"Hee? Aku ketiduran kah?" Elaine terduduk memegangi kepalanya.
"Oh..., untung kamu gapa apa!" Ucapku menghela napas lega, karena perempuan yang dibelakangku adalah Elaine yang asli.
"Heee!!! Aku ada dua?!" Elaine yang bangkit berdiri di sampingku ini terkejut bukan kepalang.
Angin ribut masih berkeliling diantara Elaine palsu itu. Wajahnya benar benar sama, seperti salinan tubuh Elaine. Namun perbedaan juga ada, terutama rambut, warna pakaian, dan bola matanya yang bersinar merah terang penuh dendam. Sedangkan Elaine memiliki kulit sempurna tanpa retakan merah, mata biru indah seperti lautan tenang, dan rambut hitam yang terurai.
"Natsuki..., maafin aku...," Kata Elaine lirih menundukkan kepalanya ke bawah.
"Ga apa apa..., yang penting kita cara keluar dari sini!" Aku menggenggam tangan kirinya.
Hatiku sedikit terluka, menyadari bahwa kenangan yang ada di kepalaku ini bukanlah milikku. Natsuki, aku minta maaf mengacaukan Kebahagiaanmu di sini. Aku mengakuinya, aku tidak pantas menggantikan posisimu sebagai Natsuki, aku hanyalah sampah, yang bahkan namaku adalah angka. Namun aku berjanji, akan terus melindungi senyuman Elaine. Walau sesulit apapun itu, apapun yang akan berusaha menghancurkan cerita ini. Aku pasti akan mengembalikan semuanya seperti semula.
"Natsuki maaf!" Elaine mempererat genggaman tangannya.
"Elaine..., ini kewajiban ku, aku ga bisa gantiin Natsuki yang dulu, tapi... udah..., fokus pikirin cara keluar dari sini aja oke!" Aku melancarkan senyuman tipis ku padanya.
"Hem! ayo!!" Elaine menganggukkan kepalanya dua kali tanda ia siap melewati mimpi buruk ini bersamaku.
Butiran cahaya putih mulai berkumpul di depan dada Elaine. Satu demi satu, menyatu di udara, semakin besar dan semakin jelas. Buku besar itu melayang mengikuti pandangan Elaine. Sampul logam warna emas, dan ribuan kertas putih benderang menyatu didalam. Melompat dari satu halaman ke yang lain. Memberikan terang yang telah lama absen dari tempat ini.
"Natsuki..., kekuatanmu bukan mengendalikan waktu..., tapi imajinasi!" Kata Elaine yang mulai berjinjit terangkat ke langit.
"Huh?" Aku termenung sejenak memandangi lubang di telapak tangan kiri ini.
Lambat laun, darah biruku ini menutup luka yang ada, membalut daging daging ku yang hilang. Seperti plastisin yang menutupi bolongan di tangan. Beberapa detik kemudian, daging biru itu menjelma seperti sekelilingnya. Aku terkejut dan mencoba mengepalkan dan membuka tanganku berkali kali. Mengetes apakah mataku sedang melihat ilusi, ataukah ini mimpi. Rasa sakit yang menghantui tangan telah lenyap. Bahkan tidak ada luka gores sama sekali.
"Imajinasi?" Ku miringkan kepala tiga derajat ke arah Elaine.
"Yap, kita ini ada didalam buku cerita Natsuki..., sihir yang nyiptain semua ini adalah imajinasi, kekuatanmu tergantung sama imajinasi mu!" Elaine memejamkan mata, disertai amukan angin dahsyat yang mengibarkan rambut hitamnya itu kesana - kemari.
"Oh...,"
Jadi hal ini, detik ini, dan saat ini. Sudah tertulis di buku sihir Elaine, tokoh utama itu akan menemukan kekuatan yang sebenarnya. Kekuatan ini bergantung pada diriku, selama ini, Sang Penulis hanya memberi tahu aku, bahwa aku bisa mengendalikan waktu. Maka dari itu aku mengimajinasikan kekuatanku sendiri. Itu menjelaskan dari mana asal kekuatan baru di kedua mataku ini.
"Tapi ingat darahmu akan terus menguap, semakin besar kekuatan yang kamu pakai, maka semakin cepat darahmu habis." Elaine membuka matanya yang bersinar biru terang itu.
"Jadi...,"
Aku menutup kedua kelopak mataku. Menarik napas dalam dalam, dan menahannya di dada ini. Kepalan tanganku mengeras, ku eratkan gigiku berkonsentrasi, detak jantungku meningkat pesat.
-200 BPM-
Syaraf syaraf tubuhku mulai bersinar sesuai dengan Time Fluids yang mengalir di dalamnya. Biru dan merah, kanan dan kiri, semua menyala di saat yang sama. Uap energi mulai keluar dari pori pori kulit ini. Bergabung, merah dan biru, dan akhirnya menghasilkan aura ungu yang memakan tubuhku.
"Wow woww wooww!!! Jangan ga adil gitu dong!" Hunter mendadak keluar dari bayangan Elaine palsu yang memegang erat tombaknya itu.
"Dua lawan dua! Cowok lawan cowok! Cewek lawan cewek!! MWAHAHAHAHAHAH!!!!" Tawa gilanya itu membuatku ingin muntah. Aku sangat bosan mendengarnya.
Pertama, aku buka mata kiri ku, memancarkan sinar biru terang. Membuatku melihat ribuan masa depan yang bisa terjadi. Aku bisa melihat ribuan cara aku mati, dan ribuan cara Elaine terluka. Pertarungan ini akan menjadi pertarungan yang sangat sulit. Karena setelah melewati ribuan masa depan, aku masih belum menemukan cara untuk mengeluarkan kami dari sini.
"Aghh!!!" Seketika rasa sakit menggigit mata kiriku, darah biru kental mengalir seperti tangisan.
"MWAHAHHAHA!! Berapa masa depan yang kamu lihat tokoh utama!!?? satu juta? satu miliar? Itu ga akan ngaruh!!! Karena Sang Penulis sudah menuliskan kemenangan ku di bukunya!" Hunter menyeringai dengan taring putih tajam di dalam mulutnya itu.
"Cih..., Elaine...," Aku menonaktifkan jurus mataku itu tanpa berkedip.
"Kenapa?"
"Mantra teleportasi..., butuh waktu berapa?" Tanyaku mendadak membuat Elaine sedikit terkejut.
"Tergantung seberapa jauh..., ini dimensi lain, jadi kira kira butuh satu menit!" Jawab Elaine yakin dan percaya.
"Enam puluh detik, aku pasti bisa nahan mereka!" Kata kataku ini membuat Elaine paham akan apa yang akan aku lakukan.
"Kamu yakin Natsuki?" Elaine memastikan kesiapanku.
"Hem! Apapun untuk keluarin kamu dari sini!"