Joshua menarik pandangannya dan menataap papan tulis yang ada di depannya saat itu. Zefa yang mengetahui hal itu menurunkan buku yang di pegangnya kemudian lanjut menulis.
"Ah sial." Satu kata telah tertulis salah didalam buku catatannya, hal itu membuat Joshua meraba-raba atas mejanya untuk mencari tip-x. Namun hal yang tidak terduga terjadi, tanpa disadari tangannya mendarat diatas tangan Zefa yang saat itu tengah menulis.
Reflek Zefa menoleh kearah tangannya. 'I-ini..'
Dengan cepat Joshua menarik tangannya, karena sekarang dia merasa malu Joshua memutuskan mengurungkan niatnya untuk menghapus tulisannya yang salah.
Dari sudut kelas Citra yang melihat Zefa duduk berdampingan dengan Joshua merasa tidak senang. Kedua matanya tak henti-hentinya menatap kedua pasangan itu dengan sorot mta sinisnya.
Setelah beberapa saat, Joshua yang saat itu tenga duduk di bangku paling belakang dengan Zefa tidak sengaja melihat gadis di dbelahnya tengah tertidur dengan lelap. Senyum tipis mulai mengembang di bibir pria itu takkala melihat Zefa yang meletakkan kepalanya diatas meja llu kepalanya menghadap ke arahnya.
'Bagaimana mngkin dia bisa tidur dengan santai seperti ini,' batinnya.
Saat dirinya hendak membangunkannya dari samping Maria melempar sebuah kertas ke arah Joshua. "Jangan dibangunkan," ucap gadis itu dengan pelan.
Melihat hal tersebut Joshua mmengangguk-anggukkan kepalanya kemudian menoleh ekarah Zefa. Tanpa sadar dia meletakkan kepalanya di atas meja dan berhadapan dengan gadis di sampingnya. Kedua mataa Joshua hanya tertuju pada wajah Zefa yang tertidur itu, hanya satu katayang telintas dipikirannya saat ini yaitu 'Cantik' walalupun Zefa elaah memintanya untuk menjauhinya namun, bagi Joshua sangat sulit melakukan hal itu.
Semua amarahnya kepada Zefa lenyap seketika sesaat setelah melihat gadis itu. Tepat saat bel istirahat berbunyi Zefa membuka matanya dan tidak sengaja melihat Joshua tengah menatapnya.
Spontan hal itu membuat mereka berdua terkejut, dengan cepat Zefa dan Joshua mengangkat kepala mereka dan mengalihkan pandangan mereka.
'Astaga apa yang aku lakukan,' batin Joshua dengan menggigit bibir bawahya.
'Tadi sagatlah mengejutkan,' batin Zefa yang masih terkejut dengan keadaan tadi.
"Baiklah karena sekarang dudah jam istirahat kalian bisa istirahat dan untuk tugas hari ini bisa di kerjakan dengan teman sebangku kalian," ucap guru.
"Apa?"
Joshua dan Zefa terkejut saat mendengarkan apa yang guru itu katakan, Zefa tidak habis pikir kalau dia akan satu kelompok dengan Joshua.
"Sampai jumpa minggu depan," sambungnya. Guru biologi tersebut kemudian pergi meninggalkan kelas.
Sesaat setelah itu Joshua juga melakukan hal yang sama. Karena kejadian tadi membuatnya sedikit canggung jadi dia memutuskan untuk pergi keluar ruangan tersebut lebih dahulu.
Zefa yang melihat Joshua pergi terebih dahulu hanya bisa diam melihatnya. Maria dan Agus berjalan di sampingnya, saat melewati koridor sekolah. Zefa yang berada di tengah mereka berdua sengaja melambatkan gerak kakinya karena suara nada dering dari ponselnya.
"Halo," Di layar ponselnya tertulis nama 'Bimo' yang sedang menelfonnya saat itu.
'Nanti kau bisa naik taksi, kakak gak bisa menjemputmu.'
Setelah mengtakan hal itu Bimo langsung mematikkan telfon mereka secara sepihak. Seketika itu juga Zefa ingin mengumpat namun, sebisa mungkin dia menahannya. Zefa memasukkan kembali ponsel yang i pegangnya ke dalam saku rok lalu mempercepat jalannya.
Tepat saat lewati lapangan basket Zefa tidak sengaja berpapasan dengan Joshua, dengn segera Zefa memalingkan wajahnya dan berjalan melewati Joshua begitu saja.
Joshua menoleh dan melihat kepergian Zefa. 'Aku sudah tidak tahan dengan situasi saat ini,' batinnya.
Zefa kembali duduk di kursi kesayangannya, dari bawah lacinya dia mengeuarkan sebuah bantal kecil yang telah dia siapkan pagi tadi. "Nyaman," gumamnya. Saat istirahanlah waktu yang teoat untuk Zefa kembali tidur karena kelas sangat sepi dan tenang.
Saat hendak memejamkan matanya, terlintas dipikiran Zefa tentang kejadian tadi siang saat pelajaran biologi. Tatapan Joshua terus mengiyang-ngiang dikepalanya, apalagi saat mereka berdua tidak sengaja saling bertatapan. Hal tersebut membuat Zefa sedikit geli.
"Huft, begitu banyak kejutan hari ini," gumamnya.
"Wah sekarang kau ada peningkatan Fa."
Ucapan Maria yang saat itu baru datang membuat Zefa membuka matanya. "Apa maksudmu?"
"Sekarang kau bawa bantal ke sekolahan."
"Ya. Karena tidur siang adalah hal yang paling menyenangkan jadi cobalah," jawab Zefa seraya kembali memejamkan matanya.
Tidak terimakasih," balasnya dengan tersenyum kaku. Maria menatap temannya itu dengan tatapan heran. 'Bagaimana bisa dia setiap hari hanya tidur mampu menjadi juara kelas,' batinnya.
Pyar!!
"KAU MEMANG SUAMI YANG TIDAK BERGUNA!"
"APA MAKSUDMU? BUKANKAH SEMUA UANG SUDAH KUBERIKAN PADAMU!"
Suara pertengkaran kedua orang tua Joshua terdengar jelas sampai kedalam kamar, Zefa yang mendengar hal tersebut menoleh ke arah Joshua kemudian kedua tangannya menutup kedua telinga Joshua. Zefa yang saat itu tengah berdiri di depan Joshua melihat dengan jelas sorot mata pria itu.
Sorot mata keputusasaan, kesedihan dan kemarahan, sama seperti yang pernah dia lihat saat di taman beberapa minggu lalu. 'Pasti ini penyebab kau berada di taman saat itu,' batin Zefa. Rasa sakit yang tengah dirasakan Joshua terasa jelas di dalam hatinya.
Joshua yang melihat Zefa yang berada di depannya langsung memeluk erat gadis itu. Awalnya Zefa terkejut dengan apa yang dilakukan namun, dia mengerti kalau Joshua saat ini hanya memerlukan pelukannya.
"Tak apa, semuanya akan baik-baik saja, Percayalah padaku."
Ucapan Zefa saat itu terasa sangat hangat di telinga Joshua mengalahkan suara ricuh dari pertengkaran kedua orang tuanya. Dengan pelukan gadis itu yang erat membuat emosi Joshua stabil. Dia enggan untuk melepaskan pelukan yang Zefa berikan padanya.
Zefa melepaskan pelukannya, kedua matanya melihat mata Joshua yang mulai berkaca-kaca, lantas dia menggengam erat tangan pria itu dan mengajaknya keluar dari kamar.
'Aku akan menghiburmu malam ini, kau berhak untuk merasakanya.' Sekilas dia melihat ruang tamu rumah Joshua yang di penuhi dengan furniture yang pecah. Dia tidak menyangka kalau Joshua akan merasakan beban yang begitu berat.
Kedua orang tua Joshua juga mengetahui Zefa yang keluar dari kamar Joshua, dalam beberapa menit mereka berhenti dan mengarahkan padangan mereka ke arah Zefa yang tengah menggandeng tangan Joshua.
Terasa aneh bagi mereka, saat pertengkaran mereka pastilah Joshua akan mengamuk entah dengan siapa saja. Akan tetapi, berbeda dengan Zefa.
Pertemuan mereka adalah hal yang tidak terduga, beberapa jam lalu tepatnya saat pulang sekolah mereka tidak sengaja bertemu. Saat itu bunyi kemerdekaan bagi anak sekolah menggema dengan sangat indah di telinga semua waga sekolah saat itu.
Zefa melangkahkan kedua kakinya tanpa di temani kedua temannya. Sesaat sebelum dia berjalan keluar dari koridor sekolah, tetesan air dari langsit mulai membasahi tanah.
Sesuai yang telah dia perkirakan sebelumna bahwa hari ini akan turu hujan, dengan cepat dia mengeluarkan payung lipatnya kemudian mengembangkannya agar mampu melindungi tubuhnya dari rintihan air hujan.
'Aplikasi perkiraan cuaca dari Agus memang sangat membantu,' batinnya. Dengan cepat dia berjalan menuju ke gerbang sekolah.
Pemandangan tidak asing mulai terlihat di depan matanya, saat itu dia tengah melihat seorang pria yang tengah memperbaiki mobilnya di seberang jalan.
"Apa yang dilakukan senior itu?" gumamnya.
To Be Continued...