Di tempat kejadian, masih terpasang pagar pembatas hitam kuning, di sana juga masih terlihat beberapa polisi yang masing mengusut siapa pelaku pembunuhan itu. Zefa mencoba tidak campur dengan kematian Putra akan tetapi jika pelakunya sama pasti ia juga akan terciprat oleh kejahatan pelaku juga.
~
Suasana kelas pagi ini sangatlah tenang, Zefa melangkah ke bangku belakarnya dan menemukam sepucuk surat tergeletak begitu saja di atas mejanya.
"Apa ini?" Ia menyobek bagian atas surat, kemudian membuka lipatan surat. Mata Zefa seketika membelalak di saat dirinya melihat sebuah noda darah berceceran di seluruh kertas yang di pegangnya. Dengan melelan salivanya, Zefa mulai membaca surat tersebut.
'Kematian kedua, 3 bulan kedepan.'
Saking gemetarnya membuat Zefa terjatuh di atas lantai, kedua telapak tangannya mulai terasa dingin diiringi dengan nafasnya yanh tak berarturan. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dalam 3 bulan kedepan. "Be-berarti kematian selanjutnya...."