----(10 April 2016)---
[Luna Route]
Merah menyelimuti langit, napas berhembus semakin sempit. Rerumputan menghitam pekat. Suara benturan antara dua besi berkumandang di sana dan sini. Lelah bukanlah kata, menyerah bukanlah pilihan. Satu tebasan, satu Akume lenyap. Satu tangkisan, aku terlahap. Hampir terjatuh ke tanah. Tapi aku tidak akan tumbang sekarang.
Ingatan itu...,
Ku fokuskan pandangan kepada gadis berpedang yang terus menyerang membabi buta. Elaine, gaun merahnya itu sedikit tergores karena serangan ku yang meleset. Besi zirah yang melindunginya mulai lecet.
"Elaine!"
Ia ayunkan pedangnya dari atas ke bawah. Lagi lagi aku menghadang laju senjatanya itu dengan milikku. Aku tidak membalas serangannya, aku hanya menahan gerakannya untuk sementara waktu. Ku buka mulutku fan berkata.
"Ela!! Harusnya kamu ga kaya gini!" Pekikku diiringi Elaine yang melompat beberapa meter ke belakang.
Nafasku habis, tenagaku terkuras, kaki ku mulai lemas. Aku hanya berdiri di tengah neraka ini dan berharap, berharap bahwa ini hanya mimpi buruk. Tapi sayangnya harapan itu tidak akan terkabul. Aku harus menyelesaikan apa yang aku mulai. Aku harus bertanggung jawab telah mengacaukan dimensi ini. Mereka harusnya hidup bahagia jika aku tidak datang di sini.
"HAHAHAHA!!! Elaine...., lihatlah orang yang sudah merebut kebahagiaanmu! Apa kamu ingin membunuhnya? AHAHAHA!!"
Suara badut gila itu menggema dari seluruh penjuru arah neraka ini. Awan merah di atas itu menatapku tajam. Beberapa tetesan air berwarna hitam jatuh ke bawah. Hujan kegelapan mulai turun. Genggaman tangan semakin kuat, ku bulatkan tekad untuk melawan Elaine. Jika tidak, ini semua tidak akan selesai.
"Elaine! Sadarlah!!"
Maju, selangkah, dua langkah, dan belasan lainnya menyusul. Pedang di tangan kananku ini siap melukainya, dan benar saja dugaan ku, Elaine bisa dan mampu menangkis semua serangan yang aku lontarkan. Kemampuan berpedangnya sungguh luar biasa. Aku tak tahu apa yang dilaluinya setelah aku memundurkan waktu dunia ini. Tapi aku yakin, Elaine berlari sangat jauh, dan melampaui batasannya. Tubuhku ini tak lagi seperti dulu, ini hanya tubuh manusia biasa, jadi aku sedikit kualahan untuk melawan Elaine.
Tenaga dan kecepatannya cukup sulit untuk diimbangi. Sesekali kami berbalas serangan, malah baju bajaku ini yang tergores. Lecet dimana mana, energi yang tersisa di reaktor baju ini tinggal 30%. Yap, baju robotik ini memiliki sumber energi berupa reaktor nuklir kecil yang terletak di bagian punggung. Mikro Reaktor, begitulah hal itu di sebut. Sangan kecil, bahkan terlihat hanya seperti lampu hiasan di punggungku.
Kembang api meletup letup kaerena hantaman takdir kami berdua yang berlawanan. Aku bisa merasakan amarah, kesedihan, dendam, dan rasa kesepian yang mendalam di hati Elaine. Walau wajahnya tertutup oleh pelindung, aku bisa melihat raut wajahnya yang siap untuk menghancurkan siapapun yang ada di hadapan matanya.
Setelah ratusan serangan yang aku lakukan, akhirnya ada satu tendangan berhasil membuatnya mundur. Lagi lagi kami saling berhadapan satu sama lain dalam sepi. Gemericik air hujan yang menghantam helm pelindungku ini mulai mengeras. Dadaku kembang kempis di dalam baju besi ini. Staminaku terkuras habis, begitu juga dengan energi armor hitam ku ini yang tinggal 10%. Setiap gerakan ku terasa semakin berat, jika energi reaktor di armor ini habis. Maka, aku hanya akan jadi patung, dan baju baja ini hanya jadi pajangan museum belaka. Membatu dan tak bisa bergerak.
"Cih...,"
Aku menekan tombol di bagian telinga helm pelindung kepalaku ini. Membuka kaca yang menutup wajah ku, dan melonggarkan pengait yang ada di leher. Ku gunakan kedua tanganku untuk melepasnya dari kepalaku dan melemparnya ke sembarang arah. Namun sebelum melepas helm itu, aku sudah membaca semua informasi penting di sana. Sisa energiku ini bisa digunakan untuk serangan super kuat. Tapi setelah itu baju ini akan jadi sampah kaleng.