Sang surya memanjat ke atas, dan bersiap untuk meluncur turun ke bawah. Jarum pendek jam di dinding kelas ini sudah menunjukan angka tiga. Bel kencang tanda pelajaran selesai pun berkumandang. Selama tujuh jam ini, ada masalah yang menggangu pikiranku. Lulu, dia tak kunjung kembali ke kelas. Tas merah masih tergeletak di bawah mejanya. Guru guru mengira bahwa ia bolos kelas. Padahal dia tidak pernah begitu sebelumnya. Aku ingin mencarinya, namun setelah keliling gedung sekolah ini. Setiap sudut, setiap inci, dan setiap tempat ini sudah aku periksa.
Namun batang hidungnya tetap tidak terlihat. Ku coba tanya ke setiap siswa yang aku temui, mereka tampak tak peduli dan tak mau tahu. Kepalaku dilanda bingung dan cemas. Entah kenapa aku memutuskan untuk mencari Lulu di atap sekolah untuk yang kedua kalinya.
"Lulu..., kamu kemana?" Tanyaku pada diriku sendiri.
Berhenti bergerak, mendekat ke pagar pinggir yang tinggi. Aku kembali melihat pemandangan awan biru yang indah itu. Seketika aku ingat waktu pertama kali kami bertemu, di atas atap rumah sakit, ia menghampiriku membawa payung merah muda. Mengembalikan ku pada kenyataan yang seperti mimpi buruk ini.
Ting tung~~
Ponselku berbunyi tanda ada yang meneleponku. Tanpa basa basi aku langsung menggesekkan jari ke layar smartphone ku ini. Menerima telepon dari adik laki lakiku.
"Kak, kamu dipanggil ke kantor..., aku dah jemput di parkiran sekolahmu!" Ujar Akito memberiku informasi dimana keberadaannya.
Aku terdiam sejenak, melihat ke arah parkiran, Akito memakai seragam SMA-nya itu duduk di atas kap mesin mobil sedan putih.
"Kamu tau Lulu di mana?" Tanyaku diam tak bergerak.
"Hmm..., itu masalahnya...," sahut Akito menahan sesuatu di dalam hatinya.
"Kenapa?" Aku memandang matanya dari jarak ratusan meter.
"Nanti aku jelasin..., jangan lupa ambilin tas Lulu!" Timpal adikku itu mengulur pertanyaan yang aku lontarkan tadi.
Ku putuskan sambungan telepon kami. Kembali menuruni belasan anak tangga menuju lantai dua. Melangkah sendiri dalam sepi menuju ruang kelas 12-D. Menggeser ke samping pintu masuknya, lalu menerobos sunyi untuk mengambil tas ransel merah milik perempuan bernama Alexandra Luna itu. Ku percepat laju jalanku menuruni tangga ke lantai satu. Melewati beberapa siswa yang masih memiliki kegiatan di sekolah. Ku bawa takdirku keluar dari gedung SMA Asakura ini.
"Terakhir kali liat Lulu kapan?" Tanya Akito ketika aku memasukkan tas ransel Lulu dan milikku ke kursi belakang mobil sedan ini.
"Pagi tadi, kamu kemana dia?" Aku merebut kunci mobil dari tangan kanannya.
"Humm..., dia....,"
Ting tung~~
Lantunan nada dering ponselku menghentikan jawaban melayang dari mulut Akito. Sesegera mungkin aku merogoh saku celana ku dan mengangkat telepon yang ternyata adalah dari Elaine.
"Aku tahu dimana Lulu..., jangan kasih tau adikmu... ketemu di kelas!" Beberapa kalimat Elaine yang memberiku sedikit cahaya.
"Siapa?" Akito yang sudah masuk dan duduk di kursi depan mobil putih itu mengangkat alisnya.
"Elaine..., bentar aku ke kelas dulu!" Aku mengantongi ponselku kembali, dan berlari menerobos angin. Masuk ke dalam kegelapan gedung tiga lantai yang di cat putih itu.
Sama sekali tak memperdulikan suara adik laki laki ku di latar belakang. Aku menaiki belasan anak tangga sampai paha ku terasa panas. Secepat mungkin aku ingin mengetahui jawabannya.
BRUAK!!!
Suara pintu kelas yang ku buka kasar.
"Huh?!"