"Aku hanya mau satu hal...," Jawab Ela memusatkan pandangannya ke arah api unggun.
"Apa?" Ku masukan kedua tanganku dalam saku jaket.
"Kepercayaanmu."
Satu kata yang memulai penjelasan panjang dari mulut Ela. Nama lengkapnya adalah Haruka Elaine. Musim semi yang bersinar terang. Ia adalah reingkarnasi dari penyihir yang ingin dilenyapkan oleh Sang Penulis. Ia terlahir sebagai perempuan normal, dikeluarga yang bahagia, bersama dengan adiknya. Yang bernama Haruka Nekochi. Keluarganya hidup bahagia, sampai suatu saat Elaine mengalami mimpi aneh. Dimana ia bertemu dengan laki laki bertopeng besi, dengan satu lingkaran merah bersinar di bagian tengah mata topeng putih polos tersebut.
Tidak salah lagi itu adalah Fate Keeper, entah itu aku, atau diriku yang lain. Tapi yang pasti, Elaine bermimpi tentang pelindung takdir.
Mimpi itu membangunkannya di tengah malam yang sunyi. Serta sebuah buku yang tiba tiba berada di samping bantalnya. Buku itu memiliki sampul merah dengan tulisan berbahasa asing. Tetapi anehnya, Elaine langsung memahami arti dari tulisan asing tersebut. Buku itu adalah buku mantra, berjudul "Sihir Bulan", dan karena rasa penasaran, Elaine membaca buku itu semalaman suntuk. Dari awal sampai akhir. Di setiap halaman buku itu tertulis sejarah, mulai dari tentang penyihir antar dimensi, Fate Keeper, dan Sang Penulis yang ingin melenyapkan Penyihir itu. Mulai dari sana Elaine mendapatkan ingatan dari penyihir sebelumnya tentang bagaimana cara menggunakan mantra dan mengeluarkan sihir.
Namun masih belum jelas tentang mengapa Sang Penulis ingin melenyapkan dirinya dan pendahulunya. Buku sihir miliknya itu juga memberi Elaine petunjuk mengenai masa depan. Bahwa akan ada seorang anak laki laki yang terpilih oleh roh penjaga takdir yang gagal. Dan tanda bahwa ia sudah terpilih adalah hilang ingatan. Yap, itulah diriku.
Kata Elaine, jika ramalan buku itu benar, maka di saat yang sama. Sang Penulis akan menciptakan Fate Keeper yang baru, karena aku dianggap sudah gagal menjalani tugas.
"Jadi... aku dianggap gagal?" Gumamku merasa tak berguna.
"Hei... tenang aja! kita pasti isa ngelewatin ini kok!" Senyum yang menyertai kata katanya itu menegakkan pandanganku kembali.
"Kita?" Aku menoleh ke arahnya.
"Uh... Em... Maksudnya... Aku lanjutin aja jelasinnya!" Ujar Elaine mengalihkan topik pembicaraan.
"Liat perempuan di sana?" Lanjutnya dengan jari telunjuk mengarah ke Nekochi.
"Namanya Haruka Nekochi, adik perempuanku!" Senyum Elaine saat melihat saudara satu satunya itu tertawa bahagia karena candaannya bersama Akito.
"Lalu... si cowo itu adikmu... namanya Fuyuki Akito." Jelas Elaine.
"Hmm... berapa umur kita?" Tanyaku penasaran.
"Kita berdua lapan belas, mereka berdua, enam belas." Elaine menjawab pertanyaanku tanpa ragu.
Aku masih sedikit tak percaya akan kata kata penyihir disampingku ini. Ya, walau begitu, aku tidak punya alasan untuk menjadi musuhnya sekarang ini.
"Pokoknya, kita jalanin hidup normal dulu..., kita pikirin soal Si Penulis itu nanti aja!" Elaine membuatku lebih tenang dengan hanya kata katanya.
"Hem hem," Kepalaku mengangguk setuju.
Selama kami tidak memakai kekuatan, atau melawan takdir. Semua akan baik baik saja, dan kami pasti bisa menjalani hidup normal yang tenang. Sejujurnya aku juga ingin hidup normal, bukan sebagai alat penghancur. Aku ingin tahu mengapa Sano berbalik melawan Sang Penulis. Dan apa sebabnya Penyihir antar dimensi itu sangat diburu.
"Kakak! Sini! Ikannya dah mateng!" Teriak Nekochi melambaikan tangannya.
"Tunggu bentarr!!" Sahut Elaine lalu menggenggam tangan kananku untuk kedua kalinya.
"Ayo! Natsuki!"
Kami berdua berjalan berdampingan, aku baru saja mengenalnya beberapa detik lalu. Namun perasan dalam hatiku mengatakan yang sebaliknya. Aku sangat mempercayai gadis itu. Mungkin juga karena ingatan pemilik tubuh ini tidak lenyap sepenuhnya.