Chereads / Takdir dan Kebahagiaan / Chapter 50 - Musim Semi Pertama 20

Chapter 50 - Musim Semi Pertama 20

Aku tidak menyangka, dan aku tidak menduga. Ternyata Elaine bukan gadis biasa yang aku kira. Ternyata ia juga terlatih dan bahkan salah satu anggota SDF yang berprestasi. Alasan mengapa aku dipilih menjadi bodyguardnya adalah, karena aku satu satunya laki laki yang bisa mengalahkannya dalam pertarungan tangan kosong. Ya, tapi Elaine tak mau mengakuinya. Sampai sampai aku harus merahasiakan pekerjaanku ini padanya karena perintah Menteri Pertahanan itu. Karena itulah dia tampak kesal waktu tahu kalau aku adalah pengawalnya.

Tak sepertiku, ia bukan memakai baju robotik. Dia malah memilih untuk memakai gaun yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa untuk menyesuaikan kemampuan berpedangnya. Mulai dari zirah besi yang menempel di dada dan pinggang. Sampai sarung tangan besi silver yang melindungi lengan, dan kakinya. Ia hanya membawa satu pedang dengan panjang bilah 2 meter. Tak lupa Elaine juga memakai helm pelindung yang menutupi seluruh wajahnya. Tentu identitasnya itu adalah aset berharga. Ia tak ingin menambah masalah dengan publik yang pasti akan heboh.

"Natsuki..., ini semua karenamu...," Elaine menggenggam erat handle pedangnya.

Suara bising mesin jet pesawat ini seakan menutupi kesunyian yang ada di percakapan kami. Ya, kami berdua berada di bagian cargo sebuah pesawat jet berteknologi tinggi. Hanya seukuran dengan helikopter, pesawat jet ini bisa melakukan vertical landing dan takeoff. Di belakang kokpit terdapat kabin yang sedikit luas, terdapat tempat duduk di sisi kanan dan kiri dilengkapi sabuk pengaman. Dan kami berdua berdiri berdampingan, di belakang pintu cargo yang akan terbuka beberapa menit lagi.

Yap, kami berdua akan terjun langsung dari langit. Karena sektor Haru ini lumayan jauh dari kota Natsu, maka dari itu kami menggunakan strategi yang efisien waktu. Parasut pun absen dari punggung kami, karena sepatuku memiliki pendorong jet yang bisa digunakan untuk pendaratan.

"Setelah kamu ngundurin waktu, aku lebih mempersiapkan diriku kali ini...., aku bukan penyihir lemah lagi...," Gumam Elaine memandang ke bawah, tempat dimana ujung pedangnya menyentuh tanah.

Maksud dari perkataanya itu, aku tidak mengerti. Namun yang aku tahu. Elaine masih mengingat kejadian dimana aku memundurkan waktu. Dia yang tahu akan seperti apa masa depan ini, pasti sudah bersiap lebih matang.

"Pendaratan siap dalam sepuluh detik!" Suara Lulu berkumandang di dalam helm yang menutupi seluruh kepalaku ini.

Sepuluh...,

"Elaine..., hati hati!"

Sembilan...,

Pintu yang ada di depan kami terbuka, membiarkan angin dingin musim semi bertiup ke dalam. Hanya terlihat awan putih sejauh mata memandang.

Ketinggian: 3000 Meter

Lokasi pendaratan: 20 KM

Lima...,

Di bawah sana mulai terlihat warna hijau, tertutup uap air yang mengambang di angkasa. Aku menggenggam tangan kiri Elaine. Memandang wajahnya, mengkonfirmasi jika ia siap atau tidak.

Tiga..., duaa...., satu...,

Aku menarik napas dalam dalam, lalu melompat keluar dari belakang pesawat ini bersama wanita bergaun merah di samping. Seperti meteor yang memasuki atmosfer bumi. Kami menusuk awan dan melukis lubang kecil di sana. Tanah lapang hijau luas yang dikelilingi pepohonan mulai nampak di pengelihatan ku. Kami seketika mencapai terminal velocity, dengan kecepatan 190km/jam. Kami meluncur ke arah tanah. Tak sedikitpun melepas gandengan tangan, Elaine membuka mulutnya ditengah perjalanan menegangkan ini.

"Natsuki..., ada yang aneh dengan takdir ini...," Ucapan Elaine yang ku dengar lewat speaker di helm hitam ku ini.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya mataku menangkap titik hitam kecil, Hunter. Ia memandang ke atas dengan gigi taring yang selalu terlihat. Ia sama sekali tak memiliki bola mata. Aku sangat heran dan bingung, dari mana ia bisa melihat walau tanpa mata. Ketinggian mulai menipis, aku mulai mengubah posisi tubuhku menjadi vertikal. Pendorong jet kecil yang terpasang di pergelangan kakiku otomatis aktif dan memperlambat kecepatan sehingga kami bisa mendarat dengan selamat. Ketika ketinggian mencapai satu meter, roket di kakiku berhenti.

Aku dan Elaine pun menginjakkan kaki di atas padang rumput hijau tanpa ujung ini.