~Untuk siswa bernama Natsuki, dan Luna..., dimohon untuk menuju ke ruang kepala sekolah segera!~
Pengumuman itu langsung membuat semua siswa memperhatikan wajahku yang tak tahu menahu ini. Suara yang keluar dari speaker yang dipasang di sudut kelas itu cukup untuk menarik perhatian semua anggota kelas ini. Lulu langsung bangkit berdiri, tanpa berkata apa apa. Dan berjalan keluar diiringi lirikan mata sinis dari beberapa anak perempuan di ujung sana.
"Natsu? Sana..., kamu dipanggil loh!" Aidan menepuk pundakku.
"Oh..., iya!" Aku tersadar dari lamunan, berdiri tegak, lalu mengikuti jejak Lulu keluar kelas.
Aku tidak memperdulikan perhatian yang diberikan oleh semua anak anak di kelas itu. Kami berdua berjalan berdampingan ke arah ruang guru yang berada di lantai dua ini. Mengetuk pintu tiga kali, aku memimpin langkah kami berdua masuk ke dalam ruangan yang sunyi ini. Hanya terdapat satu meja besar di tengah. Kanan dan kiri dinding ini terpajang rak buku dan etalase untuk menunjukan beberapa piala prestasi sekolah ini. Seorang laki laki paruh baya, ia duduk di kursi belakang meja itu menyambut kami berdua dengan kata.
"Ayo silahkan duduk!" Ujar kepala sekolah itu tersenyum lebar.
"Iya pak terima kasih!" Kata Lulu seraya duduk di salah satu kursi yang di sediakan di depan meja kepala sekolah itu.
Tanpa sepatah kata, aku pun mencontek gerakan Lulu, duduk di kursi biru samping kirinya persis.
"Ada apa lagi ya pak?" Tanya Lulu seperti ini adalah hal yang biasa terjadi.
"Yaa begini..., ada gosip tentang kalian yang katanya tidur serumah apa bener?" Tanya Pak Han, nama yang aku dapat dari tanda pengenal yang terpajang tepat di depanku.
"Umm, soal itu siapa ya pak yang nyebarin gosipnya?" Lulu mencoba untuk menggali informasi lebih dari kepala sekolah itu.
"Itu tidak penting, yang sekarang saya tanya..., apa itu benar?" Senyuman ramah itu hilang dari peradaban wajah Pak Han.
"Umm.., " Lulu tampak kebingungan melihatku sejenak.
"Itu ga bener pak...," Sangkal ku menarik perhatian mereka berdua.
"Hmm?" Pak Han mengalihkan percakapannya denganku.
"Kemarin saya yang salah antar dia ke rumah lamanya, jadi saya terpaksa menginap, kami benar benar tidak berbuat apa apa!" Jelas ku supaya tidak ada kesalahpahaman.
"Luna..., apa benar kamu manfaatin Natsuki yang amnesia?" Pak Han kembali memojokkan Lulu dengan tuduhan yang tak masuk akal itu.
"Uh emm..., engga ko pak!" Lulu menyangkal tanpa memberikan kejelasan fakta yang mendukung.
"Pak..., maaf sebelumnya, tapi ini gosip sumbernya dari mana?" Aku sedikit curiga terhadap sumber dari percakapan ini.
"Kamu diem dulu Natsuki!...., Luna? apa itu bener?" Pak Han mengangkat nadanya, meluapkan sedikit emosi yang tertahan.
Aku memasang perhatianku penuh pada kepala sekolah itu. Wajahnya berubah jadi merah membara. Entah apa masalah yang dihadapinya, namun yang pasti, ia berusaha untuk menjatuhkan harga diri Lulu. Sedikit tak percaya akan hal yang aku alami ini, Lulu seperti membeku ketakutan dan tak bisa berkata kata.
"Apa kamu mau bunuh Natsuki lagi seperti anakku!!??" Seruan Pak Han membuatku terperanga.
Beribu pertanyaan muncul di kepalaku seketika. Aku yang tidak punya ingatan sama sekali ini merasa sangat tidak berguna di samping Lulu.
"Pak..., aku ga tau apa masa lalu bapak..., tapi...., saya mohon sudah cukup!" Ucapku tetap menghormati kepala sekolah ini.
Bruak!!!
Pak Han menggebrak meja lalu berteriak lantang.
"Natsu..., kamu lupa ya? Gara gara dia! Anak laki laki saya mati di supermarket Matsu! Kamu tau seberapa berharganya dia bagi saya kan!!" Ujarnya membuat Lulu mengalirkan air matanya keluar.