Angin bertiup dari kanan dan kiri. Rerumputan hijau di bawah juga mulai menari-nari. Jubah hitam Hunter berkibar mengikuti angin yang ingin lari dari wajah seramnya itu. Langit biru nan cerah, ditemani awan yang berenang lamban. Seringai senyum gilanya itu membuatku muak. Bahkan burung burung gagak yang menjauh pun setuju akan perkataan ku. Untuk beberapa belas detik awal ini, percakapan bukanlah hal yang terlahir. Namun akhirnya si orang gila itu membuka mulutnya lebar.
"HAHAHAHA!!!! kenapa penyihir itu ikut?!" Hunter merubah ekspresi tertawa menjadi marah hanya dalam sepersekian detik.
"Kalau gitu...., ini lebih cepat dari rencana!!" Hunter memiringkan kepalanya ke kanan dan kiri serta menghentakkan kakinya.
Benerapa detik kemudian, asap merah darah mulai mengepul dari dalam tanah ke udara. Aku dan Elaine hanya bisa terdiam dan melihat apa yang akan terjadi. Perlahan lahan, asap asap itu membentuk bagian tubuh seperti manusia. Mulai dari dua kaki, tubuh, dua tangan, tapi kepalanya adalah hal yang paling spesial. Karena sebelum terbentuk, sebuah kristal merah bersinar melayang di daerah dalam kepala, lalu tertutup oleh kabut merah yang membentuk kepala tak bermuka.
Jumlahnya tak terbatas sejauh mata memandang. Kami dikelilingi oleh Akume, dan badut itu hanya berdiri di tempatnya, tersenyum, dan memiringkan kepalanya sembilan puluh derajat ke kanan.
"Natsuki..., si---a mulai ila-ng...ssssssstttttt-" Hubungan komunikasi ku dengan Lulu terputus entah karena apa. Dan ku tebak, kami sudah berpindah dimensi.
Aku sangat yakin, karena saat mengangkat mata ke atas, langit tak lagi biru, dan awan tak lagi putih. Semuanya nampak berubah. Mulai dari dedaunan yang layu, cahaya matahari meredup dan memerah. Dan awan suci di langit sudah dimakan kegelapan. Dan aku baru sadar, ternyata aku hanya sendirian di tempat yang mengerikan ini. Ko toleh kekanan dan ke kiri, aku tidak melihat batang hidung si gadis penyihir itu.
"Ekhem..., apa kamu cari pacarmu?!" Suara dari Hunter yang berada jauh di depan.
Perhatianku seketika terpusat pada siapa yang ada di sebelah kanan si badut itu. Elaine, hatiku terasa terhenti beberapa detik. Sepertinya aku membuat kesalahan besar. Aku tak seharusnya mengizinkannya ikut. Namun apa boleh buat, aku tidak bisa seenaknya memundurkan waktu lagi. Karena aku belum tahu resiko yang akan terjadi bila menggunakan kekuatan dari mata kiri ku lagi. Elaine hanya diam di sana, menyembunyikan wajahnya di balik helm besi warna silver itu.
"Elaine?" Aku menyipitkan mataku mencoba lihat lebih detail. Gaun yang tadinya berwarna merah, sekarang berubah jadi biru gelap, seperti langit yang tertutup mendungnya awan.
"HAHAHAHA!!!! Pertunjukan dimulai!!!" Seru Hunter lalu lenyap menjadi butiran debu.
"Elaine?!! Oi!!!!" Teriakan ku mencoba mencapai hatinya.
Aku masih tidak memahami akan apa yang aku alami. Namun yang pasti, aku harus berhadapan dengan gadis berpedang itu. Tambah ratusan Akume yang mengepung dari jauh.
SWUSH!!!
Elaine berlari melesat bersiap mengibaskan ku menggunakan pedang besarnya itu. Sebagai penyebab dari semua yang terjadi ini, aku tidak akan diam saja. Tanggung jawab menantiku di depan mata. Ku raih kedua pedang di punggungku, menangkis serangan kuat Elaine, amukan angin berkumandang sesekali kami berhantaman. Sekali, dua kali, dan tiga kali, aku sudah tahu betapa kuatnya serangan si anak menteri itu. Aku bahkan sedikit kualahan menghadapinya.
"ELAINE!! berhenti!!"
============
Note
Ekhem, pesan Dari Penulis nieh. Bagi yang masih bingung ama alur ceritanya, sini aku jelasin dikit biar nda spoiler.
Ada tiga timeline yang ada
- True Fate, takdir yg sebenarnya ialah kejadian yang harusnya terjadi sebelum Tubuh Natsuki diambil oleh Fate Keeper nomor 31.
- Alternate End, adalah masa depan yang dilihat Mata Kiri Natsuki
-Normal Route, Takdir normal Natsuki setelah diambil alih tubuhnya oleh Fate Keeper nomor 31