menyukai Patrick. Ia tidak berharap jika Patrick menyukainya.
Ah, meski Patrick mengajaknya untuk berkencan, sebenarnya Briella tidak akan pernah menolak pria itu. Briella pasti gadis yang sangat bodoh.
Apakah semua pria memang sulit untuk dipercaya? Briella bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
"Kamu baik-baik saja, El?" tanya Patrick sambil menoleh pada Briella yang tengah menyipitkan matanya menatap Patrick dengan matanya yang tajam.
Cepat-cepat Briella merubah ekspresinya. "Ah, aku baik-baik saja."
"Lalu kenapa kamu menatapku seperti itu?"
"Tidak apa-apa." Briella kembali menatap lurus ke arah jalanan.
Sebentar lagi, mereka akan tiba di gedung serba guna yang kerap kali dipakai untuk acara prom di kampus itu. Gedung itu sangat luas dan megah, sanggup menampung ribuan orang.
Meski begitu, peserta yang hadir mungkin tidak akan sampai seribu orang. Setidaknya, tempat itu akan cukup luas untuk para mahasiswa bisa berdansa.
Briella melirik ke spion; sepertinya mobil Jack menghilang. Seketika Briella merasa kehilangan. Seharusnya ia tidak berada di dalam mobil ini bersama Patrick.
Perasaan Briella jadi campur aduk setelah melihat sikap Patrick yang agak menyebalkan dan noda lipstik yang meresahkan itu.
Setibanya di parkiran gedung serba guna, Patrick turun tanpa menolong Briella untuk turun dari mobil. Ah sudahlah, pikir Briella. Lagi pula, ia bisa turun sendiri sambil meremas tas tangannya.
Patrick berjalan menuju ke bagian belakang mobilnya dan mengeluarkan sebuah jas dari sana. Hal itu membuat senyum Briella mengembang sedikit.
Setidaknya, Patrick tidak akan tampil kasual untuk acara prom ini. Jika sampai Patrick tampak sesantai itu, Briella akan malu sekali.
Ini adalah pertama kalinya ia ikut dalam acara prom kakak tingkat. Ini adalah saatnya bagi Briella untuk bersinar dan menunjukkan pada semua orang bahwa ia adalah salah satu mahasiswi yang … yang …?
Briella tidak tahu, haruskah ia merasa beruntung bisa ikut dalam acara ini ataukah ia malu?
Patrick menutup pintu bagasi mobilnya dan kemudian berjalan menghampiri Briella. Senyum Briella memudar saat Patrick hanya menambah jas sebagai outer. Ia masih tetap mengenakan kemeja dan celana jeans yang sama.
Lalu sepatu kets itu sangat mengganggu. Patrick seharusnya mengenakan sepatu pantofel. Briella pun mendesah.
"Kenapa?" tanya Patrick sambil melebarkan matanya.
"Tidak ada apa-apa," ucap Briella yang langsung memalingkan wajahnya.
Patrick pun segera menarik tangan Briella dan menggenggamnya erat. Mereka berjalan berdua menuju ke pintu masuk.
Briella ingin sekali melepaskan tangan itu, tapi demi menjaga gengsinya, Briella pun berserah pada keadaan.
Briella dan Patrick pun berjalan melewati detektor logam. Seorang petugas memeriksa isi tas Briella dan kemudian mereka pun masuk ke dalam gedung yang berpenerangan serba kuning. Lampu kristal yang menjuntai-juntai menghiasi langit-langit gedung.
Briella bisa mendengar musik pop yang sedang populer masa kini. Suasana di tempat ini begitu menyenangkan hingga membuat hati Briella seketika menjadi teduh.
Meski ia kesal karena penampilan dan sikap Patrick, tapi ia bisa mengatasinya. Jadi, Briella pun menegakkan tubuhnya sambil mengangkat dagunya.
Sesederhana apa pun penampilan Patrick, tapi wajahnya sangat tampan dan hal itu sudah cukup membuat para wanita iri melihat Briella. Bukan maksud Briella untuk sombong. Dan lagi, tak ada yang bisa dibanggakan dari Patrick selain ia tampan dan populer di kampus. Itu saja.
Selebihnya tidak ada yang menarik dari pria itu.
Briella mengedarkan pandangannya dan melihat-lihat. Ada banyak mahasiswa yang berpasang-pasangan sedang duduk dan mengobrol. Ada pula yang sedang memegang gelas minuman dan berbicang-bincang sambil berdiri di dekat pilar yang dihiasi bunga-bunga segar.
Penampilan para mahasiswa lainnya tak diragukan lagi, sangat mewah dan glamor. Briella bersyukur karena ia mengenakan gaun dari Lorenzo yang indah. Tampaknya, hanya Patrick yang berpenampilan santai.
Pria-pria lainnya mengenakan setelan yang mewah dan sepatu pantofel yang mengkilat. Jam tangan mahal melingkar di setiap pergelangan tangan pria-pria borju.
Briella kembali menatap Patrick dari atas ke bawah. Pria itu mengenakan jam tangan yang lumayan mahal dan sepatu ketsnya memang bukan sepatu abal-abal. Itu adalah sepatu limited edition yang sangat ngehits di kalangan anak muda.
Baiklah. Briella akan memaafkan penampilan Patrick.