Chereads / The Look Of Love / Chapter 37 - [Bonus chapter] 37. Patrick Yang Berengsek

Chapter 37 - [Bonus chapter] 37. Patrick Yang Berengsek

Harus Briella akui jika dekorasi di tempat ini sangat mewah. Tak heran jika kampusnya termasuk kampus yang elit dan bergengsi.

"El, kamu mau coklat tidak?" tanya Patrick. "Di sana ada kue coklat, sepertinya enak."

Patrick menunjuk ke arah timur dan Briella pun setuju. Mereka berjalan bersama-sama ke sana.

"Ini untuk kamu," ucap Patrick sambil menyodorkan coklat berbentuk hati dan berwarna ungu metalik.

Briella menerima coklat itu dan menggigitnya meskipun sebenarnya ia tidak rela. Ia baru saja menurunkan berat badannya agar terlihat lebih langsing dan kencang. Ia masih bisa merasakan betisnya yang pegal karena rutin lari pagi setiap hari.

Bagian dalam coklat itu ternyata terdapat kue coklat yang dipadu dengan biskuit yang renyah. Rasanya sangat nikmat dan tidak terlalu manis. Briella memejamkan matanya sambil menikmati coklat itu.

"Hmmm, enak sekali," ujar Briella.

Patrick mengangguk sambil tersenyum, lalu ia mengambil lagi coklat lain yang bentuknya bulat dan berwarna hijau. Ia menjejalkan coklat itu ke mulutnya tanpa ragu.

"Kamu mau lagi?" tanya Patrick dengan mulut yang penuh coklat.

"Ah, tidak usah. Sebenarnya, aku sedang diet," ucap Briella sambil tersenyum.

Tak berapa lama kemudian, lampu ruangan pun berubah meremang. Sang pembawa acara telah menempati podium dan kemudian membuka acara yang segera saja diramaikan oleh tepuk tangan dari seluruh peserta di tempat ini.

Briella ikut bertepuk tangan pelan dan dengan cara yang anggun. Ia menarik napas dalam-dalam dan menghirup aroma masakan yang menggelitik hidungnya.

Lalu pesta dansa pun dimulai. Patrick tidak tampak seperti yang hendak mengajak Briella untuk berdansa. Ia malah mengunyah-ngunyah coklat sambil menatap ponselnya. Sesekali ia terkekeh pelan seolah sedang menertawakan sesuatu yang lucu.

Briella mulai merasa kesal. Jadi, ia berdeham, sengaja membuat suara dehamannya seperti yang dibuat-buat.

Patrick pun menyadari teguran Briella. "Eh, El apa kamu mau makan sesuatu? Aku lapar sekali. Apa kamu suka salmon?"

"Hmmm, sepertinya semua orang sekarang sedang berdansa. Jadi, kenapa kita tidak berdansa, Patrick?" tanya Briella sambil menautkan alisnya.

"Ah, aku tidak suka berdansa. Kalau kamu mau berdansa, silakan saja."

"Apa?!" Briella terperangah. "Aku pikir kamu mengajakku ke sini untuk berdansa denganku."

"Jadi kamu benar-benar ingin berdansa? Dengan gaun dan sepatu itu? Apa kamu tidak merasa risih?"

Briella memberengut. "Aku tidak risih sama sekali."

Patrick mendesah. "Maafkan aku, El. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu kesal. Aku hanya ingin bersantai saja. Aku pikir kamu bukan tipe gadis yang suka berdansa."

"Lantas, kalau begitu, untuk apa kamu berada di sini?" Briella melipat tangannya di dada.

"Ini kan acara kampus. Aku hanya ingin makan dan bersenang-senang. Kamu tahu, kalau aku terjun ke sana," ucap Patrick sambil menunjuk ke tengah ballroom, "aku akan bertemu dengan dosenku. Mereka akan menegurku. Aku tidak nyaman jika harus berbicara dengan mereka."

Briella memutar bola matanya. "Ini acara prom, Patrick. Mereka mungkin tidak akan membahas tentang kuliah di sini."

"Apa kamu tidak lihat Ibu Regina di sana? Ah, dia itu adalah dosen paling killer di dunia. Aku tidak mau menyapanya." Patrick menggelengkan kepalanya.

"Oke," ucap Briella sambil menahan emosi. "Jadi, kamu hanya ingin diam di sini dan makan, begitu?"

Patrick tersenyum. "Sepertinya begitu. Maafkan aku, El. Aku sungguh tidak suka berdansa. Tolong jangan memintaku untuk masuk ke sana."

Lalu Patrick mengeluarkan lagi ponselnya yang sejak dari berbunyi-bunyi terus. Lagi-lagi, ia tersenyum sambil mengetik sesuatu di layar.

Briella sungguh menyesal telah memilih untuk bersama dengan Patrick. Ia mencari-cari ke arah para peserta dansa dan melihat Jack yang sedang berdansa dengan Vanessa.

Wajah Vanessa tampak sumringah. Ia bergerak-gerak ke sana ke mari dengan tempo pelan dan kaku. Namun, Jack mengarahkan Vanessa dengan sabar.

Briella mendecak kesal sambil mengeratkan lipatan tangan di dadanya. Lalu ia menoleh ketika Patrick mengangkat telepon.

"Halo, Len. Iya, aku sedang di acara prom. Kamu ada di mana? Oh, kamu serius? Ya sudah, kamu masuk saja, nanti aku akan menemuimu di pintu masuk. Oke? Iya, sekarang."

Briella memperhatikan Patrick yang sedang memasukkan ponselnya dengan wajah yang bersemangat.

"Kamu habis menelepon siapa?" tanya Briella.

"Selena. Dia bilang kalau dia datang ke tempat ini. Uhm, aku … aku harus menemuinya di depan," ucap Patrick sambil menyeringai.

"Selena?" Briella menyipitkan matanya. "Maksudmu, pacarnya Ben?"

"Mantan! Mereka sudah putus sejak seminggu yang lalu."

Briella menghela napas. "Jadi, kamu akan menemuinya?"

"Ya, dia ada di depan."

"Lalu, kamu akan meninggalkanku?" ucap Briella dengan wajah kesal yang susah payah ia redam.

"Maafkan aku, El. Sepertinya aku dan Selena … uhm … kami saling menyukai. Aku harus menemuinya sekarang. Jangan marah ya, El."

Briella mendengus kesal. "Ya sudah! Pergilah!"

"Aku akan meneleponmu nanti malam. Oke?" Patrick buru-buru pergi meninggalkan Briella.

"Tidak usah!" seru Briella.

Beberapa orang melihat ke arah Briella dan kemudian berbisik-bisik. Tiba-tiba, Briella merasa sendiri. Ia sedih sekali karena tidak ada satu pun orang yang mau menemaninya.

Briella tidak ingin mengganggu Vanessa. Tampaknya sahabatnya itu begitu menikmati pesta ini.

Lebih baik, Briella menjauh. Ia pun mengambil sebuah minuman dari konter dan memilih untuk duduk di taman seorang diri.

Tempat itu sepi, pas untuk Briella menikmati kesendiriannya. Ia jadi menyesal telah berdandan dan mengenakan gaun mahal ini.

Untuk apa semua ini jika Patrick memilih untuk bersama Selena?

"Dasar berengsek!" umpat Briella. Lalu ia menyesap minuman sodanya yang ternyata isinya adalah champagne.

"Siapa yang berengsek?"