Perjalanan yang cukup singkat. Bus yang kami tumpangi hanya berhenti di dua halte berbeda secara bergantian. Lima belas menit adalah waktu yang dimakan oleh perjalanan ini. Terlihat sepele, akan tetapi, kata waktu bagi kami. Adalah sesuatu yang sangat berharga. Aku sedikit tak percaya dengan kata kata Ela, dimana aku akan kehilangan kesadaran ku, lalu diambil alih oleh diriku yang ada di dimensi lain. Sungguh aneh dan membuat kepala ini terbang kesana-kemari karena bingung.
Ya..., tapi mau bagaimana lagi..., aku hanya akan menikmati sisa waktu ku jika itu memang benar.
Berjalan berdampingan menuruni halte. Memasuki parkiran sebuah gedung apartemen nan tinggi menjulang. Melewati pintu masuk bergandengan tangan menuju masa depan. Menumpangi lift untuk naik ke jenjang yang selanjutnya. Akhirnya tubuh kami sampai di lantai tiga puluh lima. Senyumannya itu membawaku ke ruang apartment bernomor seratus dua puluh lima. Memasuki rumah yang aman dan nyaman. Walau sederhana, namun ini sudah cukup untuk menampung cerita kami.
Terdapat ruang keluarga sekaligus ruang tamu. Dan tanpa dibatasi oleh dinding, dapur terlihat terpajang di pojok kiri ruangan. Hanya ada satu pintu kamar di sisi lain sofa ruang keluarga. Ku duduk di atas sofa warna biru ini. Memandang ke arah layar televisi datar nan dipenuhi hitam. Hanya dipisahkan oleh jarak dan meja kaca di depanku. Ela masuk ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya, keluar dari sana hanya mengenakan kaos biru muda, dan celana pendek warna merah muda. Ia Mengikat rambut hitam panjangnya itu dengan karet terlebih dahulu sembari melangkah ke dapur.
"Tunggu bentar yaa!" Ujar Ela dengan senyumnya yang terpisah oleh jarak dariku.
"Hum!" Aku mengangguk serta mengambil remote televisi yang tergeletak di atas meja kaca.
Menekan tombol power berwarna merah, lalu cahaya, suara, dan gambar bermunculan di layar datar itu.
Ela sibuk dengan peralatan masaknya, sedangkan aku hanya duduk diam, menunggu cerita selanjutnya berjalan dan menghampiriku. Jam di dinding itu terus berputar bagaikan roda, setiap detik berlalu, setiap menit berjalan. Kisah ini semakin menyedihkan, mengingat bahwa aku tak akan ada di sini lagi musim panas tahun ini. Padahal kami memiliki masa depan yang cerah. Namun mengapa takdir selalu ingin membunuh benih bunga kebahagiaan yang hendak tumbuh. Aku sungguh tak mengerti, sedari dulu, aku selalu ada di samping Ela.
Dia memang tidak bisa apa apa, cerewet, menyebalkan, keras kepala. Namun aku akan selalu ada di sisinya. Bukan karena pekerjaanku, namun karena keinginan dari dalam lubuk hati kecil nan hampa dan dingin ini. Walau awalnya aku hanya menganggapnya sebagai barang yang harus ku jaga. Tetapi setelah kenangan mengalir, kenangan pun mengubah tanah tandus hati ini. Menjadi taman bunga yang berwarna, senyuman indahnya terpajang di pikiranku selalu.
"Natsuki!!! Ini masakannya!!" Seru Ela meletakan dua piring kue berbalut cokelat manis.
Ia duduk di sampingku, tanpa terpisah jarak lagi. Bahu kami saling bersentuhan, kehangatan, dan aroma parfumnya itu membuatku serasa di surga. Senyuman yang selalu bersinar itu juga membuatku terpana. Kucing liar hitam yang tersesat ini, sudah menemukan rumah nyaman nan hangat. Tak hanya itu saja, ada sesuatu spesial yang tertulis di bangunannya.
Cinta...,
"Selamat makan!!"
Walau tak seberapa, namun kue cokelat di musim semi terakhir ini adalah makanan terbaik yang aku rasakan seumur hidup. Ruangan ini dipenuhi canda tawa untuk yang kesekian kali, dan aku harap bukan yang terakhir kali. Aku bisa saja kehilangan nyawaku berkali kali saat mengambil pekerjaan ini. Aku sudah terluka parah berkali kali demi menjaga perempuan bernama Elaine ini. Aku sudah melalui banyak kenangan buruk di hati. Namun semua itu ternyata hanya permulaan. Takdir akan memberiku masalah yang lebih dan lebih lagi. Bukan hanya aku, Elaine juga ikut menderita karena takdir yang ia emban. Terpilih oleh jiwa penyihir bulan. Ia harus menjalani cerita yang menyedihkan ini.
Natsuki di masa depan..., kalau kamu ingat ini..., aku mohon..., pertahankan senyuman di wajahnya!
Walau dirimu bukanlah aku..., tapi setidaknya senyuman di wajahnya tetap berada di tempatnya!
Aku tidak peduli seberapa sulitnya itu!
Aku mohon Natsuki! Ingatlah satu hal!
Kenangan ini bukan hanya sampah...,
Bukan hanya untuk dilupakan!
Kenangan ini akan selalu ada di hatiku!
Walau masa depan akan menghilang!
Dan masa lalu akan berubah!
Tapi aku akan tetap bersama Ela selamanya!