»»»»»»»»»(9 April 2016)««««««««
Hei, aku ini siapa?
Kenapa aku di sini?
Dan, dimana aku sekarang?
Bagaimana aku bisa hidup?
Untuk apa aku hidup?
Kemana aku akan melangkah?
Siapa yang akan bersamaku?
Untuk siapa aku di sini?
Jika aku melupakan masa laluku, bagamana aku hidup di masa depan nanti?
Jutaan pertanyaan menyelimuti kegelapan hatiku. Tanpa cahaya sedikitpun. Sendirian, kesepian, kedinginan, dan tak tau jalan. Aku kehilangan ingatanku, aku bahkan tak tahu siapa diriku ini. Hidup seperti apa yang akan aku jalani jika terus begini. Tak ada harapan yang datang. Tak ada kehangatan yang meminang.
-40 BPM-
Kesadaran mulai tumbuh di pikiranku, kegelapan itu perlahan memudar. Memerah darah, kunang kunang berenang kesana kemari. Merah, kuning, hijau, biru, semua ada di sini.
"Natsuki?"
"Ya, dia menyelamatkan mu!"
Percakapan antara gadis dan seorang pria masuk ke alam mimpiku. Dengan suara yang lembut, lalu kembali menghilang.
-50- BPM
Aku mendengar suara tetesan air yang konstan, perlahan, namun selalu ada. Tik, tuk, tik, tuk. Bunyi detakan jam di dinding itu juga tertangkap oleh pendengaran.
"Dia siapa?"
"Natsuki El..., temen sekelas ku!"
Lantunan antara dua gadis itu kembali datang, lalu memudar. Seperti angin pantai yang lewat begitu saja.
-60 BPM-
Aku mulai bisa merasakan panas tubuhku sendiri. Rasa sakit di bagian kepalaku mulai bertamu.
"Loh kalian kenal?"
"Iya! Dia kakak ku... maksudku..., kakak angkat!"
Seorang perempuan bertanya pada laki laki yang sepertinya mengenal tubuh yang berbaring lemas ini.
-70 BPM-
Aku mulai merasa bahwa tubuhku sedang tertarik oleh gravitasi bumi. Akan tetapi terlindungi oleh benda lembut yang menjaga badanku.
"Kenapa kamu selametin aku? padahal kita ga kenal...,"
Suara lembut nan indah itu sangat familiar, namun aku tak bisa mengingatnya. Aku tak bisa mengingatnya, aku tak tahu mengapa, namun tembok takdir ini menghalangiku.
-80 BPM-
Jari telunjukku mulai bergerak, kelopak mata mulai tergerak. Sedikit demi sedikit, cahaya terang masuk ke lautan hitam bola mataku.
"Heee! Natsuki? Kamu dah sadar?"
Dia tampak sangat bahagia, mengetahui bahwa aku telah terlahir kembali kedalam kenyataan. Pandanganku yang kabur ini mulai mengumpulkan kekuatannya. Terlihat langit langit bangunan putih dengan dua lampu bersinar terang.
"Heemm..., akhirnya setelah seminggu lebih,"
Laki laki dingin itu nampak menungguku bangun dari mimpi buruk ini. Kelopak mataku terbuka lebar, pandanganku sangat jelas.
-90 BPM-
"Maafin aku!! Ini semua karna aku!"
Kata kata dari gadis itu membuatku menoleh tiga derajat ke kanan. Melirikkan mataku sedikit. Melihat paras cantik dengan lautan hitam yang terurai sepunggung. Poni yang menutupi sebagian dahinya, pandangan mata nan cantik itu langsung tertuju padaku.
"Hmm? kamu siapa?" Tanyaku melepas napas berharga ku.
-100 BPM-
Tubuhku mulai mendapatkan nyawanya kembali. Namun kenangan yang mengikuti ku terhapus entah oleh siapa.
Hah??!!
Mereka bertiga terkejut serempak, sepertinya ingatanku yang hilang ini bisa membuat orang lain kompak.
"Natsuki? kamu ga inget aku siapa?" Tanya gadis berkacamata yang duduk di samping ranjangku ini.
"Hmm," aku menggelengkan kepala tanda menanggapi pertanyaannya negatif.
"Huff..., jangan bilang amnesia lagi?" Kata laki laki dengan seragam jas almamater SMA itu.
"Heee? kakakmu sering amnesia?" Tanya kembaran gadis yang duduk di samping ranjangku ini.
"Hemm, ini yang kedua kalinya." Tanggap anak SMA itu tetap menyandarkan bahunya di samping pintu.
"Natsuki..., maafin aku ya?" Kata perempuan berkacamata itu menahan genangan air di matanya.