Chereads / Jangan Salahkan Janda / Chapter 28 - Irwan Memohon Pada Sarah

Chapter 28 - Irwan Memohon Pada Sarah

Melihat dua lelaki muda dan ganteng, siapa yang tertarik?

Apalagi mereka membawa mobil, wah … pasti dugaan mereka Irwan dan Arsya itu kalauu bukan pejabat pasti pebisnis kalau bukan juga mereka adalah anak orang kaya yang tentunya banyak duitnya.

Arsya dan Irwan celingak celinguk, mereka bingung harus ke mana.

Arsya pun bertanya pada Irwan selaku orang yang bertanggung jawab penuh membawanya ke sini.

"Lo mau nemuin siapa, sih?" tanya Arsya sambil menyenggol tangan Irwan dengan sikunya, "gue risih dilihatin terus sama mereka."

"Emang lo aja, gue jugalah." Irwan pun tampak kikuk.

Apalagi sekarang dua perempuan gatal sekaligus kesepian menghampiri mereka.

Dipegangnya tangan Irwan dan Arsya oleh masing-masing perempuan seksi dan lumayan cantik itu.

Arsya dan Irwan pun membeku, hampir tidak bisa bernapas oleh rayuan keduanya.

Irwan masih bisa bersikap biasa dan membiarkan perempuan itu masih memegang tangannya dan sesekali mencolek dagunya.

Tapi, Arsya sungguh geli dan melepas tangan perempuan yang menggandengnya tanpa persetujuan itu.

Kalau Irwan mungkin sudah terbiasa oleh Rachel, tapi Arsya?

Boro-boro, dia hanya dekat dengan satu perempuan dan itu pun temannya sendiri—Hana.

"Maaf ya Mbak, jangan pegang-pegang," celetuk Arsya.

Perempuan itu pun nyolot karena dia juga sedang mabuk.

"Ye … enggak boleh pegang-pegang katanya, soa jual mahal amat Bang. Aku buka baju aja pasti kamu kelepek-kelepek. Yuk kita ke kamar aja sekarang, aku belum ada pelanggan nih dari pagi!" Perempuan itu memaksa.

Arsya pun terus menghindari perempuan itu dan bersembunyi ke belakang tubuh Irwan.

Tapi si perepuan masih menguntit terus.

"Lepas!" Arsya akhirnya kesal. "Gue enggak mau pesen siapa pun di sini. Udah ya, jangan ganggu gue." Arsya sungguh terlihat ketakutan.

Irwan pun menertawakannya, tapi dia masih fokus mengobrol dengan perempuan yang sedang merayu dirinya.

"Jadi, Tuan mau pesen saya sekarang?" tanya si perempuan itu.

"Maaf ya, enggak dulu." Irwan pun tersenyum, si perempuan sudah pasti cemberut. "Saya ke sini mau bertemu sama Mbak Sarah. Dia ada?"

Si perempuan langsung terkejut, dan seketika melepas belaian tangannya pada Irwan.

'Mbak Sarah mulu sih, dia peletnya apa ya? Banyak terus pelanggannya dari dulu. Dua orang sekaligus lagi,' gumam si perempuan dalam hati, dia juga menyangka tujuan Arsya pun sama seperti Irwan.

"Mbak Sarah tadi sih ngelayani Om Dedi di kamar, kayaknya sampai pagi deh. Mending sama aku aja yuk!" rayu si perempuan itu.

Irwan tersenyum. "Maaf ya, saya sedang tidak ingin bermalam sekarang."

Si perempuan kembali cemberut, sampai wajahnya berubah ketakutan karena terlihat Sarah turun dari tangga.

"Hei, ayo pergi! Ini pelanggannya Ratu Sarah," ucap si perempuan yang menggoda Irwan pada perempuan yang memaksa-maksa Arsya dan menarik tangannya.

Mereka pun berlalu berbarengan dengan Sarah yang menghampiri Irwan.

"Sial, maksa banget tuh cewek," celetuk Arsya, Irwan pun hanya tertawa menanggapinya.

"Mbak, maaf aku berkunjung." Irwan tersenyum pada Sarah yang masih memandangnya dengan ekspresi terkejut.

"Irwan, kamu ngapain ke sini?" tanya Sarah, "ini siapa? Kalian mau transaksi di sini?" Sarah berpikir yang tidak-tidak.

Irwan menggerak-gerakkan kedua telapak tangannya, menandakan tuduhan Sarah itu tidak benar.

"Tidak Mbak, tidak. Aku hanya ingin mengobrol dengan Mbak sebentar, ini kenalin temanku yang mau nganter aku aja Mbak. Aku takut kalau ke sini datang sendirian, hehe." Irwan tersipu malu, dia juga sulit berbaur di tempat seperti ini.

Rasa pedenya berbeda dengan dia berdiri di depan para klien untuk membicarakan bisnis. Di sini tantangan keberaniannya sangat berbeda.

Sarah paham, dia pun tersenyum.

Meskipun Sarah tahu kalau kedatangan Irwan pasti berhubungan dengan Intan, dia tetap berusaha sopan.

"Oh gituh, kalau begitu kita ngobrolnya di sana aja yuk!" Tunjuk Sarah ke salah satu tempat duduk yang terlihat kosong.

Irwan pun mengangguk, Arsya menguntit mereka paling bontot di belakang.

Sesudah duduk, Sarah bertanya, "mau pesen minum enggak?"

Arsya dan Irwan saling tatap, keduanya sama-sama sepakat untuk menolak.

"Enggak Mbak, enggak usah," balas Irwan.

Sarah memperhatikan keduanya, sudah dapat ditebak kalau Arsya dan Irwan pasti tidak suka minuman alcohol.

Walaupun di sini juga ada minuman biasa, tetap saja keduanya mungkin lebih ingin menghindari saja.

"Oh, baiklah. Ada apa maksud kedatangan kamu ke sini Irwan?" tanya Sarah sambil mengambil rokok yang tergeletak di meja dan dibakar olehnya dengan alat pemantik.

Dengan gaya Sarah yang seperti itu sudah sangat terlihat bagaimana kemahiran Sarah di dunia seperti ini.

Asap pun mengepul ke udara, dan agar tidak terlihat polos berada di tempat seperti ini … Irwan dan Arsya pun juga ikut merokok.

"Apalagi Mbak, kalau bukan nanyain Intan?" Irwan menyungging senyum tapi kegalauan di raut wajahnya sungguh tidak bisa dibantai.

Sarah pun mengangguk-ngangguk dan kerutan di dahinya juga tersirat penuh pemahaman.

Cinta memang buta kalau di saat lagi kasmaran-kasmarannya.

"Baru juga Intan pergi, kamu masih mau mengetahui dia ke mana?" tanya Sarah menggoda Irwan.

"Maaf Mbak, aku tahu pasti Mba tahu keberadaan Intan sekarang. Aku hanya takut kalau Intan –"

Sarah sudah bisa menebak kecurigaan Irwan. "Tenang saja, Intan tidak mungkin bekerja di tempat seperti ini," potong Sarah.

Irwan pun jadi canggung telah melayangkan tuduhan tadi sedang Arsya hanya memperhatikan keduanya mengobrol dan sesekali melirik sana-sini.

Melihat-lihat hilir mudik perempuan-perempuan yang merayunya dari kejauhan.

'Apa ibu gue ada di salah satu mereka di sini? Tapi yang mana? Apa ayah nggak bohongin gue?' gemuruh hati Arsya bertanya-tanya.

Jika benar ibunya ada di tempat ini, Arsya tentulah sangat kecewa karena dulu sang ibu sangatlah agamis dan jika pun dia berani melibatkan dirinya ke tempat seperti ini pastinya ada alasan kuat.

Mengapa?

"Maaf Irwan, sepertinya kamu harus merelakan kepergian Intan dan jangan pernah ganggu lagi kehidupan dia. Mungkin ini sudah takdirnya, kamu lebih baik cari lagi perempuan lain. Oke?" Sarah menatap pemuda nelangsa itu lamat-lamat.

Seperti menceramahi tapi dengan Bahasa yang begitu santai dan tanpa penekanan.

Irwan merasakan keperihan yang teramat dalam dan gendering penolakkan di batinnya pun bergejolak.

Dia tidak bisa merelakan kepergian Intan, perempuan yang sangat dia cintai.

Tidak bisa.

Secantik apa pun dan sebaik apa pun perempuan lain mendekatinya itu tidak akan bisa mengubah perasaan Irwan untuk berpindah haluan.

Kurang baik apa Rachel?

Tapi tetap Irwan tidak bisa menerimanya untuk menggantikan posisi Intan dalam hati Irwan.

Sudah cukup dia ditinggal pergi oleh Salsa, tapi tidak ingin oleh Intan.

Penyebab satu-satunya hanya persetujuan dari ibunya, dan itu menurut Irwan bisa diatur dengan mereka pergi ke luar negeri.

"Aku mohon Mbak!" pinta Irwan.

Arsya pun tercengang melihat temannya itu memohon-mohon pada Sarah sembari berlutut penuh pengharapan.